Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Minggu

7 Juli 2019

04.17.13
958393

Di Balik Air Zam-zam yang Tidak Pernah Habis

Air Zam-zam menjadi incaran jamaah yang sedang melakukan ibadah Haji atau Umrah. Air ini wajib masuk dalam daftar barang oleh-oleh dan juga dikonsumsi jamaah sendiri.

(ABNA24.com) Air Zam-zam menjadi incaran jamaah yang sedang melakukan ibadah Haji atau Umrah. Air ini wajib masuk dalam daftar barang oleh-oleh dan juga dikonsumsi jamaah sendiri.

Berasal dari sumur yang letaknya tidak jauh dari Kabah, air ini selalu tersedia untuk diambil oleh jutaan Umat Islam dari seluruh dunia sepanjang tahun.

Sumur Zam-zam sendiri diyakini telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim. Dalam AlQuran, disebutkan istri Ibrahim, Siti Hajar, harus berlari antara Bukit Shofa dan Marwah demi mendapatkan air bagi  anaknya, Ismail. Tiba-tiba mata air keluar dari dekat kaki Ismail. Sumber mata air itu lah yang menjadi sumur Zam-zam.

Beberapa dokumen sejarah menunjukkan bahwa zaman itu adalah saat Nabi Ismail baru lahir, atau sekitar tahun 1910 SM. Angka tersebut jika dihitung hingga hari ini, maka akan menghasilkan 4000 tahun sebagai umur dari sumur tersebut.

Laman Egypttoday.com, menyebutkan, Abbas Sharaqi, seorang profesor geologi dan sumber daya air di Institut Riset Afrika, mengatakan bahwa air Zam-zam tidak akan habis karena sumurnya terhubung ke sumber air tanah yang terbarukan, menjadikan sumber air itu tidak akan mengering kecuali dalam kondisi tertentu.

“Air Zam-zam adalah air terbarukan. Sumber air berasal dari hujan di Mekah. Mekah adalah daerah pegunungan dan salah satu lembahnya – Lembah Ibrahim atau wadi’ ibrahim menyokong sumur Zamzam yang berada di daerah dataran rendah,” kata Sharaqi.

Sebuah riset yang dilakukan peneliti dari universitas di Pakistan dan Jepang yang dipublikasikan pada tahun 2013 di International Journal of Food Properties, tepat pada lokasi Sumur Zam-zam berada, terdapat endapan sungai setebal 13,5 meter yang disebabkan oleh air hujan di pegunungan yang mengalir ke dataran rendah dan berubah menjadi endapan. Proses ini tidak serta merta terjadi, melainkan butuh jutaan tahun untuk membuatnya.

Di bagian paling bawah, terdapat lapisan batu diorit setebal 17 meter. Hal tersebut secara keseluruhan membuat kedalaman Sumur Zamzam menjadi 30,5 meter.

Dengan adanya pernyataan sebelumnya bahwa ada kemungkinan terjadi situasi yang menyebabkan Sumur Zam-zam mengering, Pemerintah Arab Saudi perlu mengupayakan agar situasi tersebut tidak terjadi.

Badan Survei Geologi Arab Saudi (SGS) melalui situs resminya, Sgs.org.sa, menyebutkan, bahwa dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan ke Masjidil Haram, permintaan akan Air Zam-zam secara otomatis mengalami peningkatan.

Untuk itu mereka sebisa mungkin melakukan pengawasan dan pengaturan agar Air Zam-zam tetap tersedia untuk jamaah, salah satunya adalah dengan memasang sistem pemantauan multi-parameter real-time, yang menampilkan rekaman digital level air, konduktivitas listrik, pH air, nilai potensial redoks (Eh), suhu, dan lain lain.

Data dapat diakses oleh SGS melalui kabel telepon dan data dapat diperiksa dan diunduh tanpa harus pergi ke sumur. Jaringan pemantauan sumur lain juga telah dipasang di seluruh Wadi Ibrahim untuk memantau respons seluruh sistem akuifer terhadap pengisian dan pengosongan. Beberapa sumur juga dilengkapi dengan perekam ketinggian air digital otomatis.

Tidak hanya itu, mereka juga membuat jadwal pemompaan yang disesuaikan dengan jumlah jamaah yang berkunjung. Pada bulan-bulan ramai seperti Ramadan dan Dhulhijja, pemompaan air akan dimaksimalkan, dan sebaliknya pada bulan sepi seperti Muharram.

Ketika pemompaan dilakukan, mereka juga memantau ketinggian muka air. Jika ketinggian air turun di bawah batas yang telah ditentukan, pemompaan akan dihentikan untuk memulihkan ketinggian air. Jika sudah pulih, pemompaan akan dilanjutkan.

SGS menetapkan debit tahunan dari sumur Air Zam-zam dibatasi sekitar 500.000 m3. Namun, batas ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi hidrologis yang ada.




/129