Kantor Berita Internasional Ahlulbait - ABNA- Ayatullah Reza Ramezani, Sekjen Lembaga Internasional Ahlulbait, dalam acara peringatan wafat Imam Khomeini (ra) dan penghormatan terhadap para syuhada pelayanan di Abidjan, Pantai Gading, menyampaikan bahwa Imam Khomeini telah mengubah tatanan dunia dan menghidupkan kembali martabat serta keadilan di era modern.
Beliau menegaskan bahwa seluruh pengikut jalan Imam adalah murid dari madrasah beliau, yang memandang agama secara menyeluruh dan menekankan efektivitas agama dalam seluruh aspek kehidupan. Imam Khomeini mengangkat derajat umat Islam dan menggeser kutub dominasi Timur-Barat dengan menawarkan Islam sebagai perlawanan terhadap hegemoni global.
Dalam pidatonya, Ayatullah Ramezani menyebut Ghadir sebagai model kepemimpinan meritokratis global, dan menyoroti tiga fase Karbala, dengan menekankan pentingnya memahami dimensi sosial-politik Asyura sebagaimana ditekankan Imam Khomeini. Beliau mengecam distorsi terhadap makna Asyura dan menegaskan bahwa tangisan untuk Imam Husain bersifat politis karena berkaitan dengan reformasi sosial.
Ia juga menekankan bahwa Imam Khomeini mengangkat kembali peran hauzah dan marja’iyah, memberikan makna baru terhadap kepemimpinan spiritual, dan dipandang sebagai simpanan ilahi untuk membangkitkan kembali umat di era ini.
Ayatullah Ramezani mengangkat sosok-sosok seperti syahid Raisi dan Amirabdollahian sebagai teladan pelayan rakyat sejati yang dibentuk oleh madrasah Imam. Ia menegaskan bahwa pemikiran Imam perlu terus dikaji ulang dan dijaga dari penyelewengan.
Menurutnya, Imam Khomeini menafsirkan Ghadir sebagai panggilan partisipasi aktif umat dalam nasib mereka, bukan hanya peristiwa historis. Ia membedakan antara qisth (keadilan sosial) dan ‘adl (keadilan menyeluruh), dan menegaskan bahwa keadilan membutuhkan pengorbanan.
Beliau juga mengkritik klaim Barat atas konsep “martabat” dan “spiritualitas” yang telah dikosongkan dari makna hakikinya. Di Barat, martabat dan keadilan telah dikomersialisasi dan dijadikan alat industri, bukan tujuan mulia.
Imam Khomeini, kata beliau, menampilkan pemahaman proaktif tentang martabat—baik duniawi maupun ukhrawi—dan memandang penerapan agama dalam masyarakat hanya mungkin lewat pembentukan pemerintahan. Dalam pandangannya, keadilan dan martabat hanya dapat ditegakkan dengan adanya pemerintahan yang adil, bahkan di era modern dan pascamodern.
Your Comment