Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Rabu

10 Mei 2023

14.19.52
1364541

Ayatullah Ramezani:

Dalam Penerjemahan, Penerjemah Harus Menguasai Bahasa Sumber dan Bahasa Sasaran

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menyatakan bahwa penerjemah harus mengetahui kapasitas semantik kata-kata dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran dan memilih padanan terdekat yang menyampaikan metateks selain makna dari kata.

Menurut Kantor Berita ABNA, Pertemuan Ilmiah dengan tema "Kebutuhan dan prinsip menerjemahkan dan menerbitkan ajaran Ahlulbait as di Azerbaijan" diadakan Kamis (4/5) di Kantor Lembaga Internasional Ahlulbait as di kota Qom Republik Islam Iran, dan terjemahan buku "Seribu hadits dalam keutamaan Amirul Muminin as" dalam bahasa Azeri ditinjau oleh para ahli.

Dalam pertemuan ini, Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menyatakan, “Mengadakan pertemuan ini adalah salah satu langkah transformatif, dan Kepala Deputi Ilmiah, Budaya, dan Internasional berinteraksi dan bekerja sama satu sama lain dalam hal ini. Pertemuan ini untuk meninjau kebutuhan dan prioritas.”

Ayatollah Reza Ramezani, berkenaan dengan peringatan syahidnya Ayatullah Murtadha Muthahari yang di Iran dijadikan sebagai Hari Nasional Guru, berkata, “Syahid Muthahari adalah salah satu ulama pada masanya dan dia menulis karya yang isinnya masih sangat relevan sampai bertahun-tahun kedepan. Sebagai seorang Islamolog, sosiolog dan peneliti tematik ia telah meninggalkan karya-karya ilmiah yang cemerlang. Salah satu keistimewaannya adalah memasukkan topik-topik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sangat relevan dengan konteks kekinian.”

“Masyarakat dan negara kita bahkan dunia Islam membutuhkan sosok seperti Syahid Muthahari agar bisa memperkenalkan Ahlulbait as kepada golongan elit dengan bahasa yang mereka sukai.” Tambahnya. 

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as ini dengan  berbicara kepada para ulama Republik Azerbaijan berkata, "Adalah baik bahwa salah satu ulama Azerbaijan harus menulis buku tentang ahli hukum terkemuka dan tokoh ilmiah dari Kaukasus dan Republik Azerbaijan, dan kami mendukung penerbitan buku tersebut."

Ayatullah Ramezani mengatakan tentang metode dakwah madrasah Ahlulbait as, “Pencetakan buku di berbagai daerah memerlukan izin dan kita harus bergerak menuju perpustakaan digital dan pencetakan digital. Buku audio juga harus dikerjakan dan digalakkan semassif mungkin.”

Guru besar Hauzah Ilmiah Iran ini lebih lanjut mengatakan tentang persyaratan kepenulisan, “Harus ada diskusi tentang prioritas dan kebutuhan penulisan karya di berbagai daerah dan para sarjana dan pemikir harus menyampaikan pandangan mereka tentang buku mana yang harus diprioritaskan, perlu diterbitkan bekerja dengan Deputi majelis ilmiah, budaya dan internasional harus berkoordinasi sehingga kita tidak menyaksikan pekerjaan paralel dan terpisah.”

Menunjukkan bahwa perlu untuk beralih ke terjemahan asli, ia menambahkan, “Dalam menerjemahkan karya, penerjemah harus terbiasa dengan bahasa sumber dan sastra serta budaya penulis.”

Di bagian lain penyampaiannya tentang buku "Seribu Hadits dalam Keutamaan Amirul Mukminin as", Ayatullah Ramezani menyatakan, “Buku aslinya tentu saja bermanfaat dan berharga karena berisi hadits dan menjawab tantangan fitnah-fitnah terkait mazhab ini, tetapi untuk pengantar Manaqib, hadits harus dikategorikan.”

Ia mengatakan lebih lanjut tentang perlunya menyamakan konsep, “Dalam menerjemahkan beberapa topik, penerjemah harus mengetahui kapasitas semantik kata-kata dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran dan memilih padanan terdekat yang menyampaikan metateks selain makna kata tersebut.”

Guru besar Hauzah Ilmiah Iran ini menjelaskan perhatian pada masalah hadits sebagai masalah penting dan melanjutkan, “Masalah hadits memiliki poin yang tepat dan halus karena beberapa hadits cacat dalam hal keaslian hadits.”

Ayatllah Ramezani kemudian menyatakan bahwa dalam masyarakat saat ini adalah mungkin untuk membahas "perempuan dari perspektif Ahlulbait as" dan menambahkan, “Nabi Muhammad saw dan para Imam Maksum as adalah pembela hak-hak perempuan, dan Almarhum Syahid Muthahari dengan gigih membela hak perempuan.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menambahkan, “Di Eropa, kaum perempuan sangat dianiaya dan terzalimi, sehingga mereka membuat undang-undang untuk itu dan bahkan hari ini mereka menggunakan perempuan tidak lebih dari produk yang dapat dikomersialkan.”

Pada akhirnya, ia menekankan perlunya kegiatan ilmiah dan budaya dengan menambahkan, “Santri dan ulama memiliki tugas untuk memperkenalkan Ahlulbait as kepada elit, dan menjelaskan budaya keluarga wahyu dan menjawab keraguan adalah diantara misi ulama Azerbaijan.”