Ia menyampaikan pernyataan tersebut pada hari Selasa saat berpidato di hadapan para komandan dan personel Markas Komando Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) di ibu kota Teheran.
Ketika ditanya oleh para komandan IRGC tentang waktu Operasi Janji Sejati III sebagai tanggapan atas serangan udara Israel terhadap beberapa fasilitas militer Iran akhir bulan lalu, Araghchi menyatakan bahwa Kementerian Luar Negeri telah mengklarifikasi bahwa serangan tersebut merupakan tindakan agresi baru.
Diplomat tinggi Iran tersebut menggarisbawahi bahwa serangan udara Israel akan ditanggapi dengan tanggapan dari Iran, dengan mengatakan, “Kami tidak melepaskan hak kami untuk bereaksi [terhadap Israel] dan akan menunjukkan reaksi pada waktunya dan dengan cara yang kami anggap tepat.”
Araghchi mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri tidak akan pernah mengambil keputusan yang terburu-buru, dengan mengatakan bahwa Iran telah memberikan tanggapan setelah mempertimbangkan kondisi keseluruhan serta kemungkinan dan rencana yang mungkin telah disusun terhadap Iran, sehingga dapat mencegah meluasnya perang.
“Tanggapan harus diberikan … dan kita tidak boleh membiarkan musuh sampai pada kesimpulan bahwa mereka akan dapat menyerang Iran tanpa menerima reaksi apa pun,” kata Araghchi kepada para komandan IRGC.
Araghchi juga mengatakan perlu untuk secara jelas menyatakan kekuatan dan menunjukkan kesiapan untuk perang dan pertahanan jika seseorang ingin menghindari konfrontasi militer.
“Yang mencegah terjadinya perang sebenarnya adalah kesiapan untuk berperang, dan perlu dicatat bahwa jika tanda-tanda ketakutan sekecil apa pun ditunjukkan dalam situasi di mana ada ancaman perang, Anda sebenarnya telah memaksakan perang pada diri Anda sendiri,” tegasnya.
Araghchi juga mendefinisikan pencegahan politik sebagai masalah konsensus di antara negara-negara regional dan trans-regional dalam hal agresi musuh, yang katanya selanjutnya akan menciptakan perisai pertahanan.
“Pencegahan politik, di samping kesiapan militer, dapat menciptakan tembok dukungan dan solidaritas, semakin meningkatkan suara oposisi terhadap rezim Zionis, dan secara signifikan membantu mencegah penyebaran konflik,” katanya.
Pada dini hari tanggal 26 Oktober, jet-jet tempur Israel menggunakan wilayah udara yang dikontrol AS di atas Irak untuk menembakkan proyektil ke instalasi militer di provinsi Teheran, Khuzestan, dan Ilam di Iran yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan nasional negara tersebut.
Iran mengatakan bahwa serangan itu “berhasil” dicegat dan dilawan oleh sistem pertahanan udara negara itu dan menyebabkan kerusakan terbatas pada lokasi radar. Lima orang, termasuk empat perwira Angkatan Darat dan seorang warga sipil, tewas dalam serangan tersebut. (HRY)
342/