25 Desember 2025 - 19:04
Hamas Menerbitkan Narasi Kedua tentang Pertempuran “Topan Al-Aqsa” / Perlawanan yang Teguh dan Tak Dapat Dikalahkan

Gerakan Hamas merilis narasi keduanya mengenai pertempuran “Topan Al-Aqsa”, dalam dua bahasa—Arab dan Inggris—dengan judul: “Narasi Kami: Topan Al-Aqsa – Dua Tahun Keteguhan dan Kehendak untuk Pembebasan.”

Kantor Berita Internasional Ahlulbait – ABNA – Pada hari Rabu (24/12), Hamas mempublikasikan dokumen tersebut melalui situs resminya. Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan: “Topan Al-Aqsa bukan sekadar sebuah peristiwa militer, melainkan momen kelahiran agung dan kebangkitan kesadaran merdeka, yang di dalamnya tidak ada tipu daya atau pemalsuan.”

Gerakan ini menambahkan: “Setelah dua tahun genosida dan keteguhan, narasi kami sepenuhnya jelas: sebuah bangsa yang tidak dapat dihapuskan, perlawanan yang teguh dan tak dapat dikalahkan, serta ingatan yang tidak akan pernah dilupakan.”

Hamas menegaskan bahwa pendirian negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, serta kembalinya para pengungsi ke tanah air mereka, bukanlah mimpi, melainkan tujuan yang diakui oleh seluruh konvensi internasional dan kemanusiaan, serta merupakan hak historis dan politik yang ditegakkan oleh rakyat yang bertahan menghadapi genosida tanpa pernah menyerah.

Delapan Bab Narasi “Topan Al-Aqsa”

Hamas menyatakan bahwa dokumen ini disusun dalam delapan bab:

  1. Motivasi dan latar belakang

  2. Hari penyeberangan yang agung (7 Oktober 2023)

  3. Peninjauan peristiwa 7 Oktober – jawaban positif terhadap pengungkapan kebenaran

  4. Perjalanan perang Gaza

  5. Upaya Hamas menghentikan agresi dan rencana Trump

  6. Pencapaian Topan Al-Aqsa

  7. Hamas tidak dapat diisolasi

  8. Prioritas-prioritas

Hamas menegaskan bahwa: “7 Oktober bukanlah awal perang, melainkan hasil alami dari pendudukan sejak 1948 selama 77 tahun, di mana rakyat kami diusir oleh penjajah Zionis.”

Terkait motivasi Topan Al-Aqsa, Hamas selain menyinggung meningkatnya ekstremisme Zionis, penargetan Tepi Barat, serta perlakuan terhadap para tahanan di penjara-penjara pendudukan, juga menunjuk pada kegagalan opsi penyelesaian politik antara rezim Israel dan Otoritas Palestina.

7 Oktober sebagai “Momen Kebenaran”

Dalam bab kedua, Hamas menyatakan bahwa operasi Topan Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 merupakan momen kebenaran yang merombak kembali persamaan konflik setelah bertahun-tahun pengepungan dan pengabaian internasional. Kemarahan rakyat Palestina meledak dalam sebuah tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dipimpin oleh para pejuang perlawanan.

Hamas menegaskan: “Operasi ini bukan petualangan atau tindakan emosional, melainkan langkah yang diperhitungkan—perwujudan kehendak harapan dan upaya meluruskan jalur sejarah.”

Gerakan tersebut menambahkan bahwa rakyat Palestina, dengan kesadaran, perencanaan, tawakal kepada Tuhan, dan keyakinan pada keadilan perjuangan mereka, bertindak dengan kepercayaan bahwa pengorbanan adalah jalan keselamatan. Momen ini disebut sebagai pengorbanan besar untuk menyampaikan pesan kepada dunia: “Kami bukan korban selamanya, melainkan bangsa yang memperjuangkan martabatnya dan menolak menjadi saksi bisu atas perampasan tanah airnya.”

Hamas menyatakan bahwa operasi tersebut mendapat dukungan rakyat Palestina yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menjadi simbol persatuan di sekitar pilihan perlawanan.

