Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Rabu

25 Desember 2024

10.45.31
1516734

Suriah:

Jolani dan Bahaya Iranophobia: Tantangan Front Perlawanan

Iranophobia Jolani dan kelompok-kelompok sejenisnya lebih didasarkan pada kebutuhan ideologis dan politiknya daripada pada realitas yang ada.

Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait - ABNA - Abu Muhammad Jolani, pemimpin kelompok Jabhat al-Nusra dan kelompok teroris lainnya di Suriah, dalam beberapa tahun terakhir tidak hanya terlibat dalam isu-isu politik dan militer tetapi juga dalam bidang ideologis dan hubungan regional. Salah satu masalah yang menjadi perhatian dan kritik mereka adalah Iranophobia yang secara konsisten diungkapkan dalam pernyataan dan sikap Jolani.

Iran, sebagai salah satu aktor utama front perlawanan di kawasan, selalu menjadi sasaran serangan dan penentangan dari kelompok-kelompok seperti Jabhat al-Nusra dan teroris lainnya. Serangan-serangan ini lebih disebabkan oleh kebijakan regional Republik Islam Iran dalam mendukung poros perlawanan, terutama di Suriah, Lebanon, Yaman, dan Irak.

Hasan Abdi Pour dalam catatan rinci membahas bahaya Iranophobia dari Abu Muhammad Jolani setelah ia berkuasa di Suriah setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad, yang catatan ini akan disampaikan selanjutnya:

1. Iranofobia sebagai alat ideologis

Joulani dan kelompok-kelompok di bawah kepemimpinannya dalam beberapa tahun terakhir telah berusaha untuk memperkenalkan Iran sebagai musuh utama mereka dan sebagai front perlawanan. Kebijakan ini sebenarnya merupakan alat ideologis berdasarkan mana Joulani berusaha menciptakan perpecahan di antara kekuatan perlawanan, terutama di Suriah, Lebanon, dan Irak. Iranofobia ini, selain melayani tujuan strategis khusus Joulani, juga memperkuat ketidakpercayaan di antara kelompok-kelompok perlawanan.

Sebenarnya, iranofobia Joulani dan kelompok sejenisnya lebih didasarkan pada kebutuhan ideologis dan politiknya daripada berdasarkan realitas yang ada. Iran sebagai pendukung utama pemerintah Bashar al-Assad dan poros perlawanan di kawasan telah memainkan peran kunci dalam melawan kelompok-kelompok takfiri dan teroris seperti ISIS dan Jabhat al-Nusra. Joulani dengan menggunakan wacana iranofobia berusaha untuk mereduksi dukungan regional Iran terhadap front perlawanan dan pada saat yang sama memposisikan dirinya sebagai salah satu perwakilan Islamis jihadis.

2. Iran, pendukung utama poros perlawanan

Republik Islam Iran sejak awal Revolusi Islam pada tahun 1979, terutama dalam beberapa dekade terakhir, bersama dengan negara-negara lain di poros perlawanan seperti Hizbullah Lebanon, kelompok-kelompok Palestina (seperti Hamas dan Jihad Islam), serta pasukan rakyat di Irak dan Yaman, telah berusaha untuk berdiri teguh melawan ancaman eksternal dan agresi regional. Dukungan Iran terhadap pemerintah sah Suriah, terutama dalam menghadapi serangan teroris dan kekacauan yang dipicu oleh kelompok-kelompok seperti Jabhat al-Nusra dan ISIS, telah memainkan peran kunci dalam menjaga stabilitas dan integritas wilayah Suriah.

Namun, Jolani dan kelompok-kelompok serupa yang bertindak dalam bentuk kelompok teroris selalu berusaha menciptakan kesenjangan antara Iran dan kelompok-kelompok perlawanan lainnya. Ketakutan terhadap Iran yang dipromosikan oleh Julani tidak hanya didasarkan pada permusuhan dengan Republik Islam Iran, tetapi juga secara khusus dirancang untuk melemahkan front perlawanan Islam. Julani berusaha menggambarkan Iran sebagai faktor penjajah dan penguasa di kawasan, yang sebenarnya bertentangan dengan Islam yang sesungguhnya dan jihad Islam.

