Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Rabu

7 Juni 2023

06.27.21
1371576

Dr. Khalid al-Walid:

Revolusi Imam Khomeini Hidupkan Kembali Cahaya Pelita Ajaran Ahlulbait

"Madrasah Ahlul Bait as yang tadinya hanya terbatas pada beberapa wilayah di negara-negara teluk, setelah revolusi yang sangat agung ini terjadi, dimanapun anda menampakkan kaki anda maka anda akan menemukan di situ ada para pecinta Ahlul Bait as. Betapa Imam khomeini telah menghidupkan kembali cahaya pelita ajaran Madrasah Ahlul Bait as, yaitu Islam yang hakiki.”

Menurut Kantor Berita ABNA, majelis peringatan haul Imam Khomeini ke 34 digelar oleh Islamic Cultural Center Jakarta bertempat di aula ICC Jakarta pada Senin, (5/6). Hadir Dr. Khalid al-Walid (Ketua STAI Sadra Jakarta) sebagai pembicara dalam acara tersebut. Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB ini dihadiri seratus lebih jamaah.

Dr. Khalid mengawali pembicarannya mengatakan,  “Salah satu keberkahan dalam kehidupan kita saat ini sekalipun kita tidak berjumpa secara langsung tapi kita menyaksikan Allah Swt mengutus salah satu keturunan Rasulullah Saw untuk menjadi hujjah bagi kita semua. Kehadirannya merubah dunia. Membuat sebuah peta dunia yang baru dan menjadi fondasi dalam revolusi yang agung. Sebuah tanda yang sangat besar di hadapan kita.”

“Betapa tidak, sejak kehadiran Imam Khomeini ra, suara Imam Husain as sampai ke seluruh pelosok dan penjuru alam semesta. Madrasah Ahlul Bait as yang tadinya hanya terbatas pada beberapa wilayah di negara-negara teluk, setelah revolusi yang sangat agung ini terjadi, dimanapun anda menampakkan kaki anda maka anda akan menemukan di situ ada para pecinta Ahlul Bait as. Betapa Imam khomeini telah menghidupkan kembali cahaya pelita ajaran Madrasah Ahlul Bait as, yaitu Islam yang hakiki.” Tambahnya. 

Pemegang gelar Doktor Pemikiran Islam dari Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini lebih lanjut mengatakan, “Diantara rasa syukur yang sangat dalam kehidupan saya, ketika masih berada di kelas 5 SD. Mata saya terpanah menyaksikan ketika televisi Dunia Dalam Berita saat itu menayangkan sosok yang turun dari pesawat dengan jubah ke ulamaannya dan sorban kemuliaannya, menebarkan sebuah wibawa yang sangat dahsyat. Pada wajahnya terpancar keagungan Islam, yang tadinya Islam disepelekan dipinggirkan dianggap tidak mampu menjawab persoalan-persoalan dunia dan betapa orang malu menyebutkan atau menisbahkan nama anaknya dengan nama-nama Islam, banyak orang yang merasa rendah diri, ketika menggunakan simbol-simbol Islam.”

“Kita saksikan, paling luar biasanya perempuan-perempuan di negeri kita pada saat itu sebelum terjadi revolusi Islam mereka mengenakan kerudung biasa yang hanya sekedar kain yang menutupi sebagian daripada rambutnya tapi setelah revolusi Islam sebuah perubahan mendasar terjadi. Kita saksikan, bagaimana kemudian pemuda-pemuda Islam bangkit dengan sebuah kebanggaan terhadap Islam yang luar biasa. Karya-karya dari para pemikir-pemikir Islam dikejar dan dicari. Pemuda-pemuda bangga dengan keislaman diri mereka. Bagaimana kemudian halaqah halaqah di kampus-kampus, kajian-kajian Islam begitu bertebaran luar biasa. Betapa kemudian begitu banyak dan saya yakin bahwa sebagian besar sekarang kita yang ada adalah hasil produk di era itu yang kemudian terpesona dengan revolusi yang dilakukan oleh Imam Khomeini ra.” Ungkapnya. 

Dosen Filsafat Islam kelahiran Palembang ini melanjutkan penyampaiannya. Ia berkata,   “Ketika saya masih kuliah dan saya KKM waktu itu. Satu tempat di desa terpencil di antara Palembang Sumatera Selatan dan Lampung. Namanya Desa Lempuing, di situ merupakan daerah transmigran orang-orang Madura, dan juga ada orang-orang Bali. Saat masuk ke rumah Kepala Desa di tempat itu, saya saksikan di rumahnya itu ada foto Imam Khomeini. Saya kaget dan saya menanyakan foto itu. Dan dia jawab, bahwa itu foto ulama yang dia kagumi. Walaupun dia tidak mengenal secara detail pada saat itu. Ini menunjukkan betapa kita saksikan bahwa pengaruh Imam Khomeini masuk merasuk pada kalbu setiap orang, yang pada jiwa mereka ada jiwa kemerdekaan luar biasa.”

Disebutkan, Ayatullah Sayid Ruhullah Musavi Khomeini atau Imam Khomeini yang lahir pada 17 Mei 1900 adalah Pemimpin Agung Iran dan salah satu ulama Marja Syiah yang memimpin revolusi Iran dan setelah itu mendirikan Republik Islam melalui referendum dan memimpinnya sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada 3 Juni 1989. Setiap tanggal wafatnya, oleh rakyat Iran maupun pengagum dan pecintanya di seluruh dunia menggelar majelis haul untuk memperingatinya. Prosesi pemakamannya yang melibatkan sepuluh juta lebih rakyat Iran tercatat sebagai pemakaman terbesar sepanjang sejarah. Hari kematiannya sendiri di Iran dijadikan sebagai salah satu hari libur nasional.