21 Juli 2025 - 17:43
Mengenal Sekte Druze dan Hubungannya dengan Israel

Jika warga Druze di Suriah tertekan oleh kebijakan pendudukan Israel dan mengalami nasib seperti warga Druze di wilayah pendudukan Palestina dan Dataran Tinggi Golan, maka hal ini juga bisa mendorong komunitas Druze di Lebanon menuju masa depan serupa, karena wilayah geografis mereka juga berbatasan langsung dengan Palestina yang diduduki.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Kaum Druze merupakan kelompok etno-religius berbahasa Arab yang bercabang dari ajaran esoteris Ismailiyah dan menyebut diri mereka sebagai al-Muwahhidun (kaum monoteis). Ajaran ini muncul pada abad ke-5 Hijriah di Mesir, berasal dari sekte Ismailiyah yang dikenal sebagai penganut Enam Imam.

Kelompok ini menganggap Al-Hakim bi Amrillah, khalifah keenam dari Dinasti Fatimiyah, sebagai manifestasi ilahi. Mereka memiliki keyakinan khas seperti reinkarnasi jiwa, serta penolakan terhadap konsep surga dan neraka sebagaimana dipercayai oleh mazhab Islam lainnya. Druze meyakini bahwa syariat-syariat sebelumnya, termasuk Islam, telah dibatalkan, dan mereka berpegang pada “inti terdalam” agama (esoterisme tingkat tinggi).

Agama mereka merupakan gabungan dari unsur Islam, Kristen, filsafat, mistisisme, dan neoplatonisme.

Kitab suci mereka, “Rasāʾil al-Ḥikmah”, berisi ajaran para pemimpin spiritual mereka dan hanya boleh diakses oleh kalangan ‘Uqqāl (kaum bijak), sementara disembunyikan dari kalangan Juhhāl (awam). Ritual peribadatan pun hanya dilakukan secara rahasia oleh kaum ‘Uqqāl.

Mereka tidak menjalankan ibadah syariat seperti shalat dan puasa sebagaimana Islam, namun berpegang pada tujuh prinsip moral (al-shurūt al-sab‘ah), antara lain kejujuran, solidaritas internal, menjauhi kejahatan, dan kepasrahan pada kehendak Ilahi.

Hari raya terpenting bagi kaum Druze adalah Idul Adha, dan mereka juga berpuasa selama sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, meski dengan aturan berbeda dari puasa Islam.

Dalam hal pernikahan, mereka memiliki aturan ketat, termasuk larangan menikah dengan non-Druze.

Meskipun bersifat tertutup, komunitas Druze menjalani hidup damai bersama pemeluk agama lain karena menerapkan taqiyyah dan menyembunyikan keyakinan mereka.

Kaum Druze terbagi menjadi dua kelompok utama:

  • ‘Uqqāl: kalangan cendekiawan dan spiritual yang dapat menafsirkan ajaran rahasia dan menjadi rujukan masyarakat, biasa disebut sebagai syaikh.

  • Juhhāl: kalangan awam yang harus menempuh perjalanan spiritual panjang untuk bergabung dengan kaum ‘Uqqāl.

Mereka mayoritas tinggal di wilayah pegunungan:

  • Suriah: sekitar 700.000 orang di Sweida

  • Lebanon: sekitar 350.000 orang di wilayah Shouf, Aley, dan Hasbaya

  • Palestina pendudukan: sekitar 150.000 orang di Golan dan Galilea

Selain itu, komunitas kecil mereka tersebar di Yordania, Eropa, Kanada, Amerika Latin, Filipina, AS, Australia, dan Afrika Barat.

Kaum Druze di wilayah pendudukan Palestina memiliki kewarganegaraan Israel dan sejak tahun 1956 dikenai wajib militer. Israel menyebut hubungan ini sebagai “perjanjian darah”, meskipun mereka tetap dianggap sebagai warga kelas dua. Namun, banyak dari mereka yang mendukung kebijakan Tel Aviv.

Sebaliknya, Druze di Suriah lebih menekankan identitas Arab dan persatuan nasional. Mereka banyak yang menolak kewarganegaraan Israel di Golan, tidak memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan Suriah, dan cenderung netral selama perang saudara serta menolak campur tangan Israel.

Di Lebanon, kaum Druze memiliki perwakilan di parlemen dan militer. Pemimpin politik mereka saat ini, Walid Jumblatt, bersatu dengan Hizbullah dalam menghadapi agresi Israel, meskipun sebelumnya pernah menjalin kontak dengan rezim Zionis.

Kesimpulannya, jika Druze Suriah tunduk pada tekanan Israel dan mengikuti nasib Druze di Palestina dan Golan, hal ini dapat menyeret Druze Lebanon ke arah serupa karena wilayah mereka berbatasan langsung dengan Israel. Ini bisa memicu perubahan besar dalam geopolitik Timur Tengah — sebuah transformasi yang tampaknya sesuai dengan impian lama Netanyahu, sebagaimana ia tulis dalam bukunya “A Place Under the Sun” (1995):

“Kaum Druze Suriah akan bersatu dengan Druze Lebanon dan Palestina.”

Semoga dengan kebijaksanaan ulama dan penguasa Muslim, serta penekanan pada nilai-nilai bersama antara Druze dan ajaran Islam, kita tidak membiarkan komunitas ini menjadi alat penguatan kekuasaan Israel.

✍️ Dr. Muslim Mohammadi
Anggota Fakultas Universitas Teheran

Your Comment

You are replying to: .
captcha