Kantor Berita Internasional Ahlulbait – ABNA – Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim Zionis, kemarin mengumumkan bahwa ia mengakui Republik Somaliland. Netanyahu menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari rangkaian normalisasi yang dikenal sebagai Perjanjian Abraham.
Somaliland adalah nama yang dipilih oleh suku-suku di lima provinsi utara Somalia yang secara sepihak menyatakan kemerdekaan dari Somalia. Hingga saat ini, tidak satu pun negara di dunia yang mengakui Somaliland secara resmi. Langkah ilegal rezim Zionis ini, selain menuai kecaman internasional, juga memperkuat kecurigaan terkait kemungkinan pemindahan penduduk Gaza ke wilayah tersebut.
Strategi Israel di Laut Merah dan Teluk Aden
Para pakar meyakini bahwa rezim Zionis selama bertahun-tahun mengupayakan opsi normalisasi dengan Somalia sebagai bagian dari strategi untuk: Membatasi kekuatan Ansarullah Yaman, menguasai Laut Merah dan Teluk Aden dan memperluas pengaruh melalui kelompok separatis Somalia
Mengapa Israel Mengklaim Memiliki Hubungan dengan Somalia?
Tsabit al-Amour, pakar Palestina dan hubungan internasional, menulis dalam analisanya di Al Mayadeen: Mengapa Israel mengklaim memiliki hubungan dengan Somalia?
Apakah ini hanya kesalahan diplomatik, atau sebuah upaya sengaja Israel untuk menembus Afrika dan membuka pintu di salah satu negara yang paling sensitif terhadap isu Palestina?
Somalia tidak akan kebal terhadap tekanan dan bujukan negara-negara Teluk, Amerika Serikat, dan Israel.
Klaim Israel dan Bantahan Tegas Somalia
Pada 15 Desember 2025, Sharon Haskel, Wakil Menteri Luar Negeri Israel, dalam wawancara dengan saluran i24NEWS, mengklaim adanya “saluran komunikasi khusus” antara Israel dan Somalia. Ia menyebut bahwa Somalia menghadapi situasi keamanan yang kompleks dan membutuhkan pengawasan serta dukungan mitra internasional “bersahabat”.
Namun, respons Somalia sangat cepat dan tegas. Pemerintah Somalia membantah sepenuhnya klaim tersebut.
Ali Mohamed Omar, Menteri Luar Negeri Somalia, menegaskan: “Pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Israel mengenai adanya hubungan antara Israel dan Somalia adalah tidak benar. Tidak ada hubungan apa pun antara Somalia dan Israel, dan posisi Somalia terhadap kebijakan Israel tidak berubah.”
Ia menekankan bahwa Somalia tidak memiliki hubungan diplomatik maupun politik dengan Israel.
Klaim Lama yang Berulang
Perlu dicatat, klaim Israel ini bukan yang pertama. Pada 11 Juli 2022, media Israel mengklaim bahwa juru bicara Presiden Somalia menyatakan pemerintah tengah bersiap berkonsultasi dengan parlemen soal kemungkinan hubungan diplomatik dengan Israel—klaim yang langsung dibantah oleh sumber-sumber resmi Somalia.
Laporan lain pada Juni 2022 mengklaim Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud pernah berhubungan dengan pejabat Israel, bahkan disebut bertemu Netanyahu secara rahasia pada 2016. Laporan-laporan ini tidak pernah dikonfirmasi secara resmi.
Tujuan Sebenarnya Israel
Terlepas dari validitas klaim Israel, fakta di lapangan dan bantahan resmi Somalia menegaskan bahwa hingga kini tidak ada hubungan diplomatik resmi antara kedua pihak. Motivasi Israel di balik klaim ini bersifat strategis dan regional, bukan diplomatik murni. Dengan meningkatnya ketegangan dengan Yaman dan kehadiran Iran di Laut Merah, Israel berusaha: Membentuk poros baru di Tanduk Afrika, memberi tekanan politik kepada pengambil keputusan di Mogadishu dan menguji reaksi publik Somalia terhadap kemungkinan normalisasi
Israel juga menggunakan klaim-klaim ini sebagai alat uji opini publik, sebagaimana dilakukan di negara-negara Afrika lain yang mengalami perubahan politik.
Faktor Penentu dan Hambatan Besar
Meski ada laporan pertemuan informal di negara ketiga, tidak ada hubungan resmi yang diakui. Upaya infiltrasi Israel memang berlanjut, namun menghadapi hambatan besar: Penolakan rakyat Somalia, oposisi agama yang kuat, biaya politik yang sangat tinggi dan sensitivitas historis Somalia terhadap Palestina
Selain itu, pendekatan Israel yang bersifat ancaman dan tekanan justru memperkecil peluang normalisasi.
Pada 4 Desember 2025, Shai Gal, penasihat senior pemerintah Israel, bahkan mengeluarkan peringatan terbuka kepada Somalia terkait hubungannya dengan Turki, menuduh Somalia menjadi pusat pengaruh militer Ankara—sebuah bentuk intervensi yang menyerupai upaya perwalian politik.
Meskipun dinamika geopolitik regional bisa membuka celah, hambatan rakyat, agama, dan politik membuat normalisasi resmi antara Israel dan Somalia dalam waktu dekat sangat kecil kemungkinannya. Bagi Somalia, mendekat ke Israel bukan sekadar normalisasi, melainkan pengkhianatan terhadap Palestina, rakyatnya, dan konsensus nasional Islam yang masih sangat kuat.
Somalia memahami bahwa langkah menuju Israel bukanlah langkah pragmatis biasa, melainkan kudeta terhadap prinsip-prinsip dasar yang menjadi identitas nasionalnya.
Your Comment