Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Senin

4 Desember 2023

12.48.17
1417251

Cendekiawan Muslim Indonesia, Dr. M. Subhi Ibrahim:

Kemandirian dan Etos Ilmiah yang Kuat dari Iran Perlu untuk Kita Pelajari dan Tiru

Dr. M. Subhi Ibrahim dalam wawancaranya dengan ABNA mengatakan, "Dari dua hal, kemandirian dan etos ilmiah yang kuat dari Iran itu berakar dari satu ideologi keagamaan yang kokoh yang itu menghidupkan jiwa-jiwa bangsa dan masyarakat Iran untuk hidup mandiri, dan mengembangkan pengetahuan secara serius.

Menurut Kantor Berita Internasional ABNA, cendekiawan muslim Indonesia Dr. M. Subhi Ibrahim yang saat ini menjabat sebagai Direktur Paramadina Graduate Scholl of Islamic Studies Universitas Paramadina Jakarta, bersama dengan sejumlah pimpinan dan pengajar dari Universitas Islam Al-Ihya Kuningan dan IAIN Siber Syekh Nurjati Cirebon berada di Iran dari 14-28 November 2023 untuk melakukan Short Course di Masyhad dan Qom yang diselenggarakan oleh Pusat Short Course Universitas Internasional Almustafa Iran.

Berikut ini wawancara yang dilakukan oleh redaksi ABNA terhadap alumni program Doktor Ilmu Filsafat Sekolah TInggi Filsafat Driyakarna Jakarta ini terkait terkait kehadirannya di Iran.

ABNA: Sejak awal apa yang membuat anda merasa perlu datang ke Iran dan bersedia menjadi peserta SC ini?

Saya penulis yang banyak menulis seputar para pemikir yang berasal dari Iran seperti Ali Syariati, Ayatullah Murtadha Muthahari, Imam Khomeini dll. Dan juga terkait dengan Iran itu sendiri dalam konteks geopolitik internasional, saya sering menulis itu diberbagai media. Alangkah tidak lengkapnya bila sebagai penulis yang banyak bicara tentang Iran dan raksasa pemikirnya itu, namun tidak ke negeri para mullah ini untuk mengkonfirmasi banyak hal yang berhubungan dengan pemikiran dan juga posisi geopolitik Iran.  Selain itu yang terpenting adalah kehadiran langsung di Iran, membuat saya mampu menggali berbagai khazanah yang sangat kaya terutama khazanah intelektual di Iran yang pasti sangat bermanfaat untuk saya pribadi dan juga masyarakat Indonesia yang nanti bisa dishare. Karena itu saya mengikuti SC Islami Talk yang diadakan oleh Universitas Internasional Almustafa Iran ini.



ABNA: Sebelum datang ke Iran dan sesudah melihat Iran secara langsung apa ada perubahan perspektif dan pandangan anda mengenai Iran?

Sebenarnya secara umum saya telah memiliki gambaran tentang Iran baik dari sisi posisi Iran dalam konteks geopolitik internasional, dan juga dalam konteks pemikiran. Itu semua menjadi bekal sebelum saya berangkat ke Iran. Sesudah melihat Iran secara langsung, maka saya memiliki sedikit atau pandangan tambahan yang memperkaya perspektif saya mengenai Iran. Terutama ketika melihat perkembangan Iran yang sangat maju, dari sisi perkembangan sains dan tekhnologi, tradisi intelektual yang sangat kuat dan bagaimana Iran begitu komitmen pada kemerdekaan palestina, dan itu saya lihat langsung. Itu menambah perspektif saya yang telah saya punyai dan yang menarik sebenarnya adalah Iran masih bisa menjadi salah satu leading nation, Negara terdepan dalam berbagai bidang meskipun dalam keadaan yang sangat sulit.

ABNA: Selama berada di Iran, hal positif apa yang menurut anda perlu ditransfer ke Indonesia? Dan menurut anda mengapa hal itu menjadi penting bagi bangsa Indonesia?