Bantahan Tuduhan dan Seruan Investigasi Independen

Hamas menyerukan penyelidikan atas peristiwa 7 Oktober dan pengungkapan kebenaran, seraya menyatakan bahwa sejak hari pertama, rezim Zionis berupaya memutarbalikkan fakta dengan menyebarkan tuduhan pembunuhan anak-anak dan pemerkosaan perempuan sebagai dalih untuk menjalankan proyek pemusnahan total yang telah direncanakan sebelumnya guna menghapus Gaza dari peta dunia.

Hamas menegaskan bahwa dalam operasi Topan Al-Aqsa, perlawanan tidak menargetkan rumah sakit, sekolah, atau tempat ibadah, serta tidak membunuh jurnalis maupun petugas ambulans. Gerakan ini menantang rezim Israel untuk membuktikan sebaliknya dan menyerukan penyelidikan internasional yang independen terhadap klaim-klaim tersebut, sekaligus terhadap kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.

Upaya Menghentikan Perang dan Rencana Trump

Hamas menjelaskan bahwa sejak hari pertama agresi, dengan koordinasi kelompok-kelompok perlawanan dan kerja sama para mediator, mereka melakukan upaya berkelanjutan untuk menghentikan pembantaian terhadap anak-anak dan warga sipil tak bersenjata, serta menghentikan penghancuran sistematis seluruh aspek kehidupan di Jalur Gaza.

Gerakan ini menekankan bahwa mereka menyikapi seluruh inisiatif dan proposal gencatan senjata dengan tanggung jawab nasional yang tinggi, demi kepentingan rakyat Palestina dan penghentian penderitaan kemanusiaan.

Namun, sikap ini berseberangan dengan kebijakan Benjamin Netanyahu dan pemerintah ekstremisnya, yang menolak seluruh inisiatif penghentian perang dan berupaya memaksakan skema pendudukan Gaza, aneksasi Tepi Barat, serta pengusiran rakyat Palestina dari tanah mereka.

Hamas menyebut bahwa agenda politik Netanyahu—termasuk upaya menutupi kegagalan 7 Oktober, menghindari tuntutan korupsi, ilusi mengalahkan perlawanan, dan memperpanjang perang demi kelangsungan pemerintahannya—menjadi alasan utama penolakan terhadap semua proposal gencatan senjata, bahkan yang telah diterima Hamas tanpa syarat.

Hamas menegaskan bahwa kini jelas bagi dunia bahwa Netanyahu adalah satu-satunya penghalang implementasi seluruh proposal dan tahapan negosiasi, termasuk proposal yang sebelumnya dia ajukan sendiri.

Meskipun negosiasi berlangsung sulit dan kompleks, Hamas menyatakan bahwa menjaga harga mahal yang telah dibayar rakyat Palestina dan darah para syuhada menuntut keteguhan, kebijaksanaan, dan tekad kuat untuk mencapai hasil terbaik. Menurut Hamas, tercapainya gencatan senjata merupakan buah langsung dari keteguhan dan pengorbanan rakyat Palestina, bukan pemberian pihak mana pun.

Gerakan ini juga menegaskan bahwa meskipun rezim pendudukan menargetkan delegasi perunding Hamas di Doha—sebuah pelanggaran berat terhadap seluruh norma internasional—Hamas tetap melanjutkan upayanya untuk mengakhiri perang yang dilancarkan oleh para penjahat perang di Tel Aviv, dan menangani rencana Donald Trump pada akhir September 2025 dengan penuh tanggung jawab dan keseriusan.

Hamas menyambut butir-butir rencana tersebut yang mencakup gencatan senjata, penghentian pengungsian, penarikan penuh dan bertahap pasukan pendudukan, masuknya bantuan dan bahan bangunan ke Gaza, serta pertukaran tahanan—baik yang masih hidup maupun jenazah. Hamas juga menyetujui pengelolaan Gaza oleh entitas administratif Palestina (pemerintahan teknokrat) yang memiliki penerimaan nasional serta dukungan Arab dan internasional. Seluruh isu strategis nasional dirujuk pada dialog internal Palestina demi mencapai konsensus berdasarkan kepentingan tertinggi rakyat Palestina, sambil menolak segala bentuk intervensi atau diktat asing terhadap keputusan nasional yang merdeka.

Gerakan ini menegaskan dengan jelas bahwa mereka tidak akan membiarkan penjajah meraih melalui negosiasi apa yang gagal mereka capai dengan kekerasan dan penghancuran.

Your Comment

You are replying to: .
captcha