Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk Palestina mengatakan kepada pemerintah Jerman bahwa Anda menciptakan Nazisme, sama seperti kami, orang Italia dan Spanyol, menciptakan fasisme.
Pernyataan Albanese muncul setelah sebuah video beredar di media sosial pada hari Kamis yang menunjukkan seorang polisi Jerman berulang kali memukul seorang pengunjuk rasa yang menentang kejahatan rezim Zionis di Gaza dan menangkapnya dengan wajah berlumuran darah dan penampilan yang kebingungan dan linglung.
Menurut laporan Pars Today mengutip Tasnim, Pelapor Khusus PBB untuk Palestina menanggapi perlakuan kekerasan terhadap pendukung Palestina oleh polisi Jerman di negara itu pada hari Jumat dengan menulis di jejaring sosial X, "Saya mengingatkan teman-teman Jerman saya. Anda menciptakan Nazisme, sama seperti kami, orang Italia dan Spanyol, menciptakan Fasisme. Ideologi-ideologi ini pernah menghancurkan Eropa.
"Anda bertanggung jawab atas apa yang terjadi di negara Anda. Kendalikan polisi Anda. Situasinya semakin tidak terkendali," tulis Albanese kepada pemerintah Jerman.
Merujuk pada masa lalu Nazi Jerman, Albanese menekankan konsekuensi dari kekerasan negara yang tak terkendali.
Para pakar politik meyakini bahwa Jerman menampilkan dirinya sebagai pembela hak asasi manusia dan perdamaian dunia, tetapi tindakan praktisnya justru menunjukkan sebaliknya. Meskipun Berlin tampil dengan slogan mendukung keadilan dan keamanan global, kebijakannya justru memicu krisis dan ketidakstabilan di dunia.
Kontradiksi ini bukan hanya melemahkan posisi Jerman dalam konstelasi politik global, tetapi juga berdampak luas terhadap keamanan dan kemanusiaan di wilayah-wilayah yang dilanda krisis. Menurut berbagai laporan, perilaku ganda Jerman telah menyoroti perlunya lembaga-lembaga internasional untuk meminta pertanggungjawaban negara ini.
Terlibat dalam krisis Gaza
Meskipun ada tekanan global untuk menanggapi agresi Israel di Gaza, Jerman justru meningkatkan dukungannya terhadap rezim Zionis. Sambil menekan tuntutan para pendukung Palestina, Kanselir Jerman telah menandatangani kesepakatan senjata senilai $408 juta dengan perusahaan Israel, Rafael.
Posisi Jerman sebagai eksportir senjata terbesar kedua ke Israel setelah Amerika Serikat menunjukkan bahwa Berlin terlibat dalam kebijakan genosida dan pelanggaran hak asasi manusia. Tindakan-tindakan bersejarah ini mengingatkan kita pada kelanjutan kebijakan Jerman yang menciptakan krisis sejak Perang Dunia II hingga saat ini, dan menunjukkan bahwa slogan-slogan perdamaian dan keadilan global hanyalah propaganda belaka.
Ancaman nuklir dan krisis keamanan global
Dengan dimulainya negosiasi Prancis-Jerman tentang pencegahan nuklir dan keamanan Eropa, Jerman telah memasuki arena yang berbahaya. Berdasarkan perjanjian pasca-Perang Dunia II, Jerman tidak memiliki hak untuk mengembangkan senjata nuklir, dan pengalaman pahit dari kedua perang dunia menunjukkan bahwa setiap tindakan nuklir oleh negara ini dapat menyebabkan bencana global.
Negosiasi terbaru dengan Prancis, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip internasional, telah meningkatkan ketegangan, dan diamnya Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menimbulkan pertanyaan serius. Tindakan Jerman di bidang ini merupakan contoh nyata dari penciptaan krisis dan ancaman terhadap keamanan global.
Destabilisasi Ukraina dan militerisasi Eropa
Jerman juga memicu ketegangan di Ukraina dengan terus mendukung Kiev dengan senjata dan mencegah perundingan damai. Sambil membenarkan penjualan senjata yang berkelanjutan ke Ukraina, Kanselir Jerman telah berbicara tentang perang siber dan informasi dengan Rusia.
Negara ini juga telah mengalokasikan anggaran pertahanan yang besar dan berencana untuk meningkatkan jumlah pasukan militernya dari 180.000 menjadi 260.000 pada awal 2030-an. Kebijakan provokatif dan militeristik Berlin bersama Prancis, selain mengancam perdamaian global, memiliki konsekuensi ekonomi dan keamanan yang luas bagi Eropa dan dunia.(sl)
Your Comment