Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Ustaz Muhammad Kamil Zuhairi dari Malaysia, saat ini berdomisili di negara bagian Selangor, sekitar Kuala Lumpur. Ia adalah Kepala Komunitas Sipil Syiah Imamiyah di Malaysia serta Direktur Pusat al-Ridha (as), yaitu lembaga aktif dan komprehensif dalam bidang kebudayaan, keilmuan, kemanusiaan, dan ekonomi.
Beliau menempuh pendidikan hauzah selama lebih dari delapan tahun di Qom dan Isfahan, dan setelah itu kembali ke tanah air untuk melayani para pecinta Ahlulbait (AS).
Dalam wawancaranya bersama reporter ABNA, Ustaz Muhammad Kamil Zuhairi menjelaskan tentang aktivitas dan peran aktif Syiah Malaysia.
ABNA: Terdengar bahwa pemerintah Malaysia cukup sensitif terhadap komunitas Syiah selama dua dekade terakhir. Apa penyebabnya?
Ada banyak faktor, dan kebanyakan berasal dari luar, seperti aktivitas kelompok Salafi dan takfiri. Aspek ekonomi juga turut mempengaruhi.
Malaysia memiliki hubungan ekonomi dengan negara-negara seperti Arab Saudi, dan melalui hubungan inilah tekanan terhadap Syiah meningkat. Kekhawatiran bahwa Malaysia akan mendekat ke Iran menjadi alasan utama tekanan tersebut. Pada tahun 2010, pusat kami mengalami serangkaian serangan.
ABNA: Serangan-serangan ini berasal dari pemerintah atau kelompok tertentu?
Sistem pemerintahan Malaysia adalah federal: ada pemerintahan pusat dan 14 negara bagian dengan pemerintahan masing-masing. Dari 14 negara bagian ini, 9 di antaranya merupakan kesultanan, dan sisanya dipimpin gubernur.
Di 9 negara bagian yang dipimpin sultan ini, urusan keagamaan dipegang oleh sultan sendiri yang juga berperan sebagai kepala agama. Masing-masing menunjuk seorang mufti. Lembaga keagamaan ini memiliki unit semimiliter—mirip dengan “Amar Makruf Nahi Munkar”—yang saat itu menyerbu semua acara kami.
Selain itu, ada Departemen Urusan Islam yang mengeluarkan fatwa pelarangan terhadap Syiah di seluruh negara bagian.
ABNA: Bagaimana bentuk serangan tersebut?
Awal-awal sangat berat. Pernah suatu hari, 30 orang bersenjata mengepung rumah saya karena mereka menyangka kami bersenjata. Mereka menggeledah seluruh rumah. Kecurigaan mereka sampai sebegitu parahnya. Namun, setelah itu, saat datang untuk razia, mereka mulai minta maaf dan bilang hanya menjalankan perintah.
Pernah juga, ponsel saya disita secara ilegal untuk dikosongkan datanya, dan sampai sekarang belum dikembalikan. Kami akhirnya membakar kartu SIM-nya.
ABNA: Apa saja yang termasuk dalam pelarangan terhadap Syiah?
Kami dilarang membentuk organisasi apa pun, menerbitkan buku, dan banyak lagi. Total ada sekitar 20 poin pelarangan. Kami dicap menyimpang dari Islam “yang benar”, meskipun tak secara eksplisit dikafirkan. Satu-satunya mazhab yang diakui adalah Syafi’i.
ABNA: Apakah kelompok lain dari Ahlusunah juga ditekan?
Tidak. Kelompok Sunni lainnya dan agama-agama lain dibiarkan. Hanya Syiah yang menjadi sasaran tekanan. Secara umum, kebebasan beragama tetap berlaku di Malaysia, kecuali bagi Syiah.
ABNA: Apa saja agama dan mazhab lain yang ada di Malaysia?
Buddha, Hindu, penganut kepercayaan lokal, dan lainnya.
