Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Selasa

2 April 2024

14.29.05
1448505

Kabinet Israel di ujung Tanduk

Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim Zionis kembali menghadapi demonstrasi massal terbesar di Quds, yang membawanya semakin dekat di ujung tanduk.

Puluhan ribu penentang Netanyahu mengadakan demonstrasi massal di depan Knesset, parlemen rezim Zionis, yang meneriakkan slogan-slogan yang menentang Netanyahu dan kabinetnya, serta menuntut pengunduran dirinya dan segera diadakannya pemilihan umum dan pembentukan kabinet baru.

Mereka juga keberatan dengan pengecualian yang diberikan kepada orang-orang Yahudi tradisional yang sangat konservatif dari wajib militer.

Setelah sekitar enam bulan perang rezim Zionis melancarkan agresi militer terhadap rakyat Palestina di Gaza, Netanyahu dan tentara rezim Zionis tidak hanya gagal mencapai tujuan mereka. Bahkan, mereka juga menghadapi konflik internal dan meningkatnya ketidakamanan di wilayah-wilayah yang didudukinya.

Tujuan yang dinyatakan Netanyahu untuk menghancurkan Hamas, membebaskan tahanan, mengendalikan Jalur Gaza dan memerintah arus lain di wilayah ini, gagal total. Oleh karena itu, para penentang Netanyahu percaya bahwa ia dan kabinetnya telah mendorong Israel ke tepi jurang.

Situasi ini telah menjadi sebuah krisis di wilayah pendudukan Palestina, sehingga para analis Zionis menekankan ketidakmampuan Netanyahu dalam menguasai Jalur Gaza, meskipun ribuan tentara Zionis tewas dan terluka. Mereka juga mengklaim bahwa Netanyahu telah gagal mencapai tujuannya.

Misalnya, Ronen Bergman, analis politik dan militer Zionis dalam sebuah artikel di surat kabar Ibrani Yedioth Aharnoth mengatakan, "Menurut saya, segala sesuatunya menggantung dan Israel terpukul di medan perang,".

Faktanya, Israel berfokus pada permasalahan yang telah mereka ciptakan sendiri, dan situasi Israel di kancah politik internasional semakin buruk setiap saat. Selain itu, tentara Israel belum mencapai tujuannya berdasarkan rencana khusus mereka.Yossi Yehoshua, pakar Zionis lainnya juga menulis dalam analisisnya untuk Yedioth Aharonoth mengungkapkan,"Sejak awal perang, sebanyak 598 tentara Israel telah terbunuh dan beberapa ribu lainnya terluka. Data sebenarnya jauh lebih tinggi dari jumlah tersebut. Tentara Israel akan membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk menyediakan pasukan yang juga menghadapi masalah serius di bidang ini,".

 Farid Moradi, pakar isu-isu regional, mengatakan, “Satu-satunya pencapaian rezim Zionis dalam perang Gaza adalah terbunuhnya lebih dari 32.000 warga Palestina. Ini jelas bukan keberhasilan militer, namun kejahatan perang yang telah memprovokasi dunia untuk menentangnya. Menghadapi agresi militer rezim Zionis, rakyat Palestina yang tertindas di Gaza menunjukkan bahwa mereka bukan hanya tidak mundur dari posisinya, bahkan mereka menjadi lebih tegar dalam menghadapi penjajah,".

 Bagaimanapun, untuk menutupi kekalahannya dalam perang Gaza, Netanyahu menabuh genderang serangan terhadap Rafah dan ingin menghancurkan Palestina dengan cara ini. Sementara itu, Menlu Iran, Hossein Amir Abdullahian dan sejawatnya dari Mesir, Sameh Shukri sangat menentang migrasi paksa warga Palestina dalam percakapan telepon mereka baru-baru ini. Kini, pertanyaan utamanya adalah apakah solusi terhadap masalah Palestina dapat diselesaikan dengan melanjutkan pekerjaan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis yang kriminal, atau dengan pengunduran dirinya? 

Jawabannya pasti tidak, dan penyelesaian masalah Palestina memerlukan solusi mendasar, termasuk mengadakan referendum untuk menentukan nasib rakyat Palestina, yang telah diusulkan secara matang oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran.(PH)

342/