3. Peran Iran dalam melawan proyek-proyek kolonial di kawasan

Selama beberapa dekade terakhir, Iran selalu menekankan penentangan terhadap proyek-proyek kolonial dan neokolonialis. Masalah ini terutama tampak dalam periode setelah Revolusi Islam. Sementara Iran berdiri melawan dominasi Barat, terutama Amerika Serikat dan rezim Zionis, Jolani dan kelompok-kelompok serupa yang secara terang-terangan atau tersembunyi didukung oleh beberapa negara Barat berusaha untuk mempertanyakan legitimasi Iran dan sebagai gantinya, membuka jalan bagi penerimaan opsi kompromi.

Dalam hal ini, Iran telah berusaha memperkuat front perlawanan, terutama di bidang ekonomi, militer, dan politik. Negara ini sebagai salah satu pendukung utama kekuatan anti-kolonial di kawasan, tidak pernah mengakui kebijakan kompromi dan selalu menekankan pada independensi nasional dan hak-hak bangsa yang terjajah. Masalah ini, terutama dalam kasus Palestina, sangat penting, karena Iran dikenal sebagai pendukung serius rakyat Palestina dan setiap upaya untuk melemahkan dukungan ini sebenarnya adalah pukulan terhadap cita-cita Palestina dan perlawanan terhadap rezim Zionis.

4. Islamophobia dan Melemahkan Persatuan Islam

Salah satu masalah terbesar yang ditimbulkan oleh Islamophobia yang dipromosikan oleh Jolani adalah melemahnya persatuan Islam di kawasan. Sementara Iran selalu menekankan pentingnya persatuan umat Muslim dan kerja sama antar negara Islam, Jolani dengan menyebarkan Islamophobia berusaha menciptakan perpecahan internal di antara negara-negara Muslim, terutama di Timur Tengah. Pembagian semacam ini tidak hanya menguntungkan musuh-musuh regional dan internasional Iran, tetapi juga akan melemahkan front perlawanan terhadap ancaman dari luar.

Islamophobia Jolani mungkin menarik bagi beberapa kelompok dan pemimpin regional yang mendapat dukungan dari Barat atau negara-negara Arab tertentu, tetapi pada akhirnya kebijakan ini akan melemahkan perjuangan bersama umat Muslim menghadapi ancaman nyata. Front perlawanan harus bergerak melampaui perbedaan ideologis dan politik serta menekankan kesamaan mendasar mereka, seperti perjuangan melawan tirani, imperialisme, dan mendukung hak asasi manusia.

5. Tantangan Islamophobia dalam Front Perlawanan

Islamophobia yang dipromosikan oleh Jolani dan kelompok-kelompok serupa dapat menimbulkan tantangan besar bagi front perlawanan, terutama di Suriah. Kelompok-kelompok perlawanan di Suriah, Lebanon, Irak, dan Yaman harus menyadari bahwa persatuan dan solidaritas di antara mereka hanya dapat dicapai melalui kerja sama bersama dan penguatan hubungan strategis antara negara-negara seperti Iran, Hizbullah, dan kelompok-kelompok perlawanan lainnya. Iran sebagai aktor kunci dalam front ini harus dipandang sebagai sekutu strategis, bukan sebagai musuh atau penghalang.

Masalah ini tidak hanya penting bagi front perlawanan di Suriah, tetapi juga bagi seluruh kawasan. Pada akhirnya, Islamofobia yang dipicu oleh Jolani tidak hanya akan memperkuat musuh-musuh regional front perlawanan, tetapi juga akan menyebabkan hilangnya peluang untuk menghadapi ancaman yang lebih besar seperti rezim Zionis dan kekuatan kolonial Barat.

Kesimpulan

Islamofobia yang ditimbulkan oleh Jolani dan kelompok-kelompok serupa, bertentangan dengan anggapan yang mungkin tampak, sebenarnya merugikan front perlawanan. Iran, sebagai salah satu pendukung terbesar perlawanan Islam dan anti-kolonial di kawasan, selalu menekankan pentingnya persatuan umat Muslim dan menghadapi ancaman bersama. Upaya untuk memecah belah dan menimbulkan Islamofobia tidak hanya membahayakan kepentingan negara-negara Islam, tetapi juga akan melemahkan perjuangan bersama melawan dominasi dan imperialisme global. Pada akhirnya, front perlawanan harus menyadari pentingnya solidaritas dan persatuan di antara kekuatan-kekuatan mereka dan memanfaatkan Iran sebagai aktor kunci di bidang ini.