Surat kabar Zionis, Yedioth Ahronoth dalam sebuah laporan mengungkapkan bahwa Eyal Zamir, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rezim Zionis, dan Effie Defrin, Juru Bicara IDF, sengaja menahan diri untuk tidak menerbitkan informasi yang terkait dengan operasi militer yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, serta jumlah korban sipil, dengan bersikeras pada kebijakan penyensoran dan kerahasiaan. Pada saat yang sama, mayoritas opini publik Israel tidak mendukung kelanjutan perang tersebut.
Menurut surat kabar Zionis ini, tentara Israel telah memberikan dua alasan utama untuk kebijakan kerahasiaan ini.
Pertama, mencegah gerakan perlawanan Islam Hamas mengakses informasi mengenai arah dan sifat operasi saat ini.
Kedua, kecenderungan para komandan tentara rezim Zionis melaksanakan operasi militer tanpa mengumumkannya ke publik, dan membicarakan rinciannya setelah mencapai hasil yang diinginkan.
Praktik ini khususnya diikuti oleh Eyal Zamir; Seseorang yang mengakui dalam pidato pelantikannya bahwa "Hamas belum dikalahkan dan kita akan menghadapi perang gesekan multi-front selama bertahun-tahun".
Surat kabar Yedioth Ahronoth mengingat bahwa selama operasi darat tentara Israel di Gaza tahun lalu, lembaga militer menerbitkan informasi harian tentang kemajuan perang dan mengizinkan wartawan untuk melakukan laporan lapangan dan wawancara dengan pasukan militer.
Tujuan tindakan ini adalah untuk menyampaikan suara prajurit dan perwira kepada keluarga mereka dan publik Israel. Namun, dalam situasi saat ini, bahkan memperlihatkan wajah prajurit dan perwira dengan pangkat di bawah brigadir jenderal pun dilarang.
Larangan ini dilakukan menanggapi kekhawatiran tentang penuntutan hukum internasional di luar perbatasan Israel karena melakukan kejahatan perang.
Laporan itu berlanjut dengan menyatakan bahwa kebijakan diam dan penyensoran ini juga sangat diinginkan dan bermanfaat bagi para politisi rezim Zionis, khususnya untuk Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Zionis, yang menjadi target Pengadilan Kriminal Internasional.
Media Zionis menggambarkan secara keliru operasi darat pasukan Israel sebagai kelanjutan serangan terhadap Hamas atau dimulainya kembali perang skala penuh.
Laporan itu berlanjut, penggambaran palsu ini telah memungkinkan sayap kanan ekstrem di kabinet dengan nyaman membayangkan bahwa tentara sedang menghancurkan Hamas, dengan demikian memastikan kembalinya Ben-Gvir ke kabinet dan berakhirnya ancaman Smotrich untuk meninggalkan kabinet. Namun, tampaknya kedua orang tersebut (Ben-Gvir dan Smotrich) menyadari kenyataan tersebut atau mungkin secara tidak sadar terlibat dalam penipuan terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, karena Hamas masih tegar berdiri.(PH)
342/
Your Comment