Menurut Kantor Berita Internasional ABNA, otoritas kesehatan Gaza telah mengumumkan kematian sedikitnya 45 warga Palestina menyusul serangan rezim Zionis di Rafah. Menurut mereka, beberapa korban syahid adalah pengungsi yang tinggal di tenda-tenda, yang dibakar hidup-hidup dalam api.
Setelah puluhan orang mati syahid di kota Rafah di Gaza selatan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan itu adalah kesalahan yang tragis. Dalam pidatonya di parlemen, dia mengatakan sedang menyelidiki serangan malam tersebut.
Menyusul kejahatan mengerikan ini, rezim Zionis mendapat kecaman dari banyak negara, dan diperkirakan kritik terhadap pemerintahan rezim ini akan semakin meningkat. Bahkan beberapa sekutu terdekat rezim Zionis, khususnya Amerika Serikat, telah menyatakan kemarahannya atas meningkatnya korban sipil di Gaza.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menulis di Channel X (sebelumnya Twitter): "Tidak ada zona aman di Rafah bagi warga sipil Palestina dan operasi ini harus dihentikan. Dia juga mengatakan: Saya menuntut penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera."
Menurut para pejabat kesehatan, serangan pada Minggu malam, yang tampaknya menjadi salah satu serangan paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir, telah menjadikan jumlah korban Palestina sejak dimulainya perang menjadi lebih dari 36.000 orang.
Mohammad Abu Assa, salah satu warga yang hadir di lokasi kejadian, mengatakan, tim penyelamat selain anak-anak muda dan orang tua juga mengeluarkan anak-anak yang tercabik-cabik dari bawah reruntuhan. Dia menggambarkan kebakaran di kamp pengungsi itu sangat mengerikan. Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan bahwa sekitar setengah dari korban adalah perempuan, anak-anak dan orang tua.