ABNA: Lalu bagaimana pelaksanaan ritual Syiah dilakukan?
Sebisa mungkin kami adakan secara terbuka tanpa menimbulkan konflik. Tapi saat situasi sensitif, kami menyesuaikan taktik dan strategi agar tetap aman.
ABNA: Apakah ada upaya untuk menuntut hak-hak Syiah?
Sejak penangkapan massal tahun 2010, kami bertahan kuat. Kami bahkan mengajukan tuntutan hukum melalui pengadilan sipil (bukan pengadilan agama) terhadap pihak yang menyerang pusat kami.
Kami menuntut kompensasi hingga USD 30 juta, tapi hakim menyatakan tak mampu melaksanakannya, dan hanya menjatuhkan denda ringan. Akhirnya kasus ditutup karena tekanan politik, bahkan kami yang dikenai denda, yang membuat pengacara kami terkejut. Meski begitu, kami tetap bela hak kami karena semua aktivitas kami sesuai hukum negara.
Kami juga menjalin komunikasi dengan PM, lembaga keamanan, lembaga HAM, hingga PBB. Hasilnya cukup signifikan. Kini, jika ada penangkapan tanpa dasar, mereka takut disorot dunia dan buru-buru membebaskan.
Pernah saat perayaan, kami diserbu dan semua ditangkap. Saya sudah siap, bawa dua ponsel. Satu saya serahkan, satunya lagi saya gunakan untuk hubungi media dan lembaga internasional. Malam itu berita langsung tersebar dan aksi solidaritas muncul di depan kedutaan-kedutaan Malaysia di luar negeri.
ABNA: Apakah ada komunikasi dengan Syiah dari negara bagian lain?
Ya. Ada 14 pusat Syiah di berbagai negara bagian. Umumnya dikelola para alumni hauzah. Kami saling kenal dan saling terhubung.
Kami memiliki satu wadah bersama, tapi tidak bisa seaktif komunitas Syiah di negara lain karena tekanan yang kami alami. Kami telah secara resmi menyampaikan ke pemerintah bahwa jumlah Syiah di Malaysia bukan sekadar “kelompok”, tapi sebuah “komunitas” yang sah.
Saat mereka ingin menangkap kami, mereka menyebut kami “kelompok Syiah”, dan kami membantah: “Kami bukan kelompok, kami komunitas. Maka proses hukum harus menggunakan istilah komunitas, bukan kelompok.”
ABNA: Bagaimana sikap media saat itu terhadap Syiah?
Saat gelombang tekanan dimulai, media sangat agresif menyerang Syiah. Hampir tiap hari, berita utama media adalah penangkapan Syiah, dan pemerintah merasa bangga akan hal ini. Masyarakat dicekoki narasi bahwa Syiah menghalalkan darah Ahlusunah. Kami dilabeli teroris, ekstremis, pembuat kekacauan, dan puluhan tuduhan lainnya.
Namun, setelah itu, berbagai media lokal dan internasional mulai datang untuk wawancara langsung dengan kami.
ABNA: Apa tujuan wawancara-wawancara ini?
Sebagian ingin mendiskreditkan, tapi sebagian lainnya ingin tahu fakta sebenarnya.
ABNA: Apakah hasilnya positif?
Ya. Persepsi negatif masyarakat mulai melunak setelah mendengar langsung cerita dan kebenaran dari kami. Bahkan aparat keamanan dan penyidik yang dulu kasar, kini lebih rasional dan tidak lagi brutal seperti dulu.
ABNA: Bagaimana hubungan komunitas Syiah dengan masyarakat Ahlusunah?
Awalnya masyarakat cukup termakan propaganda media. Bahkan beberapa tempat mengalami razia dan penggeledahan. Mereka ditakut-takuti bahwa Syiah adalah ancaman teror. Tapi seiring waktu, dan dengan kerja keras kami, banyak orang mulai mengenal kebenaran dan hubungan pun membaik.
Your Comment