Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Senin

1 Juli 2019

06.28.44
956644

Transformasi Timur Tengah 30 Juni 2019

Sejumlah isu penting pekan lalu mewarnai perkembangan Timur Tengah. Di antara isu tersebut adalah tranformasi Yaman, friksi kekuatan Barat terkait komite konstitusi Suriah serta kunjungan Mohammad bin Salman ke Korsel.

(ABNA24.com) Sejumlah isu penting pekan lalu mewarnai perkembangan Timur Tengah. Di antara isu tersebut adalah tranformasi Yaman, friksi kekuatan Barat terkait komite konstitusi Suriah serta kunjungan Mohammad bin Salman ke Korsel.

Namun di antara isu-isu tersebut, isu konferensi Manama dan transformasi yang berkaitan dengannya memiliki urgensitas paling besar.

 

Konferensi Ekonomi Manama

 

Konferensi Manama digelar 25-26 Juni di ibukota Bahrain. Meski ada upaya besar Amerika Serikat untuk menggelar pertemuan ini, namun selain AS, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), para peserta lainnya yang hadir di pertemuan ini mengirim delegasi tingkat rendah. Bahkan Yordania dan Mesir hanya mengirim deputi menlu di pertemuan ini.

Pemerintah Amerika untuk menarik negara lain menghadiri pertemuan ini seperti Lebanon yang merupakan bagian dari rencana kesepaktan abad, bahkan rela memberi sejumlah usulan kepada Beirut. Namun usulan tersebut ditolak tegas petinggi Lebanon.

 

Terkait hal ini Koran al-Akhbar mengutip sumber-sumber diplomatik Barat menyatakan, Jared Kushner, menantu sekaligus penasihat presiden Amerika untuk membujuk Lebanon agar bersedia hadir di pertemuan Manama rela memberi sejumlah usulan kepada Perdana Menteri Saad Hariri. Menurut sumber ini, usulan Kushner tersebut mencakup kemudahan proses penentunan perbatasan yang disengketakan di selatan Lebanon, akses Beirut ke banyak sumber finansial, dan komitmen Amerika untuk mempercepat pemulangan pengungsi Suriah sehingga Lebanon dapat memberi penampungan permanen kepada pengungsi Palestina. Sementara itu, Saad Hariri hari Rabu lalu mengatakan, pemerintah Lebanon menentang kesepakatan abad dan undang-undang dasar kami tidak mengijinkan pemberian ijin tetap kepada pengungsi Palestina.

 

Poin penting di sini adalah tidak ada satu pun faksi Palestina yang bersedia menghadiri Konferensi Manama. Berbagai faksi Palestina baik Otorita Ramallah, Fatah maupun kubu muqawama menetang tegas pertemuan ini dan menilai partisipasi negara Arab di pertemuan ini sebagai pengkhianatan terhadap bangsa Palestina. Sejatinya konferensi Manama telah membentu konsensus antara faksi-faksi Palestina.

 

Poin lain di antara tujuan penyelenggaraan konferensi Manama yang diklaim adalah tujuan ekonomi terkait Paelstina. Jared Kushner, salah satu arsitek utama kesepakatan abad saat membuka konferensi Bahrain mengklaim bahwa rencana damai usulan Amerika sedikitnya akan menciptakan satu juta lapangan kerja bagi rakyat Palestina. Rencana ini menurutnya mencakup investasi di Yordania, Lebanon dan Mesir. Meski demikian di akhir pertemuan ini tidak ada kejelasan berapa banyak investasi asing yang berhasil ditarik selama pertemuan Manama.

 

Dua faktor ini yakni rendahnya level partisipasi negara peserta di pertemuan Manama dan tidak adanya kejelasan sumber finansial yang berhasil ditarik, mengindikasikan kegagalan perundingan Manama.

 

Sebelum, ketika dan sesudah penyelenggaraan Konferensi Manama, marak digelar berbagai aksi demo di berbagai negara memprotes penyelenggaraan pertemuan ini. Sebelum penyelenggaraan Konferensi Manama, negara-negara seperti Maroko, Tunisia, Yordania dan Mesir dilanda aksi demo besar-besaran menentang Konferensi Manama.

Ketika Konferensi Manama digelar, rakyat Bahrain menggelar demonstrasi selain menyatakan dukungannya terhadap rakyat Palestina, juga menyuarakan penentangan mereka atas pertemuan ini dan juga menyatakan kepada rezim Al Khalifa bahwa rezim ini tidak memiliki legalitas menggelar pertemuan seperti ini dan mereka tidak termasuk pemimpin pilihan rakyat. Selain itu, rakyat Bahrain bahkan mengibarkan bendera Palestina di rumah-rumahnya.