Ada minimal 3 hal positif yang bisa menjadi ole-ole di Indonesia. Yang pertama, bahwa bangsa Iran pasca revolusi Islam Iran bangkit menjadi bangsa yang mandiri. Diterpa embargo yang sangat ketat sekalipun, mereka tetap bisa bertahan, bahkan melampaui perkembangan-perkembangan Negara muslim lain. Baik dari sisi pengembangan sains dan tekhnologi, juga dari sisi yang lain. Dan itu bisa menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia, karena dengan kemandirian sebuah bangsa dalam mengelola sumber dayanya, sebuah Negara akan mampu tegak dengan kakinya sendiri, mampu berdiri dengan kepala tegak diantara bangsa-bangsa. Bangsa kita adalah bangsa yang kuat bangsa yang bisa bertahan dengan segenap sdm dan sda yang kita miliki. Kalau Indonesia mampu menjadi yang dikatakan Bung Karno, berdikari, berdiri di kaki sendiri, seperti halnya Iran, Indonesia juga akan menjadi bangsa yang maju, bangsa yang tidak tergantung pada Negara lain, bangsa yang bisa mengarahkan diri menuju tujuan dari pendiri RI yang diidamkan para founding fathers.

Kedua, tradisi ilmiah. Di Iran saya melihat tradisi ilmiah sangat kuat berakar, mulai dari pendidikan dasar sampai tinggi, begitu sistematik dan support Negara dan juga dari berbagai elemen masyarakat di Iran seperti yayasan, universitas betul-betul memiliki komitmen yang kuat untuk pengembangan sains dan tekhnologi, ilmu agama juga begitu baik, filsafat juga berkembang pesat. Semangat ilmiah yang kuat ini betul-betul menjadi penopang bangsa Iran ketika menghadapi berbagai kesulitan. Saya pikir bangsa Indonesia perlu meniru itu. Semangat  ini perlu ditransfer dan ditularkan pada masyarakat Indonesia. Dari dua hal ini, kemandirian dan etos ilmiah yang kuat itu berakar dari satu ideologi keagamaan yang kokoh yang itu menghidupkan jiwa-jiwa bangsa dan masyarakat Iran untuk hidup mandiri, dan mengembangkan pengetahuan secara serius.

Ketiga, komitmen terhadap anti kolonialisme di berbagai penjuru dunia. Pasca Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ini memang mencanangkan perlawanan terhadap berbagai bentuk imperialisme dan pembelaan terhadap kaum mustadafien, terutama khususnya di Palestina. Indonesia dan Iran juga punya kesamaan, yaitu menginginkan Palestina yang merdeka dan zionisme hengkang dari Palestina.




ABNA: Iran oleh media-media mainstream internasional kerap dicitrakan negatif. Menurut anda, dari berita-berita negatif itu mana saja yang tidak benar dan menurut anda mengapa media-media itu melakukan propaganda negatif mengenai Iran?

Pasca Revolusi Islam Iran memang berbagai propaganda negatif sangat kuat diberitakan, misalnya tentang kebebasan masyarakat, isu-isu HAM, itu terus menerus mencoba untuk disematkan dan distigmatisasi pada Iran. Tapi dengan berbagai dialog dan juga melihat langsung, saya meyakini tidak beralasan tuduhan seperti itu. Iran saya lihat memiliki suatu semangat yang mendorong penghargaan pada humanisme dan kemanusiaan yang itu mereka sesuaikan dengan ajaran islam. Islam menjadi pilar bagi Iran. Ketika seorang berkunjung ke Iran, saya yakin banyak hal yang akan berubah, karena akan melihat Iran secara obyektif. Iran sangat menghargai kemanusiaan, perbedaan pendapat dan toleransi terbangun dengan sangat kuat di Iran.



ABNA:  Anda sempat berkomunikasi dan berdialog dengan pelajar2 Indonesia di Iran terutama di Qom, pesan dan harapan apa yang hendak anda sampaikan kepada mereka?

