Presiden AS dengan mengeluarkan perintah final pada 15 Maret memberi izin dimulainya serangan yang direncanakan untuk beberapa minggu ke Yaman.
Akibat serangan-serangan itu sampai sekarang ratusan orang di berbagai wilayah Yaman, menjadi target. AS dalam serangan ini menggunakan jet-jet tempur yang ditempatkan di atas kapal induk USS Harry Truman, dan USS Carl Vinson, juga pesawat pembom strategis B-2.
Departemen Pertahanan AS baru-baru ini sudah menempatkan sejumlah pesawat pembom strategisnya termasuk B-2 untuk menyerang Yaman, di sebuah pangkalan militer di kepulauan Diego Garcia di Samudra Hindia.
Amerika Serikat sebelumnya yaitu di masa pemerintahan Presiden Joe Biden, juga menggunakan pesawat pembom strategis B-2 untuk menyerang Yaman.
Kegagalan AS
Meskipun demikian serangan udara AS tidak berhasil mencegah berlanjutnya operasi perlawanan Yaman terhadap Rezim Zionis. Menurut klaim sumber di AS hingga akhir April 2025, lebih dari 700 penerbangan dilakukan untuk membombadir Yaman.
Akan tetapi hasil akhir dari serangan-serangan tersebut bukan hanya tidak berhasil menghentikan operasi rudal ke Israel, bahkan kapal induk USS Harry Truman, dalam serangan rudal pasukan Yaman, mengalami kerusakan, dan kehilangan dua jet tempur F-18 Super Hornet.
Saat ini armada laut yang dipimpin kapal induk USS Harry Truman, ditempatkan di lokasi yang berjarak 1.000 kilometer dari pesisir pantai Yaman, karena takut atas kemampuan arsenal anti-kapal pasukan negara ini.
Beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam serangan-serangan ini adalah AS telah mengerahkan faktor pencegahan udara terkuat miliknya terhadap Yaman, dengan menggunakan pesawat pembom B-2, dan bom-bom GBU-57 MOP yang merupakan bom-bom penghancur bungker terkuat milik AS, tapi langkah ini tidak membuahkan hasil.
Amerika Serikat, di perairan juga tidak berhasil mencegah aksi serangan terhadap kapal-kapal Israel, dan afiliasinya yang dilakukan oleh pasukan Yaman.
GBU-57 MOP yang Tidak Berguna
Bom GBU-57 MOP, adalah bom berbobot 14 ton, yang sekitar 2,5 tonnya merupakah bahan peledak kuat atau yang biasa disebut sebagai hulu ledak. Pesawat pembom B-2 dan B-52 H hanya bisa membawa dua unit bom GBU-57.
Bom ini dapat membobol dinding beton selebar 61 meter yang dilengkapi 5.000 PSI atau delapan meter dinding beton superkuat 10.000 PSI, dan ini sangat menyedot perhatian. Kekuatan penetrasi bom ini pada batuan sedang-keras mencapai 40 meter. Metode peluncuran bom ini adalah dilepaskan dari ketinggian saat pesawat melakukan manuver di udara sehingga diperoleh percepatan yang diperlukan untuk menembus ke dalam beton yang dipersenjatai.
Menurut klaim Pentagon, bom ini digunakan untuk merusak serangkaian target khusus yang sangat kuat, dan berada di dalam tanah. Selain itu juga dapat menghancurkan pangkalan-pangkalan beton, dan fasilitas-fasilitas militer di terowongan-terowongan di dalam tanah. Bom ini memiliki sumbu penunda ledakan, sehingga bisa meledak setelah hulu ledak berhasil menembus target.
Bom MOP adalah senjata konvensional paling berbahaya bagi fasilitas-fasilitas bawah tanah, dan terlindungi. Bom ini memiliki dimensi yang besar, dan penampang radar besar (bom berukuran panjang 6,2 meter dengan ketebalan 70 cm).
Meskipun demikian peluncuran bom ini terhadap target bawah tanah milik Yaman, tidak pernah sukses, dan orang-orang Yaman, mampu merekonstruksi pintu masuk serta keluar terowongan-terowongan yang terkena bom dengan cepat. Selain itu bom tersebut tidak menghasilkan dampak-dampak yang diharapkan.
Kemungkinan alasannya adalah posisi khusus terowongan-terowongan yang dibangun Yaman dalam beberapa tahun terakhir, dan peralatan militer mereka disembunyikan di sana. Surat kabar Wall Street Journal melaporkan, pesawat pembom anti-radar B-2 AS, gagal menghancurkan salah satu kota rudal bawah tanah Ansarullah Yaman, dengan menggunakan bom penghancur bungker.
Menurut koran AS ini dengan bersandar pada foto satelit, pembuatan pintu masuk terowongan-terowongan baru di lokasi pemboman menunjukkan gagalnya serangan yang dilakukan untuk menghancurkan kompleks bawah tanah tersebut.
Sebuah sumber militer senior Yaman menyinggung serangan AS ke negaranya dengan pesawat pembom B-2, dan menyebut serangan tersebut tidak berpengaruh, serta menunjukkan ketakutan AS. Ia mengatakan, penggunaan pesawat pembom B-2 dalam menyerang Yaman, membuktikan ketakutan AS atas ditembak jatuhnya jet-jet tempur yang terbang di atas langit Yaman, dan ketakutan atas sistem pertahanan udara yang mengejutkan.
“Serangan terbaru menyasar gudang senjata, dan tidak mempengaruhi kemampuan persenjataan Yaman dari sisi kualitas dan jenisnya. Serangan itu dilakukan setelah AS menerima pukulan mematikan di Laut Merah, setelah penyerangan ke kapal-kapal dagang, dengan rudal dan drone Yaman,” imbuhnya.
Kesimpulan
Perlawanan Yaman, khususnya Ansarullah, dengan bersandar pada tekad kuat dan iman kukuh rakyat Yaman, berhasil melawan agresi dan serangan-serangan militer AS dan sekutu-sekutunya. Penggunaan bom-bom penghancur bungker dan persenjataan mutakhir lainnya oleh AS, gagal melemahkan semangat perlawanan dan perjuangan rakyat Yaman. Masalah ini membuktikan kekalahan strategis militer AS di kawasan, dan keunggulan strategis pertahanan serta keamanan yang bertumpu pada perlawanan.
Kenyataannya AS dengan menggunakan pesawat pembom B-2, dan bom-bom penghancur bungker GBU-57 mengerahkan senjata terakhir yang dimilikinya untuk melawan Yaman, dan melancarkan propaganda luas terkait hal itu namun tidak membuahkan hasil sesuai harapan.
AS telah menganggap remeh faktor penting di arena operasi militer di Yaman yaitu profesionalitas pasukan Yaman, dan pejuang Ansarullah, serta penggunaan pengalaman perang panjang mereka melawan koalisi Arab Saudi, dan gambaran keliru media-media Barat terkait hal ini bahwa AS sedang berhadapan dengan rakyat terbelakang, tak punya keterampilan, dan tidak punya struktur militer profesional.
Padahal hasil-hasil operasi militer AS di Yaman, termasuk jatuhnya 27 unit drone MQ-9 Reaper senilai 800 juta dolar, oleh pasukan Yaman, membuktikan bahwa pasukan Yaman, dalam perang non-konvensional melawan AS selain keberanian luar biasa, juga memiliki pengetahuan, keterampilan, dan peralatan militer yang menyebabkan mereka mampu memberikan pukulan telak dan efektif terhadap AS, dan sekutu-sekutu Zionisnya.
342/
Your Comment