Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Selasa

5 Maret 2024

10.38.49
1442348

Ayatullah Ramezani:

Para Ulama dan Pemikir Menjelaskan kepada Dunia Logika Pengorbanan Imam Husain dengan Logika Kekinian

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as mengatakan: “Para ulama masyarakat dan ilmuwan yang akrab dengan literatur dan logika masa kini, hendaknya menggunakan bahasa internasional untuk menjelaskan logika perjuangan Imam Husain as yaitu sebuah logika yang menyelamatkan bagi dunia dan khususnya para elite masyarakat, agar dunia saat ini menjadi terbiasa dan paham dengan logika tersebut.

Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait as, acara pembukaan Festival Internasional "Ana Min Husain" pada Minggu pagi (3/3) di Haram Sayid Abdul Azhim as di kota Rey, Iran. Dalam acara tersebut, Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi para peserta festival ini serta kehadiran tamu dalam dan luar negeri serta mengatakan: “Saat ini, dunia sedang menghadapi krisis seperti krisis legitimasi, identitas, etika, spiritualitas, kemiskinan, ekonomi, dll. Dan penyebab krisis-krisis ini adalah pandangan ekstrim dari sistem liberalisme.”

Ayatullah Reza Ramezani menambahkan: “Barat membatasi atau menghilangkan agama dengan teori Global Village. Kita telah menyaksikan dua jenis konfrontasi dalam penghapusan dan pembatasan agama. Beberapa orang mengklaim bahwa revolusi agama tidak akan terjadi di dunia dan bahwa agama tidak hadir dalam bidang sosial dengan cara apapun, namun Revolusi Islam Iran jelas merupakan pengecualian dan pembatalan teori ini dan Revolusi Iran membawa agama ke dalam bidang sosial. Oleh karena itu, pencapaian terpenting Revolusi Islam Iran adalah hadirnya agama dalam ranah sosial.”

Ulama Iran ini lebih lanjut menyatakan: “Saat ini kita perlu memberikan pengenalan akhlak Imam Husain as kepada dunia secara benar dan dalam bahasa internasional agar dapat menjadi teladan. Artinya dunia dapat mengambil manfaat dari kepribadian agung dunia Islam ini. Misalnya salah satu pesan Imam Husain, bahwa jika kamu tidak mengenal agama, setidaknya jadilah orang yang bebas dan merdeka. Inilah pesan kepribadian global, maka kepribadiannya dan logika agung yang dibawa dari Asyura harus kita perkenalkan kepada dunia dalam bahasa yang dipahami semua manusia.”

Lebih lanjut Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as ini menekankan: “Mungkin salah satu interpretasi dari festival "Ana min Husain "adalah bahwa kita harus mempertimbangkan hubungan erat antara Bitsah, Ghadir, Asyura dan Mahdisme. Kebangkitan Bitsah ini karena berkah Asyura, karena jika tidak ada gerakan Asyura maka tidak akan ada Bitsah dan literatur Islam yang lengkap, rinci dan mendalam muncul dari Ghadir. Oleh karena itu, platform ini disediakan untuk pemerintah Karimah; Sebuah negara Karimah di mana akal dan ilmu pengetahuan mencapai kesempurnaan dan umat manusia akan merasakan cita rasa kebebasan, rasionalitas, spiritualitas, kebenaran agama serta hakikat dan permata agama di dunia.”

“Ciri-ciri pemerintahan karimah, yaitu keadilan, kesempurnaan akal dan pengetahuan, keamanan dan etika yang komprehensif, memerangi korupsi, menegakkan keadilan dalam arti harfiah, yang merupakan keinginan dan harapan semua nabi ilahi, akan akan diwujudkan pada masa kedatangan dan seluruh umat manusia sangat cemas akan kedatangan tersebut. Tentu saja, kita harus menyediakan platform agar kemunculan dan pengenalan Imam Husain as secara akurat dapat menjadi platform yang komprehensif dan akurat bagi pemerintah karimah.” Tambahnya.

