Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Dalam rangka peringatan wafat Imam Khomeini ra, seorang saksi hidup yang mengalami langsung masa pemerintahan Pahlavi dan pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, menuliskan kesaksiannya dalam sebuah ulasan reflektif. Ia mengungkap perbedaan mencolok antara kondisi Iran sebelum dan sesudah revolusi, serta menyoroti kepahlawanan Imam Khomeini dalam membangun sistem pemerintahan Islam.
Penulis, yang menyebut dirinya berasal dari generasi tahun 40-an, menyatakan bahwa di masa Pahlavi, rakyat hidup dalam ketakutan, sensor, dan ketimpangan sosial yang parah. Ia mengisahkan kenangan masa kecilnya tentang ketidakadilan pendidikan, dominasi istana, penyiksaan brutal oleh SAVAK, serta dominasi budaya Barat dan kerusakan moral.
Berbanding terbalik, ia mengenang kesederhanaan anak Imam Khomeini yang ikut salat berjamaah di masjid tanpa diketahui identitasnya. Ia juga menyaksikan bagaimana Imam Khomeini dengan keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan, membangkitkan rakyat Iran—dari pelajar hingga ulama—untuk menumbangkan rezim monarki 2500 tahun dan mendirikan sistem pemerintahan berbasis Islam dan rakyat (republik Islam).
Imam Khomeini, menurutnya, adalah tokoh yang menghidupkan kembali semangat anti-kedzaliman, melawan hegemoni global, dan membongkar kolusi antara imperialis dan Zionis. Dengan menginspirasi konsep "Islam murni" versus "Islam Amerika", beliau menghadirkan pemerintahan rakyat yang mewajibkan kesadaran, iman, dan partisipasi aktif warga negara.
Akhirnya, penulis menegaskan bahwa keunggulan Imam Khomeini bukan hanya pada keberhasilannya menggulingkan rezim tiran, tetapi juga dalam menjaga keberlanjutan sistem Islam melalui kepemimpinan velayat-e faqih. Imam Khomeini menjadi lelaki pencipta sejarah dan disambut dengan perpisahan yang penuh heroisme oleh rakyatnya.
Your Comment