Saya memesankan agara adik-adik bisa secara terus menggali khazanah ilmiah dan intelektual dari Iran. Pelajari hal-hal positif yang diteladankan oleh masyarakat Iran terkait hal-hal akademik, atau non akademik yang itu bisa bermanfaat dan menjadi ole-ole ketika pulang ke Indonesia. Sebagai duta-duta bangsa di negeri Iran, harus melakukan yang terbaik, untuk terus mendapatkan hal-hal yang positif dan hikmah di negeri para mullah. Ketika menyelesaikan studi di Iran, adik-adik bisa mampu menularkan dan mampu memberikan kemanfaatan dari apa yang didapat di Iran. Adik-adik juga bisa membuat jejaring, networking yang kuat, sehingga ketika kembali ke tanah air, mampu langsung berkhidmat untuk langsung mengajarkan dan mengaplikasikan ilmunya, demi kemajuan bangsa Indonesia.

ABNA:  Dari semua agenda dan program SC yang telah anda ikuti, program mana yang paling berkesan? mengapa?

Semua yang digelar sangat bermandaat dan punya kesan tersendiri. Materi-materi memperkaya perspektif dan memberi horizon yang luas tentang pemikiran Islam. Selanjutnya, kunjungan-kunjungan sangat berkesan, karena itu disitu kami melihat bagaimana bangsa Iran membangun peradaban, bangsa Iran menghormati peninggalan bersejarah, orang-orang yang berjasa dan memelihara berbagai khazanah yang terkait dengan kekayaan intelektual dan juga semangat dari bangsa dan masyarakat Iran. Juga semakin berkesan dengan bertemu berbagai tokoh, ulama besar dan pusat-pusat penelitian dimana disana kami banyak belajar tentang bagaimana masyarakat Iran punya komitmen dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, mengembangkan peradaban Islam secara konkrit dan detail ketika mengeksekusinya sehingga dirasakan kebermanfaannya bukan hanya bagi masyarakt Iran namun juga penduduk dunia secara keseluruhan.



ABNA:  Silakan menyampaikan pesan kepada masyarakat Indonesia terutama terkait pesan persatuan Islam yang kerap berulangkali didengungkan oleh ulama-ulama dan pejabat-pejabat pemerintah Iran.

Persatuan umat Islam dunia sangat penting terus untuk dibangun. Karena itu dialog, komunikasi, kerjasama harus terus diterapkan. Umat Islam Indonesia dan Iran khususnya dan juga Negara-negara muslim lain, perlu terus bergandeng tangan melangkah bersama untuk membangun suatu wajah peradaban baru Islam dunia. Yang pasti tidak semua kekuatan-kekuatan di dunia ini yang mereka suka terhadap persatuan Islam. Mereka terus merongrong, melakukan propaganda, baik secara pemikiran maupun aksi-aksi yang merugikan umat Islam. Terlepas dari mazhab yang dianut, terlepas dari Negara dimana berdomisli, Islam itu harus terus diusung sebagai suatu kekuatan besar yang bisa nanti berkontribusi besar bagi peradaban umat manusia. Masa depan umat manusia sangat bergantung pada perilaku umat Islam. Karena itu umat Islam harus terus melakukan hal-hal positif bersama, bergandengan tangan secara erat untuk membangun tatanan dunia yang baru yang berkeadilan. Yang terpenting juga umat Islam dunia harus bersatu mendorong kemerdekaan Palestina yang telah puluhan tahun menjadi obyek imperialisme dari Zionis. Tidak ada satupun solusi yang bisa disodorkan kecuali kemerdekaan bagi bangsa paletsina dan itu adalah harga mati. Itu perlu kommitmen bersama bagi Negara-negara muslim di dunia khususnya Iran dan Indoensia, dua Negara muslim yang besar di dunia. 

ABNA: Terimakasih atas waktunya

Sama-sama.