 

Pasca konferensi Manama, warga Irak juga dilaporkan menggelar akdi demo. Selain menyuarakan penentangannya atas pertemuan ini dan mendukung Palestina, demonstran Irak juga merespon statemen menlu Bahrain. Demosntran Irak hari Kamis lalu menggelar aksi demo di depan kedubes Bahrain di Baghdad menentang konferensi Manama. Demonstran juga dilaporkan memasuki gedung kedubes Bahrain dan mengganti bendera Bahrain dengan bendera Palestina.

 

Sementara itu, rakyat Palestina di aksi damai hak kepulangan Jumat ke 64 memprotes penyelenggaraan konferensi Manama. Khalil al-Hayya, anggota Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Pelestina (Hamas) yang berpartisipasi di aksi demo ini mengatakan, seluruh bukti menunjukkan bahwa konferensi Bahrain yang diselenggarakan pemerintah Amerika untuk menunjukkan bagian ekonomi kesepakatan abad demi menghancurkan cita-cita bangsa Palestina, jelas-jelas gagal. Selama aksi demo ini, militer Israel menyerang demonstran dan menciderai 49 warga Palestina.

 

Bahrain dalam hal ini dapat disebut sebagai pecundang utama konferensi Manama. Hal ini karena opini publik Arab yang semakin membenci pemimpin Bahrain karena menyelenggarakan pertemuan anti Palestina kian transparan, statemen menlu Bahrain juga memicu terbentuknya babak baru kritik dan protes anti rezim Al Khalifa. Meski tujuan yang diklaim dari Konferensi Manama adalah menarik investasi asing bagi Palestina, namun tujuan tersembunyi pertemuan ini adalah mempercepat normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel. Petinggi resmi Israel absen di pertemuan ini, namun media Israel aktif dan hadir di pertemuan Manama.

 

Menteri Luar Negeri Bahrain, Sheikh Khalid bin Ahmad Al Khalifa bertepatan dengan penyelenggaraan pertemuananti Palestina di Manama melakukan wawancara dengan sejumlah media Israel dan menuntut jalinan hubungan diplomatik dengan rezim penjajah Quds (Israel).

 

Dalam wawancaranya dengan Kanal 13 televisi Israel di sela-sela Konferensi Manama, dan seraya menjelaskan bahwa wawancara ini seharusnya digelar beberapa waktu lalu, secara transparan mengatakan, Israel bagian dari warisan sejarah kawasan ini dan warga Yahudi memiliki kedudukan di antara kami.

 

Menlu Bahrain dalam wawancaranya dengan Koran The Times Israel mengtakan, Israel dibentuk untuk tetap eksis dan memiliki hak untuk hidup aman di dalam wilayah teritorialnya.

Statemen aneh menlu Bahrain ini menuai respon luas. Di antaranya aksi demo rayakt Irak dan aksi mereka memasuki gedung kedubes Bahrain di Baghdad serta pengibaran bendera Palestina di atas kedubes ini termasuk aksi protes yang memicu tensi antara Baghdad dan Manama.

 

Khalid al-Batsh, anggota Biro Politik Jihad Islam Palestina saat merespon statemen Khalid bin Ahmad mengatakan, "Sepertinya pemerintah Bahrain tidak memiliki wewenang dan dikelola oleh negara-negara lain. Bahrain memainkan peran tikus percobaan di laboratorium di tingkat politik dan negara Arab lainnya melakukan proses politik termasuk isu Palestina melalui negara ini dan memajukannya dengan pengawasan langsung Amerika."

 

Khaled Al Jarallah, deputi menlu Kuwait saat merespon statemen menlu Bahrain mengatakan, selama hak mendasar bangsa Palestina dan kekhawatiran mereka belum terselesaikan, menolak normalisasi hubungan dengan Israel merupakan prinsip Kuwait dalam menyikapi isu Palestina.

 

Respon luas ini memaksa menlu Bahrain mundur dari sikapnya dan mengklaim bahwa konferensi Manama tidak ditujukan untuk normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel.

 

Salah satu poin penting kesepakatan abad adalah Palestina tidak akan memiliki angkatan bersenjata dan senjata berat, serta sekedar memiliki polisi kota dengan senjata ringan.

 

Pencantuman butir seperti ini di kesepakatan abad terjadi ketika di draf anggaran militer 2020 AS yang diratifikasi Jumlah lalu oleh Senat  menunjukkan ijin alokasi dana sebesar 500 juta dolar untuk kerja sama AS dan Israel di bidang program rudal. Bujet terkait kerja sama AS dan israel di bidang rudal setiap tahun dicantumkan di draf militer dan diratifikasi oleh kongres. Kerja sama ini terpisah dari bantuan langsung Amerika kepada Israel. Para pengamat menyebut hal in isebagai bagian penting dari hubungan strategis Washington-Tel Aviv.




/129