Menurut Kantor Berita Internasional ABNA, Menteri Urusan Haji dan Umrah Arab Saudi, Dr. Tawfiq al-Rabi'ah, mengatakan dalam konferensi pers: "Sejauh ini, satu juta 200 ribu jamaah ke Rumah Allah dari berbagai negara telah memasuki kerajaan untuk melaksanakan ritual haji."
"Sejak penerbitan visa haji pertama kali di bulan suci Ramadhan hingga awal bulan Dzul Qaeda, lebih dari satu juta visa telah dikeluarkan, yang merupakan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya." Tambahnya.
Dia melanjutkan: "126 negara di dunia dapat mengajukan permohonan haji secara elektronik tanpa perantara dan tanpa kantor pariwisata, dan ini membantu mencegah penipuan terhadap jamaah haji."
Tawfiq al-Rabieh berkata: "Haji adalah untuk ibadah dan bukan untuk slogan politik apa pun. Hal pertama yang diketahui dan diketahui tentang ibadah haji adalah pembahasan ibadah dan kami tekankan pada menjaga ketentraman dan kerendahan hati agar setiap orang dapat dengan mudah menjalankan ibadah haji."
"Oleh karena itu, haji adalah tempat untuk beribadah dan bukan untuk mengusung slogan-slogan politik apapun, dan hal inilah yang diupayakan oleh Kerajaan Arab Saudi, agar pelaksanaan ibadah haji dalam praktiknya adalah yang terbaik dan setinggi-tingginya dalam hal wujud penghormatan, kedamaian dan keamanan serta spiritualitas harus dilakukan." Jelasnya.
Dalam beberapa hari terakhir, para ulama di Arab Saudi mengimbau jamaah haji untuk fokus pada ibadah dan menghindari aktivitas politik atau sektarian selama ibadah haji dalam khutbah Jumat mereka. Syekh Abdullah bin Awad al-Jahni, imam dan khatib Masjid Al-Haram, mengatakan dalam khotbahnya: "Haji hanya untuk beribadah kepada Allah dan bukan untuk yang lain. Jamaah haji harus menahan diri dari tindakan apa pun yang menyimpangkan haji dari jalan ilahi."
"Dasar haji bukanlah menjadikan selain Allah sebagai sekutu-Nya, baik dalam hal yang kurang maupun lebih, baik dalam perkataan maupun perbuatan, tidak dalam prosesi maupun dalam slogan. Hanya mensucikan niat dan perbuatan hanya untuk Allah saja dan meninggalkan segala sesuatu yang lain." Tambahnya/
Dalam khotbahnya, Syekh Salah bin Muhammad al-Badeer, imam dan khatib Masjid Nabawi, mengatakan: "Para peziarah harus menjauhkan tempat suci dari apa pun yang membahayakan kesucian ritual."
Beliau meminta para jamaah haji untuk menahan diri dari argumentasi palsu, pertengkaran, permusuhan, perpecahan, perdebatan, dan menjadikan haji sebagai arena perselisihan, permusuhan, dan perpecahan. Pada saat yang sama, Syekh Abdul Rahman bin Abdulaziz Al-Sudais, Imam dan Khatib Masjid Al-Haram, mengatakan dalam khotbahnya: "Haji bukanlah tempat untuk demonstrasi, pawai, pertemuan, perdebatan, perdebatan, meneriakkan slogan-slogan politik atau propaganda partai, sektarian dan agama."
"Haji adalah salah satu ibadah yang terbesar, dan untuk melaksanakannya ada syarat, rukun dan kewajiban yang harus diketahui dan diikuti oleh setiap orang yang datang ke rumah ini." Tambahnya.
Meski tidak disebutkan secara spesifik, namun pelarangan membawa slogan-slogan politik selama prosesi ritual haji, oleh banyak kalangan menilai yang dimaksud termasuk larangan menyuarakan gerakan bela Palestina. Seperti diketahui, Arab Saudi secara ketat menetapkan pelarangan pengibaran atau membentangkan bendera Palestina di wilayah Arab Saudi terutama di kawasan Haramain, meski itu dimaksudkan dukungan kepada Palestina.