Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Menurut harian Yedioth Ahronoth, pejabat senior Israel mengatakan bahwa Hizbullah berhasil memulihkan sebagian besar kekuatan tempurnya di berbagai front, seiring meningkatnya kembali aliran bantuan finansial dari Iran dalam beberapa bulan terakhir. Tel Aviv menyebut perkembangan ini sebagai kembalinya kondisi deterensi sebelum eskalasi regional, dan memperingatkan bahwa Israel “tidak bisa menunggu tanpa batas waktu”—sebuah sinyal kemungkinan perluasan operasi militer jika diplomasi tidak menghasilkan kemajuan nyata.
Lembaga keamanan Israel mengklaim bahwa bantuan Iran memungkinkan Hizbullah membangun ulang sistem rudal, jaringan komando dan kontrol, serta meningkatkan kesiapan unit-unit elitnya, khususnya Unit Radwan, di perbatasan utara.
Dalam laporan lain yang dikutip surat kabar tersebut, pejabat Israel menyebut bahwa Lebanon telah melucuti 80 persen senjata Hizbullah di selatan Sungai Litani—hasil tekanan diplomatik yang melibatkan AS, Prancis, dan PBB. Namun mereka mengakui pemerintah Lebanon tidak mampu menyelesaikan proses itu sebelum akhir tahun karena kompleksitas politik dan lemahnya kontrol negara di wilayah selatan.
Penilaian tersebut muncul di tengah ketegangan Lebanon–Israel sejak Oktober 2023, yang tetap berada di bawah ambang perang besar. AS, Prancis, dan pihak internasional lainnya berusaha menyusun “kesepakatan bertahap” untuk mencegah eskalasi.
Menurut narasi Israel, pulihnya kemampuan ofensif Hizbullah adalah ancaman strategis yang tidak dapat dibendung hanya dengan diplomasi—terutama dengan terus berlanjutnya peluncuran drone dan roket ke Galilea serta aktivitas militer Hizbullah di utara Litani.
Peringatan itu juga dikaitkan dengan implementasi Resolusi 1701. Israel mengartikannya sebagai larangan total kehadiran bersenjata Hizbullah di selatan Litani, sementara Lebanon menegaskan Israel sendiri tidak mematuhi resolusi tersebut, termasuk tetap menduduki ladang Shebaa, menahan para tawanan, dan melakukan pelanggaran udara setiap hari.
Para analis menilai pernyataan Israel ini sebagai upaya tekanan politik terhadap komunitas internasional agar penyelesaian sengketa perbatasan Lebanon dipercepat dan formula keamanan baru diberlakukan untuk mendorong Hizbullah mundur lebih jauh ke wilayah Lebanon.
Your Comment