Berbicara kepada para peserta festival "Ana Min Husain", guru besar Hauzah Ilmiah Iran ini mengatakan: Apa yang tampaknya lebih banyak dibahas dalam pertemuan ini adalah perlunya mengembalikan logika Husain bin Ali as. Saat ini, dunia haus akan logika ini dan kita harus menyediakannya. Orang Barat berusaha mendefinisikan keadilan dan spiritualitas, sehingga mereka mendefinisikan kata-kata seperti hak asasi manusia, kesetaraan manusia, dan hak binatang dan menggunakannya dalam kolonialisme mereka.”


Ia menambahkan: “Orang-orang Barat mengangkat isu moralitas dan spiritualitas; Saat ini, ada tiga hingga empat ribu spiritualitas palsu dan buatan di Eropa dan Amerika, dan mereka menafsirkan keadilan secara terbalik di semua bidang. Mereka menutup agama atau membatasinya dalam aspek individu. Saat ini kita sedang menghadapi krisis konseptualisasi. Dalam hal ini, kita harus menyajikan konsep-konsep yang benar terhadap konsep-konsep tersebut. Artinya mengedepankan konsep-konsep seperti keadilan, spiritualitas, kebebasan, rasionalitas, dan lain-lain secara benar di dunia.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menunjukkan bahwa Revolusi Islam Iran adalah cabang dari literatur dan logika Asyura, dengan mengatakan: “Revolusi Islam Iran melawan globalisasi; Menyamakan dan menyetarakan. Kita sedang bergerak menuju globalisasi, namun akibat dari pengelolaan globalisasi di bidang ekonomi yang menjadi tanggung jawab beberapa negara dalam sistem dominasi adalah 90% kekayaan dunia berada di tangan 10%. Di zaman jahiliyah dan sebelum Islam, satu orang memperbudak sepuluh atau seribu orang dan menganggap dirinya sebagai pemilik mutlak, namun dalam perbudakan modern, kita melihat bahwa bangsa dan pemerintah diperbudak. Saya membaca artikel bahwa saat ini satu miliar anak menderita kekurangan gizi.”

“Kita harus mengenalkan logika dan wacana Revolusi Islam, yaitu logika kebebasan, kemerdekaan, spiritualitas, tauhid, kepada dunia. Kita dapat memiliki kekuatan penciptaan wacana dan konseptualisasi bidang keadilan, spiritualitas, religiusitas, keberagamaan, keberpusatan pada agama dan keterpusatan pada keyakinan terhadap wilayah. Oleh karena itu, jika seseorang ingin mencapai kedamaian spiritual dalam hidupnya dan menentukan maksud dan tujuan hidup kemanusiaannya, maka ia harus bergerak ke arah tauhid dan logika berbasis syariah. Saat ini, di dunia mempromosikan bahwa syariah sudah ditutup, sudah tidak dibutuhkan, maka kita harus bergerak ke arah yang berorientasi syariah, karena syariah bisa menjadi program penyelamat dan komprehensif bagi umat manusia dalam berbagai dimensi personal, politik, dan sosial.” Tegasnya.

Guru besar Hauzah Ilmiah Iran ini lebih lanjut mengatakan tentang pelajaran Asyura: “Logika cinta dan pengorbanan menguasai para sahabat Sayid al-Syuhada dan generasi yang dikorbankan untuk menghidupkan kembali agama dan dakwah. Wacana cinta terhadap yang tercinta, penghambaan, epik, mistisisme, berorientasi kebenaran melawan kepalsuan, dan intuisionisme serta kesadaran harus diperkenalkan kepada dunia. Imam Husain as syahid agar dapat menyadarkan akan hal tersebut, karena masih adanya kebodohan di tengah masyarakat.”

Di bagian akhir penyampaiannya, Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as ini mengatakan: “Para ulama masyarakat dan ilmuwan yang paham dengan literatur dan logika masa kini, hendaknya menjelaskan logika Husain as dalam bahasa yang mendunia, yang merupakan logika penyelamatan bagi dunia dan khususnya para elite masyarakat. Kita harus memperkenalkan logika tersebut agar dunia akrab dengannya.”