Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Selasa

2 Juli 2019

06.59.51
957034

Amerika Tinjauan dari Dalam 1 Juli 2019

Selama sepekan lalu sejumlah peristiwa penting mewarnai transformasi di Amerika Serikat. Di antaranya adalah Trump menjadi presiden pertama AS yang menginjakkan kakinya di wilayah Korea Utara.

(ABNA24.com) Selama sepekan lalu sejumlah peristiwa penting mewarnai transformasi di Amerika Serikat. Di antaranya adalah Trump menjadi presiden pertama AS yang menginjakkan kakinya di wilayah Korea Utara.

Selain itu, ada isu lain seperti kemarahan Presiden Donald Trump karena gagal tundukkan Iran, upaya Amerika menarik upeti dari negara Arab, apresiasi Carter atas pembatalan serangan militer ke Iran oleh Trump

 

Trump injakkan kaki di Korea Utara

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi presiden AS pertama yang menginjakkan kaki di tanah Korea Utara pada Minggu untuk melakukan pertemuan dengan Kim Jong-un di Zona Demiliterisasi (Demilitarised Zone/DMZ), dan keduanya sepakat untuk kembali memulai pembicaraan nuklir.

Kedua pemimpin negara itu berjabat tangan dan menyiratkan harapan akan perdamaian pada pertemuan mereka yang ketiga kalinya dalam kurun waktu satu tahun belakangan di perbatasan penanda Perang Dingin Korea Utara dan Korea Selatan yang selama empat dasawarsa telah menjadi simbol permusuhan.  Kedua Korea secara teknik masih dalam status berperang.

 

Trump, didampingi Kim, secara selintas melewati garis batas militer ke tanah Korea Utara. Tidak lama kemudian, mereka kembali ke tanah Korea Selatan dan bergabung dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk perbincangan singkat yang menandai pertemuan ketiga negara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 

Trump dan Kim kemudian melakukan pembicaraan tertutup selama kurang lebih satu jam.

 

"Pertemuan tadi sangat baik, sangat kuat pula... Kami perlu untuk mengerjakan hal-hal yang terperinci. Kita lihat apa yang akan terjadi," kata Trump.

Trump menambahkan, baik AS maupun Korea Utara akan membentuk tim untuk mendorong pembicaraan yang sempat terhenti, dengan tujuan untuk membuat Korea Utara menghentikan program senjata nuklir mereka.

 

Dia menyebut bahwa dia memiliki banyak waktu dan tidak terburu-buru untuk mencapai kesepakatan pembicaraan itu. Ia mengatakan, "kami menginginkan ini berjalan dengan benar."

 

Kim nampak santai dan tersenyum ketika dia berbicara dengan Trump di tengah-tengah kerumuman ajudan, pengawal, dan pewarta foto yang mengerumuni mereka.

 

"Saya merasa terkejut ketika membaca pesan bahwa Anda ingin bertemu dengan saya," kata Kim kepada Trump, merujuk pada tawaran Trump untuk bertemu yang disampaikan olehnya melalui cuitan di Twitter.

Kim menambahkan, "ini adalah sebuah pernyataan akan kesediaan diri Trump untuk bekerja demi masa depan yang baru."

 

Trump dan Kim pertama kali bertemu di Singapura pada Juni tahun lalu, dan keduanya sepakat untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama perihal denuklirisasi di Semenanjung Korea. Namun ternyata kemajuan dari pertemuan itu tidak terlalu besar.

 

Pertemuan kedua di antara mereka dilakukan di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu, dan gagal setelah kedua belah pihak tidak dapat mempersempit perbedaan pendapat soal keinginan AS agar Korea Utara menghentikan program nuklirnya dan keinginan Korea Utara untuk terbebas dari sanksi AS.

 

Gagal Tundukkan Iran, Trump Marah-marah

 

Setelah upaya anti Iran untuk memaksa Tehran bertekuk lutut gagal khususnya selama beberapa hari terakhir, Presiden AS Donald Trump mulai menebar cuitannya di Twitter.

 

Seperti dilaporkan FNA, Donald Trump Selasa (25/06) di cuitan terbarunya menulis, pemimpin Iran tidak memahami ungkapan baik dan kasih sayang dan mereka hanya memahami kekuatan dan pemaksaan.

Trump yang marah menyaksikan drone mata-mata negaranya ditembak jatuh oleh ankatan udara Iran mulai menggunakan retorika militer dan menambahkan, AS kekuatan militer terkuat di dunia dan hanya dua tahun lalu telah menghabiskan anggaran 1,5 triliun dolar.

 

Trump yang berulang kali menyebut rakyat Iran teroris, menunjukkan wajah penuh kasih dan tanpa mengisyaratkan langkah AS menerapkan saksi terhadap keputusan primer seperti obat-obatan menulis, rakyat Iran menderita tanpa sebab.

 

Presiden AS dalam sebuah klaim menggelikan menuding Iran membunuh tentara Amerika dan menulis, penggunaan bom pinggir jalan oleh Iran yang menewaskan lebih dari dua ribu tentara AS dan melukai sejumlah besar dari mereka tidak dilupakan.

