Kantor Berita Internasional Ahlulbait - ABNA - Seminar ilmiah bertajuk “Metodologi Ekstraksi Komponen Fundamental Gaya Hidup Islam dan Ahlulbait as” digelar pada Senin, 21 Desember 2025. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Lembaga Internasional Ahlulbait as (melalui Kantor Urusan Studi dan Riset), Jamiat al-Mustafa al-Alamiyah (Lembaga Pendidikan Short Course), dan ABNA.
Dalam seminar ini, Dr. Mehdi Fadaei, Wakil Rektor Bidang Riset Universitas Baqir al-Ulum, hadir sebagai pemateri, sementara Dr. Davoud Safa bertindak sebagai sekretaris ilmiah. Menurut reporter ABNA, Mehdi Fadaei membuka seminar dengan menjelaskan fase nol dari proyek besar gaya hidup, serta menyampaikan bahwa lebih dari 30 peneliti dan akademisi telah terlibat dalam proses ini.
Ia menyebutkan bahwa identifikasi ranah dan subtopik merupakan langkah awal proyek. Fadaei juga menyoroti adanya tumpang tindih makna antara istilah “gaya hidup” dengan konsep-konsep seperti etika dan sirah, seraya menekankan pentingnya pemisahan konseptual yang presisi di antara bidang-bidang tersebut.
Fadaei menambahkan bahwa pada tahap identifikasi masalah, kondisi komunitas Syiah di berbagai kawasan—termasuk Afrika, Eropa, dan Amerika Latin—telah dikaji secara komprehensif.
Kebutuhan Merumuskan Peta Masalah dalam Masyarakat Modern
Dalam lanjutan seminar, Davoud Safa menilai topik gaya hidup sebagai salah satu poros utama kajian di Lembaga Internasional Ahlulbait as, serta menekankan pentingnya perhatian serius pada peta persoalan masyarakat di berbagai konteks geografis.
Menurut Kepala Kantor Studi, Riset, dan Penelitian Lembaga Internasional Ahlulbait, seiring bergeraknya masyarakat menuju modernitas, tantangan-tantangan serius muncul di bidang ini yang menuntut produksi konten ilmiah yang akurat dan mendalam.
Ia menegaskan perlunya identifikasi paradigma dan pola-pola problematik, serta menjelaskannya dengan bahasa ilmiah agar mampu menjawab kebutuhan nyata audiens di luar negeri.
Anggota dewan dosen Jamiat al-Mustafa ini juga menilai bahwa keterkaitan antara gaya hidup dan peradaban Islam modern merupakan kebutuhan mendasar.
Elemen Esensial dan Elemen Dinamis dalam Kehidupan Beragama
Dalam pemaparannya, Dr. Fadaei menjelaskan berbagai model sosiologi dan psikologi, serta membedakan antara unsur-unsur esensial (tetap) dan unsur-unsur dinamis (mengambang) dalam kehidupan beragama. Ia menjelaskan bahwa unsur esensial mencakup nilai-nilai seperti keadilan dan martabat manusia yang tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu; penyimpangan darinya berarti menjauh dari gaya hidup Ahlulbait.
Sebaliknya, unsur-unsur dinamis dapat berubah sesuai kondisi budaya dan geografis. Profesor universitas ini menegaskan bahwa memperhatikan selera sosial dan sifat dinamis kehidupan merupakan pilar utama dalam memahami gaya hidup secara tepat di dunia kontemporer.
“Life Style Ahlulbait dan Islam Lebih Tepat dalam Bentuk Jamak
Fadaei, merujuk pada pandangan spektrum pemikir, menegaskan bahwa kita pada dasarnya tidak berhadapan dengan satu gaya hidup tunggal, melainkan dengan sekumpulan gaya hidup. Oleh karena itu, dalam kajian keagamaan lebih rasional menggunakan istilah “gaya-gaya hidup Ahlulbait” atau “gaya-gaya hidup Islam”, bukan bentuk tunggal.
Hal ini disebabkan oleh karakteristik dinamika dan keragaman selera, yang membuat pola perilaku berbeda-beda sesuai wilayah geografis dan konteks zaman.
Menjawab Tantangan Baru dan Konsep “Buku Hidup”
Pada bagian lain diskusi, metode menjawab persoalan-persoalan baru (masail mustahdatsah) dan fenomena kontemporer turut dibahas.
Fadaei mengusulkan proses empat tahap yang meliputi: mengidentifikasi relasi fenomena dengan tujuan-tujuan makro, mengekstraksi hukum dari sumber-sumber wahyu, merancang model-model implementatif, dan melakukan evaluasi dinamis.
Ia menyebut tujuan akhir proyek ini adalah mencapai konsep “buku hidup” atau interaktif, di mana para peneliti lokal di berbagai belahan dunia dapat memanfaatkan platform yang dirancang untuk menyelesaikan persoalan di wilayah mereka masing-masing.
Pemanfaatan potensi wakaf dan partisipasi pedagang Syiah untuk penyediaan infrastruktur media serta pembangunan struktur dan platform interaktif juga menjadi usulan dalam seminar ini.
Perlunya Perubahan Bahasa dan Lokalisasi Konten
Para pengkritik yang hadir menekankan pentingnya pendekatan lapangan dan induktif dalam penelitian. Menurut para ahli, persoalan yang dihadapi pemuda di Afghanistan atau India bisa berbeda dari asumsi para peneliti di pusat, sehingga tidak dapat diselesaikan semata-mata dengan pendekatan deduktif.
Mereka juga menyoroti perlunya pembaruan bahasa komunikasi dengan generasi muda serta pemanfaatan format artistik dan media.
Menanggapi hal tersebut, Fadaei menyatakan bahwa tujuan fase nol proyek adalah menyediakan alat, metode, dan kerangka kerja bagi para peneliti lokal agar mereka dapat memproduksi konten berdasarkan realitas lingkungan masing-masing.
Your Comment