Menurut Kantor Berita
Internasional ABNA, menghormati keyakinan dan ritual agama ataupun mazhab orang
lain merupakan salah satu isu yang harus menjadi pertimbangan semua orang, dan
isu ini merupakan salah satu misi organisasi internasional, khususnya PBB.
Menurut teks Piagam PBB, tindakan apa pun yang melanggar hak asasi manusia dan
membahayakan perdamaian dan keamanan global harus ditangani. Namun, setiap
tahun ada kabar tidak menyenangkan dari beberapa negara dengan pemerintahan yang
masih menetapkan aturan yang melanggar
hak-hak rakyatnya dan membuat pembatasan terhadap mereka.
Secara umum, publik menganggap Malaysia adalah negara yang damai dan setiap orang menghormati ideologi masing-masing; Namun, berbanding terbalik dengan apa yang dibayangkan, di negara mayoritas berpenduduk muslim ini, masih terdapat perlakuan diskriminatif dan pembatasan terhadap penganut aliran keagamaan tertentu, seperti yang dialami komunitas muslim Syiah Imamiyah.
Berikut ini, Mohd Kamilzuhairi Abd Aziz, Ketua Yayasan Imam ar-Ridha as di negara bagian Selangor dan kepala masyarakat sipil Syiah Imamiyah di Malaysia, dalam sebuah wawancara dengan Kantor Berita ABNA, berbicara tentang pembatasan sektarian dan diskriminasi terhadap kaum Syiah di negara ini.
ABNA: Apakah Syiah di Malaysia mendapatkan diskriminasi dan pembatasan khusus dalam menjalankan ritual kepercayaannya?
Ya, sayangnya di Malaysia masih terjadi diskriminasi dan pembatasan khusus terhadap kaum Syiah dalam menjalankan ritual kepercayaan. Padahal mereka tidak melakukan diskriminasi dan pembatasan yang serupa terhadap pemeluk agama lain.
ABNA: Apa dan bagaimana asal muasal diskriminasi sektarian terhadap Syiah?
Saat ini, diskriminasi sektarian terhadap Syiah di Malaysia disebabkan oleh adanya fatwa pelarangan dan fatwa penyesatan dan penyimpangan ajaran dan akidah Syiah di negara bagian Malaysia, Fatwa ini telah diumumkan sejak tahun 1996, padahal sebelumnya fatwa seperti ini tidak ada.
ABNA: Seberapa besar keterikatan umat Islam Malaysia kepada Ahlulbait as?
Muslim Malaysia umumnya saleh dan moderat, dan mereka memiliki keterikatan khusus kepada Ahlulbait as, khususnya Sayidah Fatimah sa, Imam Hasan as, Imam Husain as dan Imam Jafar Sadiq as, dan sekitar sembilan puluh ribu perempuan di Malaysia, mereka bernama Fatimah; Tentu saja pengetahuan umat Islam Malaysia tentang Ahlulbait assangat terbatas dan mereka kebanyakan meyakini keturunan dan istri Nabi Muhammad saw sebagai Ahlulbait as.
ABNA: Apakah terjadi penyerangan terhadap Husainiyah Syiah di Malaysia pada Asyura tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya?
Untungnya, tahun ini, tidak ada serangan terhadap majelis berduka Sayidul Syuhada as dan hanya sejumlah pejabat urusan Islam di suatu negara bagian yang mendatangi sebuah rumah untuk diinterogasi. Tahun ini, tidak ada serangan terhadap acara berkabung Syiah di Asyura karena dua alasan; Pertama, sebagian besar hari berkabung Asyura diadakan di tempat-tempat yang tidak ditentukan untuk mencegah gangguan terhadap majelis duka Abah Abdillah al-Husain (AS). Kedua, pemerintahan baru Malaysia dengan hati-hati menangani tiga masalah, termasuk monarki, agama, dan ras, selama pemilihan umum negara bagian yang diadakan sekitar bulan Muharram.
ABNA: Mengapa Malaysia, sebagai negara Islam, bersikap bermusuhan terhadap kaum Syiah dan apa yang menjadi alasan sensitifnya pemerintah Malaysia terhadap kaum Syiah?
Kebijakan keagamaan bahkan ekonomi Malaysia terkait dengan kebijakan beberapa negara Arab yang memiliki aspek takfiri. Bagaimanapun, urusan ekonomi, agama, dan politik internasional saling berkaitan satu sama lain. Karena mayoritas umat Islam di Malaysia menganut paham moderat, maka propaganda perlu dilakukan agar masyarakat dapat dicegah agar tidak condong pada keyakinan lain.
ABNA: Jelaskan sedikit tentang aktivitas Wahabi dan Takfiri di Malaysia. Sejak kapan kelompok-kelompok ini berkembang di Malaysia dan tindakan apa yang mereka ambil untuk melawan penyebaran tradisi Syiah?
Sejarah Takfiri dan Wahabi dimulai pada tahun 1920, ketika faktor ekonomi memainkan peran penting dalam pengaruh Wahabisme di wilayah ini. Negara bagian Perlis adalah “Dar al-Sunah”, khususnya bagi Salafi dan Wahabi di Malaysia. Namun, mereka tidak mengklaim nama Wahhabisme untuk diri mereka sendiri. Salafi dan Wahhabi muncul di berbagai tempat dan lembaga sebagai penceramah agama, dosen universitas, pembicara, tokoh sosial, atau politisi, dan sering melakukan kampanye anti Syiah melalui ceramah di media, situs web, dan publikasi.
Selain fatwa pelarangan Syiah dan berbagai penyerangan terhadap acara Muharram, penangkapan dan persidangan merupakan salah satu tindakan Wahabi terhadap Syiah.
