Hizbullah Lebanon mengumumkan menargetkan empat pangkalan spionase intelijen militer Zionis dengan senjata yang sesuai di utara Wilayah Pendudukan.
Menurut laporan Pars Today, Hizbullah Lebanon, untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza dan perlawanan berani mereka, menargetkan sistem teknis pangkalan Al-Asi dengan senjata yang sesuai, dan serangan ini menyebabkan kehancuran peralatan pangkalan tersebut.
Al-Asi adalah salah satu pangkalan perbatasan Israel yang menentukan dan penting di utara Palestina yang diduduki, di tengah dua pangkalan "Al-Baghdadi" dan "Bayad Belida" di depan kota "Mis Al-Jabal" . Dimana sebagian besar serangan artileri tentara pendudukan di kota Mis al-Jabal dilakukan melalui observasi dan pemantauan sasaran oleh agen yang ditempatkan di sana.
Dalam operasi lainnya, Hizbullah langsung menembaki lokasi tentara rezim Zionis di pangkalan Al-Samaqah di perbukitan Kafr Shoba yang diduduki dengan senjata yang sesuai.
Perlawanan Islam Lebanon juga melancarkan serangan mortir ke pangkalan Al-Radar di ladang Shebaa yang diduduki.
Menyusul keunggulan kekuatan perlawanan di lapangan melawan pasukan Zionis, sebuah media Israel mengungkapkan pada Selasa malam bahwa sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, 10.400 tentara rezim ini telah terluka.
Perang di Jalur Gaza telah memasuki bulan ke-11, sementara beberapa media Zionis menunjuk pada sensor ketat yang dilakukan tentara Israel ketika mengumumkan korban jiwa mereka. Tindakan ini diambil karena tingginya jumlah korban tentara Zionis dalam perang terhadap Jalur Gaza dan ketakutan akan reaksi internal lebih lanjut di Wilayah Pendudukan.
Berlanjutnya kejahatan Zionis di Gaza dan keputusasaan kabinet Netanyahu dalam mengelola perang terus mendapat banyak kritik.
Sementara itu, pada Senin dan Selasa malam, puluhan ribu Zionis memprotes Benjamin Netanyahu dan menuntut perjanjian dengan Hamas di kota Tel Aviv, Quds yang diduduki, Beersheba dan kota-kota lain Palestina yang diduduki.
Demonstrasi yang digelar untuk menekan kabinet agar segera menandatangani perjanjian pertukaran tahanan dengan Hamas ini dibarengi dengan bentrokan hebat dengan polisi.
Demonstrasi anti-pemerintah diadakan di berbagai kota di Palestina yang diduduki karena Perdana Menteri Rezim Zionis mengabaikan upaya pembebasan tawanan lewat perundingan dengan Hamas, sementara Brigade Ezzedin Al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas merilis rekaman video salah satu dari 6 tahanan Zionis yang mayatnya ditemukan baru-baru ini di Jalur Gaza.
Ori Danino, tawanan Zionis, mengatakan dalam video, yang direkam di Jalur Gaza sebelum dia terbunuh, Kabinet Benjamin Netanyahu dan kabinet perangnya dikalahkan pada tanggal 7 Oktober. Mereka gagal dalam misi mereka untuk melindungi kami para pemukim dan hari ini mereka ingin membunuh kami satu demi satu dengan tindakan yang gagal untuk menyelamatkan kami.
Berbicara kepada Netanyahu dan kabinetnya serta militer Israel, tahanan Zionis ini menambahkan, Di mana Anda saat kami diserang? Di mana kamu saat kami tidak tahu harus lari ke mana? Di mana kamu saat kita sendirian?
Pada akhirnya, dia meminta keluarganya dan penduduk Wilayah Pendudukan untuk melakukan apapun yang mereka bisa untuk membebaskan para tahanan.
Osama Hamdan, salah satu pemimpin senior gerakan Hamas, juga memperingatkan hal ini pada Selasa malam, Kelanjutan operasi penjajah di Gaza akan menyebabkan mereka terbunuh, bukannya para tawanan Israel kembali.
Hamdan mengatakan, Tawanan Israel terbunuh dalam pemboman tentara Israel atau dalam penembakan oleh pasukan Israel atau dalam konflik dengan pasukan perlawanan.
Pejabat Hamas ini menyatakan, Persamaannya jelas, yaitu kembalinya tahanan Israel akan selesai ketika perang di Gaza berhenti dan penarikan pasukan Israel sepenuhnya.
Pernyataan pejabat Hamas ini muncul setelah Netanyahu menolak penarikan diri dari poros Philadelphia.
Perlawanan Palestina di Jalur Gaza memasuki pemukiman Zionis yang berdekatan dengan Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober dalam operasi mendadak dan menangkap sekitar 250 Zionis.
Beberapa dari tahanan ini dibebaskan karena tindakan kemanusiaan. Sejumlah lainnya dibebaskan selama operasi pertukaran tahanan antara rezim Zionis dan Hamas. Namun, sebagian dari mereka tewas karena kelalaian kabinet ekstremis rezim pendudukan dan berlanjutnya serangan brutal di Jalur Gaza.(sl)