Gaza Riviera adalah sebuah rencana yang tampaknya ditujukan untuk rekonstruksi dan pembangunan Jalur Gaza, namun pada kenyataannya merupakan peta untuk pemindahan paksa dua juta warga Palestina dan penghapusan identitas nasional mereka.
Sebuah dokumen rahasia berjudul "Gaza Riviera" yang baru-baru ini dibocorkan, mengungkap dimensi baru dari program tersembunyi mengenai masa depan Palestina.
Dokumen ini, yang dilansir oleh media internasional seperti The Washington Post dan The Guardian, menunjukkan bahwa tujuan utamanya adalah pemindahan paksa lebih dari dua juta warga Palestina dan menempatkan Gaza di bawah perwalian Amerika Serikat selama setidaknya satu dekade.
Menurut laporan Pars Today mengutip kantor berita ISNA, rencana ini menggambarkan pembangunan modern mirip dengan proyek kontroversial Neom di Arab Saudi; berupa kota-kota raksasa berbasis kecerdasan buatan, kanal-kanal air, hingga kawasan industri dengan nama “Elon Musk”.
Namun dalam praktiknya, kelompok-kelompok hak asasi manusia menyebutnya sebagai kedok untuk pembersihan etnis bahkan genosida.
Menurut peta ini, warga Palestina dipaksa untuk “secara sukarela” bermigrasi atau ditempatkan di unit hunian kecil berukuran 30 meter persegi; ruang yang bahkan lebih sempit dari rumah-rumah saat ini di Gaza.
Philippe Grant, Direktur organisasi hak asasi manusia Trial International, menyebut rencana tersebut sebagai contoh klasik kejahatan internasional dan memperingatkan bahwa perusahaan serta individu yang terlibat dalam pelaksanaannya akan menghadapi tanggung jawab hukum yang berat. Bahkan media Israel sendiri menyebut rencana ini tidak realistis dan konyol. Hal yang lebih mengkhawatirkan, dalam teks dokumen tersebut sama sekali tidak ada pengakuan terhadap keberadaan “negara Palestina”, melainkan hanya diusulkan pembentukan “entitas politik Palestina” di bawah kerangka Perjanjian Abraham; suatu langkah yang secara terang-terangan mengabaikan hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
Meskipun perancang proyek mengklaim akan menarik investasi swasta sebesar 100 miliar dolar, para pengkritik menilai proyek ini lebih merupakan cerminan dari ambisi rezim Israel dan sebagian pendukungnya untuk menghapus secara permanen warga Palestina dari tanah mereka sendiri. Menurut Bassem Naim, salah seorang pejabat senior Hamas,"Gaza bukan untuk dijual; Gaza adalah bagian yang tak terpisahkan dari Palestina."(PH)
Your Comment