 

Trump juga mengisyaratkan perilisan statemen di Tehran dan seraya mengulang ancamannya terhadap Iran, menyebut statemen tersebut melecehkan.

 

Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani hari Selasa seraya mengisyaratkan sanksi terbaru AS terhadap Iran, menilai penjatuhan sanksi terhadap Rahbar sebuah langkah menggelikan dan bodoh Trump serta mengatakna, Amerika sepenuhnya keluar dari jalur rasional dan slogan negosiasi serta keputusan mensanksi menlu Iran mengindikasikan kebohongan musuh bangsa Iran.

 

Juru bicara Kemenlu Iran, Sayid Abbas Mousavi di akun twitternya menulis, sanksi baru pemerintah Amerika terhadap Iran sama halnya dengan menutup diplomasi selamanya.

 

AS kembali Tarik Upeti dari sekutunya di Teluk Persia

 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo meminta Arab Saudi dan Uni Emirat Arabn (UEA) menambah pembayaran mereka bagi biaya penempatan pasukan Amerika di Teluk Persia.

 

AFP melaporkan, Mike Pompeo saat bertemu dengan pemimpin Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengatakan, AS menuntut partisipasi pihak lain

untuk membayar biaya pengawasan keamanan di Teluk Persia, sehingga Washington bebas dari beban tersebut.

Di sisi lain, Donald Trump juga berusaha untuk menarik Cina dan Jepang agar terlibat dalam strategi Gedung Putih meningkatkan tensi di Teluk Persia dan menandaskan, Cina dan Jepang juga harus melindungi Selat Hormuz.

 

Trump hari Senin (24/06) di akun twitternya menulis, 91 persen minyak Cina, 62 persen minyak Jepang serta bahan bakar mayoritas negara lain dikirim melalui Selat Hormuz, mengapa kami harus melindungi dan membela rute pelayaran ini selama bertahun-tahun bagi negara lain, tanpa kita mendapatkan bayaran?

 

Presiden AS sebelumnya juga menyebut pemimpin Arab Saudi sapi perah dan dalam sebuah pidato kampanye pilpres menekankan, sistem kerajaan Arab Saudi akan runtuh dalam dua pekan tanpa perlindungan Amerika Serikat.

 

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif setelah pelecehan Trump terhadap Saudi di akun twitternya menulis, pelecehan merupakan hadiah halusinasi menyerahkan keamanan kepada asing.

 

Batal Serang Iran, Carter Acungkan Jempol pada Trump

 

Mantan presiden Amerika Serikat mengatakan, Presiden Donald Trump telah mengambil keputusan yang tepat dengan membatalkan serangan militer ke Iran.

National Public Radio, NPR (24/6/2019) melaporkan, berbicara di Gereja Baptis Maranatha, Plains, Georgia, Jimmy Carter menuturkan, saya setuju dengan Trump untuk tidak menggunakan langkah militer terhadap Iran, saya terlibat banyak masalah dengan Iran, ketika saya menjabat.

 

Di sisi lain Carter berpendapat bahwa selama ini Amerika kerap bersikap kontradiktif dengan citra yang diharapkan sebagai sebuah negara Kristen yang menyebarkan kedamaian dan bantuan ke seluruh dunia.

 

"Kita seharusnya menjadi bangsa Kristen bukan ? tapi kita dikenal sebagai negara yang paling gemar berperang di muka bumi, dan semua perang yang kita lakukan sebenarnya tidak urgen," pungkasnya.

 

Chuck Schumer: Gedung Putih tak punya Ijin untuk Perang

 

Pemimpin kubu minoritas Demokrat di Senat Amerika, Chuck Schumer seraya mengungkapkan kekhawatirannya atas statemen presiden AS terkait pernyataan petinggi Iran mengatakan, Gedung Putih tidak memiliki ijin untuk menggelar perang.

 

Seperti dilaporkan IRNA, Chuck Schumer Selasa (25/06) kepada wartawan saat menjelaskan kebijakan pemerintah Donald Trump terhadap Iran menambahkan, "Kami semua terkejut, apakah Trump bergerak ke perang baru?"

 

Pemimpin kubu minoritas Demokrat di Senat seraya mengklaim bahwa para pemimpin Iran melecehkan presiden Amerika menjelaskan, Trump saat menjawab Iran mengatakan akan menghancurkan Iran dan ini alasan yang membuat kami meminta kubu Republik bergabung dalam rencana anti perang terhadap Iran.

 

Schumer kepada presiden Amerika mengingatkan, tiga kata sederhana "Anda tidak memiliki ijin perang".

 

Dalam hal ini Senator Dick Durbin terkait Iran mengatakan, "Kami telah belajar dari sejarah kami bahwa menghindari perang lebih mudah ketimbang menggelar perang."

 

Amerika setelah keluar dari JCPOA pada 8 Mei 2018 melancarkan kampanye besar-besaran untuk menekan Iran.




/129