Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait – ABNA – Dalam bagian sebelumnya dari tulisan ini, telah dibahas sejarah studi Syiah dalam Zionisme serta pusat-pusat aktif dalam kajian Syiah di wilayah pendudukan. Selain itu, disebutkan banyaknya akademisi yang beraktivitas di pusat akademik dalam Israel atau memanfaatkan sumber daya dan penelitian dari pusat studi Syiah di Amerika Serikat dan negara-negara regional. Juga dijelaskan berbagai topik terkait Syiah yang menarik perhatian pusat akademik rezim Zionis serta hasil penelitian yang digunakan untuk kepentingan strategis dan kebijakan pemerintah Israel.
Secara prinsip, tidak dapat dibayangkan bahwa penelitian yang dilakukan di pusat-pusat ini tidak memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan kebijakan utama serta tujuan jangka panjang dan menengah rezim Zionis. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pusat-pusat studi Syiah di Israel, sambil tetap mempertahankan citra akademiknya, merupakan alat yang efektif untuk menghadapi Syiah di tingkat global. Yang lebih menarik lagi, beberapa individu Zionis yang saat ini dikenal sebagai profesor studi Syiah di universitas-universitas Israel memiliki latar belakang sebagai perwira militer di tentara Israel selama bertahun-tahun.
Baha'isme dan Studi Syiah dalam Zionisme
Meskipun tidak dapat dikatakan bahwa semua pakar Syiah Zionis memiliki hubungan langsung dengan tokoh-tokoh Baha’i, tidak diragukan lagi banyak di antara mereka yang merupakan murid langsung atau tidak langsung dari para peneliti Baha’i. Iran adalah tempat lahir agama palsu Baha’isme, dan sepanjang sejarah aktivitas sekte ini, kaum Syiah Iran adalah musuh utamanya. Oleh karena itu, pengetahuan para peneliti Baha’i tentang tanah Iran dan budaya Syiahnya menjadi sumber yang dapat diandalkan untuk studi Syiah. Keberadaan komunitas Baha’i Iran di wilayah pendudukan juga semakin mempermudah akses ke informasi tersebut.
Salah satu tokoh utama dalam hal ini adalah Abbas Amanat, seorang profesor di Universitas Harvard, yang merupakan seorang Baha’i terkemuka. Ia lahir pada tahun 1326 H.S. (sekitar 1947 M) di Iran dan menyelesaikan pendidikan hingga jenjang magister di sana. Sekitar 44 tahun lalu, ia meraih gelar doktor dari Universitas Oxford, dan sejak saat itu ia aktif mengajar di berbagai universitas serta menulis banyak karya akademik. Beberapa sumber menyebut Abbas Amanat sebagai guru utama bagi para pakar Islamologi dan studi Syiah dalam rezim Zionis.
Para Pakar Syiah Israel
Eitan Kolberg adalah salah satu pakar Syiah terkenal di Israel yang selama bertahun-tahun mengajar di Universitas Ibrani Yerusalem. Meskipun telah pensiun sekitar 20 tahun lalu, ia masih aktif dalam kegiatan akademik dan bekerja sama dengan berbagai pusat penelitian. Pada tahun 1971, ia meraih gelar doktor di Universitas Oxford dengan disertasi berjudul “Kedudukan Sahabat di Kalangan Syiah Dua Belas Imam”, dan segera setelah itu mulai mengajar di Departemen Studi Bahasa Arab Universitas Ibrani Yerusalem selama 30 tahun.
Kolberg telah menerbitkan sekitar 20 buku dan menulis lebih dari 30 artikel yang membahas para ulama Syiah. Beberapa karyanya antara lain:
- Kesaksian dalam Syiah,
- Raj’ah dan Pemerintahan Orang Saleh di Zaman Kemunculan Imam Mahdi (aj),
- Kajian tentang Istilah "Abu Turab", Gelar Imam Ali (as), dan Perspektif Sunni terhadapnya,
- Sejarah Konsep Imamah dan Dua Belas Imam,
- Berbagai Pandangan Fikih Syiah tentang Anak dari Hubungan di Luar Nikah.
Selain itu, Kolberg telah menyusun banyak artikel berbasis hadis Syiah dan meneliti lebih dari 400 kitab, dengan fokus pada 20 kitab hadis utama, untuk menelaah perbedaan utama antara Sunni dan Syiah mengenai kepemimpinan setelah Nabi Muhammad (saw) dan kedudukan Imam Ali (as) serta para sahabat. Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Turki, dan Persia.
Levant Holtzman, seorang profesor bahasa Arab di Universitas Bar-Ilan Yerusalem, memperoleh gelar doktor dari departemen yang sama di universitas tersebut. Ia pernah bertugas di Kementerian Pertahanan Israel sebagai kepala unit penerjemahan dalam divisi intelijen bernama Unit 8200, yang bertanggung jawab atas penyadapan dan spionase terhadap Hizbullah Lebanon, kelompok-kelompok perlawanan, serta negara-negara Timur Tengah, bahkan negara sahabat Israel seperti Amerika Serikat. Dalam beberapa bulan terakhir, markas unit ini beberapa kali diserang oleh Hizbullah.
Menurut beberapa laporan, Holtzman mengundurkan diri setelah 13 tahun bertugas dengan pangkat mayor dan kemudian memfokuskan diri pada penelitian akademik yang berorientasi pada studi Syiah. Sebagian besar penelitian Holtzman dan timnya berkisar pada perbedaan teologis antara Sunni dan Syiah. Sejumlah peneliti meyakini bahwa proyek-proyek penelitian semacam ini berkontribusi pada upaya rezim Zionis dalam membentuk dan memperluas kelompok ekstremis Islam seperti ISIS, serta menanamkan keyakinan di antara mereka untuk mengkafirkan Syiah.
Tokoh lain dalam bidang ini adalah Meir Bar-Asher dan Dr. Menachem Blondheim, yang memiliki kontribusi besar dalam penelitian tentang sejarah Syiah, fikih Syiah, dan hubungan antara Syiah dan Yahudi. Salah satu hasil kerja mereka adalah penerbitan jurnal khusus “Shia Studies”, yang menjadi salah satu publikasi utama dalam memperkenalkan Syiah di komunitas akademik Israel.
Selain para tokoh di atas, ada pula nama-nama lain seperti:
- Rabin Ori,
- David Menashri,
- Uzi Rabi,
- Miri Shafer,
- Lee Kinberg,
- Israel Gershoni,
- Leon Shelef,
- Haim Sadok,
- Yosef Schwartz,
- Mikhail Selzer,
- Rahel Yeshayahu,
- Doron Cohen, dan
- Alexander Triger.
Mereka semua adalah akademisi yang mengajar studi Syiah di berbagai universitas dan pusat ilmiah di Israel. Beberapa dari mereka telah berkecimpung dalam bidang ini selama lebih dari 30 tahun dan memiliki gelar akademik “Profesor Penuh” di berbagai institusi akademik.
Your Comment