Dilaporkan bahwa sejak tahun 1990, 809 teroris telah ditangkap oleh polisi Malaysia, sebagian besar adalah anggota kelompok Takfiri (ISIS, Al-Qaeda, Jamaat-e-Islami, Dar al-Islam, Abu Sayyaf, dll.) . Selain itu, selama tahun 2013 hingga 2015, 92 orang Takfiri yang dicurigai ikut serta dalam kegiatan militer Suriah ditangkap di Malaysia.
Pada bulan April 2015, 17 teroris ISIS ditangkap oleh polisi anti-terorisme karena merencanakan penculikan, menyerang tempat-tempat strategis, mendirikan pemerintahan ISIS, menjarah senjata, dan merampok bank. Saya pribadi dan Yayasan Al-Ridha juga pernah menghadapi ancaman teroris, namun alhamdulillah ancaman dan aksi teroris berbahaya terhenti di tahun pandemi. Selain aparat keamanan, ulama Sunni juga kerap mendapat ancaman dan gangguan dari unsur Wahabi dan Takfiri di Malaysia.
ABNA: Sebagai seorang pendakwah, bagaimana Anda menjelaskan aktivitas kelompok Wahabi di Malaysia?
Selama bertahun-tahun, karena berbagai faktor dan pengaruh Wahabisme dan Takfiri, telah terjadi berbagai serangan terhadap Syiah dan pusat-pusat komunitas Syiah di Malaysia.
Meskipun media dalam negeri dan kantor berita internasional terkadang menampilkan berita yang bias secara negatif; Namun secara umum aksi tersebut efektif dalam mengenalkan Ahlulbait as dan membangkitkan rasa ingin tahu masyarakat. Selain itu, penelitian terhadap institusi ilmiah dan non-ilmiah bahkan interogasi juga efektif dalam mengenalkan mazhab Fatimi, Alawi, Hasani, Husaini, Ridhawi dan Mahdawi Syiah keluarga Nabi Muhammad saw yang berorientasi logika, mencari keadilan dan perdamaian.
Tentu saja pencerahan batin kita dilakukan oleh diri kita sendiri dan orang lain. Selain itu, beberapa penganut Ahlulbait as sebagai tanggapan atas banyaknya serangan dan propaganda terhadap Syiah, berinvestasi dan beberapa buku penting seperti terjemahan ثُمَّ اهْتَدَیتُ karya Dr. Tijani Samawi dalam bahasa Malaysia dengan sirkulasi Puluhan ribu eksemplar dicetak ke masjid-masjid, dan kebanyakn disumbangkan agar masyarakat dapat membaca dan tidak terpengaruh oleh propaganda palsu terhadap Syiah.
ABNA: Menurut Anda bagaiman cara terbaik untuk memperkuat kelompok Syiah di Malaysia?
Pertama-tama, kita harus memperhatikan fakta bahwa kita adalah komunitas Syiah, bukan kelompok Syiah. Kami bukan gerombolan atau - amit-amit - kelompok teroris. Menurut konstitusi Malaysia, mazhab Syiah adalah salah satu mazhab resmi negara, bersama dengan mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali. Satu-satunya kendala yang menghalangi aliran Syiah adalah kesalahpahaman yang terjadi pada tahun 1996 dan harus diselesaikan. Pada tahun 1996, Komite Fatwa Nasional melarang ajaran Syiah – baik Imamiyyah maupun Zaidiyyah – dan mengakui Islam Sunni sebagai “agama Islam resmi” di negara ini. Oleh karena itu, Komite Fatwa Nasional melarang komunitas Muslim Syiah menyebarkan keyakinannya dan mengizinkan pasukan keamanan Malaysia menyerang pertemuan dan acara-acara Syiah. Padahal sebelumnya, Komite Fatwa Nasional telah mengakui Syiah Jafari dan Zaidi pada tahun 1984 dan menganggapnya diperbolehkan.
Suatu hari, saya mengatakan kepada Wakil Menteri Perdagangan Internasional Malaysia bahwa sungguh memalukan jika membuat ratusan juta saudara Muslim Syiah di seluruh dunia kecewa karena ketidakjelasan yang diciptakan oleh fatwa yang disetujui pada tahun 1996. Persoalan ini tentu berdampak pada perekonomian juga, karena bagi kaum Syiah, kesucian agama dan mazhab lebih penting dari apapun, dan saat ini kaum Syiahlah yang mempunyai suara pertama di dunia, sehingga keadaan ini harus diperbaiki.
Bagaimanapun, keberkahan umat Syiah harus menjadi media bagi keberkahan dunia atas dan rezeki spiritual dan material Ilahiah untuk menjangkau para hamba, dan pertarungan antara Sunni dan Syiah harus dihilangkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Anfal ayat 46: “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.!”
ABNA: Apakah Anda mempunyai program khusus untuk mempromosikan tradisi Ahlulbait as di Malaysia?
AhlulBait Nabi Muhammad saw dari Amirul Mukminin as, Sayidah Zahra sa hingga Imam Zaman atau Al-Mahdi afs adalah umat ilahi, tambang cahaya dan rahmat untuk dunia.
Selama periode kegaiban, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan, kami menyelenggarakan dan melaksanakan berbagai program khusus di seluruh belahan dunia, walaupun kami harus bersabar untuk mencapai tujuan kami, karena itulah hakikat kerja-kerja kebudayaan.
Tentu saja ada kekurangan dalam program kami; Tapi Alhamdulillah, kami tidak sendirian dan kami punya Ahlulbait as. Merekalah yang menjadi penerang dan pembimbing, selain itu pada saat Ia tidak ada, kami mempunyai faqih. Kita hendaknya mensyukuri nikmat ini dan mendengarkan perkataan mereka satu per satu serta waspada sesuai dengan kebutuhan masyarakat, wilayah dan negara.