Ribuan Zionis turun ke jalan di Tel Aviv pada hari Sabtu, 6 September, menyerukan kepada para pejabat Israel untuk menghentikan perang di Gaza dan berupaya membebaskan tawanan Israel di Gaza. Para demonstran juga memprotes rencana Netanyahu untuk menduduki Kota Gaza sepenuhnya.
Para demonstran Zionis meneriakkan slogan-slogan dan meyakini bahwa operasi semacam itu dapat membahayakan nyawa para tawanan yang tersisa di Gaza. Beberapa media di Wilayah Pendudukan juga melaporkan bahwa ratusan Zionis menggelar demonstrasi di depan rumah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Quds yang diduduki.
Sebelumnya pada Jumat malam, demonstrasi warga Wilayah Pendudukan yang menentang Netanyahu dan kebijakannya yang menghasut perang berubah menjadi kekerasan dan bentrok dengan pasukan polisi yang menyerang para demonstran. Media Zionis melaporkan bahwa polisi Zionis telah menangkap beberapa demonstran yang menentang perang Gaza selama demonstrasi itu.
Menyusul keputusan Netanyahu dan pemerintah Zionis untuk menduduki Gaza sepenuhnya, gelombang protes dan kemarahan besar telah meletus di kalangan Zionis yang tinggal di Wilayah Pendudukan, dan para pengunjuk rasa mulai menggelar demonstrasi menentang kebijakan Netanyahu. Banyak Zionis menginginkan perang segera berakhir dan tidak menerima keputusan perdana menteri kriminal rezim ini untuk melanjutkan dan memperluasnya.
Protes yang meluas di Wilayah Pendudukan terhadap kelanjutan perang di Gaza dan pendudukan penuhnya bukan hanya pertanda keretakan yang mendalam di internal rezim Zionis, tetapi juga mencerminkan krisis legitimasi politik dan moral rezim ini di Wilayah Pendudukan dan di berbagai belahan dunia.
Keluarga para tawanan Israel percaya bahwa pemerintah Netanyahu melanjutkan perang karena alasan politik dan mencegah pembebasan mereka. Kelompok-kelompok ini telah menyerukan negosiasi segera untuk gencatan senjata. Sebagai imbalannya, Netanyahu membutuhkan dukungan dari para Zionis ekstrem untuk mempertahankan kekuasaan, karena mereka menentang gencatan senjata apa pun.
Pemblokiran jalan raya, pembakaran ban, dan demonstrasi di Tel Aviv menunjukkan kemarahan publik dan menurunnya kepercayaan terhadap rezim. Opini publik global telah tergerak melawan rezim Zionis. Sejak awal perang, jutaan orang telah berdemonstrasi di seluruh dunia menentang tindakan rezim Israel. Protes ini tidak hanya menyebar ke negara-negara Arab tetapi juga ke Eropa, Amerika, dan Asia.
Penggunaan senjata pemusnah massal, termasuk fosfor putih, oleh tentara Israel, serangan terhadap wilayah aman, dan pengungsian besar-besaran warga Palestina telah menyebabkan kata-kata seperti "genosida" dan "pendudukan" menjadi sorotan dalam wacana publik dan media.
Kabinet Netanyahu menghadapi tekanan dari dalam dan luar negeri, dan keputusannya semakin dikritik oleh para aktivis perdamaian di seluruh dunia. Korban jiwa sipil yang besar, situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di Gaza, dan gambaran perang yang memilukan juga telah membangkitkan kesadaran publik dan memicu protes yang meluas.
Situasi di Tel Aviv tidak menguntungkan bagi Netanyahu, dan partai-partai oposisi menuduhnya berbohong tentang perang di Gaza dan tidak mampu mengelolanya. Beberapa anggota kabinet sangat mendukung kelanjutan perang dan pendudukan penuh Gaza serta penghancuran Hamas, meskipun para komandan militer Israel telah berulang kali memperingatkan bahwa militer rezim tidak mampu menghadapi kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan Hamas.
Perbedaan pendapat yang tajam antara sayap kanan ekstrem dan Zionis yang cinta perang dapat memecah belah kabinet dari dalam dan menjerumuskan rezim Israel ke dalam periode ketidakstabilan politik yang panjang.
Protes-protes di Tel Aviv dan di seluruh wilayah pendudukan ini bukan hanya reaksi terhadap perang Gaza, tetapi juga mencerminkan krisis yang lebih mendalam dalam struktur politik dan sosial di wilayah pendudukan. Melanjutkan tren ini akan menyebabkan meningkatnya krisis internal dan mempercepat keruntuhan politik di Tel Aviv.(sl)
Your Comment