(ABNA24.com) Zionis Israel pada bulan Mei 2019 memulai perang baru terhadap Jalur Gaza yang mendapat reaksi tegas faksi-faksi Muqawama, sehingga menyebabkan rezim Zionis terpaksa meminta gencatan senjata dan menerima kekalahan dalam perang.
Pasca perang dua hari, Zionis Israel dan Amerika Serikat berusaha keras lewat jalur politik untuk memajukan rencana "Kesepakatan Abad". Konferensi Ekonomi Manama di Bahrain menjadi pembuka proyek "Kesepakatan Abad" yang diselenggarakan pada 25-26 Juli, tapi bahkan penyelenggara rencana ini, Jared Kushner, menantu Trump dan Jason Greenblatt, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat Urusan Asia Barat mengakui kegagalan Konferensi Manama.
Sekarang, Zionis Israel kembali pada strategi lamanya, merusak rumah-rumah warga Palestina dengan tujuan membangun terus pemukiman-pemukiman zionis dan menduduki daerah-daerah warga Palestina. Dalam hal ini, kurang dari 24 jam lalu lebih dari 100 rumah penduduk di daerah Sur Baher di Quds pendudukan dihancurkan dan segera sekitar 225 unit rumah lagi yang akan diratakan dengan tanah.
Kejahatan rezim Zionis Israel dilakukan dalam kondisi ketika negara-negara Arab bukan saja diam, tapi justru berusaha menjalin hubungan diplomatik resmi dengan rezim penjajah al-Quds, bahkan secara implisit mendukung kejahatan ini, seperti yang disampaikan menteri luar negeri Bahrain terkait pentingnya negara-negara Arab menjalin hubungan resmi dengan Zionis Israel.
Kejahatan perusakan rumah-rumah di Quds pendudukan merupakan dampak dari keputusan ilegal Donald Trump, Presiden Amerika Serikat yang menyerahkan penuh Quds kepada Zionis Israel dan mengakuinya secara resmi sebagai ibukota baru rezim penjajah. Keputusan Gedung Putih ini memberikan kesempatan luas kepada rezim Zionis untuk meningkatkan kejahatan pembangunan pemukiman zionis lebih dari sebelumnya.
Dalam hal ini, Walid Assaf, Ketua Front Anti-Pemukiman Zionis dan Tembok Pembatas mengatakan bahwa ini merupakan operasi perusakan terbesar terhadap rumah-rumah warga Palestina sejak tahun 1967 hingga sekarang.
Poin penting lainnya, perusakan rumah-rumah warga Palestina dengan tujuan membangun pemukiman zionis bagi warga zionis merupakan bukti jelas Rasisme. Di tengah bungkamnya lembaga-lembaga internasaional, khususnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, kelompok-kelompok perlawanan dan rakyat Palestina memilih strategi Muqawama demi menghadapi kejahatan Zionis Israel.
Saleh al-Arouri, Wakil Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dalam hal ini mengatakan, "Kejahatan musuh Zionis dalam menghancurkan lebih dari 100 rumah dan unit-unit tempat tinggal warga Palestina di Quds pendudukan serta memaksa ratusan orang mengungsi menunjukkan rezim ini merupakan rezim rasis dan kriminal yang hanya memahami bahasa perlawanan."
PBB sendiri dalam kelanjutan sikap pasifnya dan tidak melakukan satu pun langkah nyata dihadapan kejahatan Zionis Israel, hanya kembali mengulangi pernyataan kekhawatirannya.
Nickolay Mladenov, Koordinator Perdamaian PBB di Asia Barat di laman Twitternya menulis bahwa sekalipun sudah berulang kali disampaikan kepada rezim Zionis Israel agar menghentikan operasi perusakan rumah-rumah warga Palestina, tapi perusakan terbaru di daerah Sur Baher mengakibatkan ratusan keluarga Palestina mengungsi dan tidak ada jumlah bantuan kemanusiaan yang mampu menutupi penderitaan orang-orang ini.
/129
Sumber : Pars Today
Rabu
24 Juli 2019
07.58.48
964065
Penghancuran Rumah-rumah Palestina Pasca Perang; Kejahatan Tak Kunjung Usai Zionis
Rezim Zionis Israel setelah kalah dalam perang yang hanya berlangsung 2 hari, kini di putaran baru kejahatannya terhadap rakyat Palestina mulai melakukan perusakan rumah-rumah warga Palestina.