Menurut Kantor Berita ABNAm Ayatullah Reza Ramezani pada majelis duka memperingati kesyahidan Imam Ridha as yang digelar di Haram Sayid Muhammad as di kota Astana Ashrafieh, mengacu pada mukjizat dan karamah para Imam dan Nabi, menyatakan, “Manusia belum menemukan ilmu tentang para Imam dan para nabi as sebagaimana mestinya secara komplit, oleh karena itu kita melihat adanya perbedaan pendapat tentang mereka.”
Ayatullah Ramezani lebih lanjut mengatakan, “Pandangan dan keyakinan mengenai Nabi Isa as misalnya yang oleh sebagian orang meyakininya sebagai Ruh Kudus, dan Kristiani meyakininya sebagai anak Tuhan. Sementara muslim meyakininya sebagai nabi tanpa sifat rububiyah sekalipun bisa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara normal, sebab keyakinan kita kemampuan itu karena seizin Allah Swt.”
“Ketuhanan adalah untuk Allah Swt, dan kepentingan ini tidak boleh dikaitkan dengan para imam, dan itu dianggap musyrik jika dikaitkan kepada selain Allah Swt.” Tambahnya.
Menunjukkan bahwa para imam adalah manusia yang unggul dan hamba Allah yang tulus, Ayatullah Ramezani berkata, “Dalam salat, pertama-tama kita mengacu pada posisi mengikuti dan menaati petunjuk Nabi Muhammad saw. Misi para nabi dan imam Ilahi adalah karena kedudukan mereka yang besar.”
Ayatullah Ramezani merujuk pada ujian Ilahi yang sangat sulit bagi Nabi Ibrahim as mengatakan, “Kebanggaan atas ujian Ilahi ini menunjukkan bahwa ia adalah hamba Allah yang ikhlas. Derajat dan kedudukan tinggi yang diraihnya tersebut karena memurnikan penghambaan hanya kepada Allah Swt.”
Wakil rakyat Gilan dalam majelis ahli kepemimpinan ini juga mengemukakan, “Penghambaan membawa seseorang ke suatu tempat di mana, dengan izin Allah, dia melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh orang biasa.
Ia menyatakan bahwa imam adalah orang yang mencapai kedudukan maksum dan mempunyai kekuasaan dalam menjaga dan mengendalikan dengan karunia Allah. “Para imam maksum, dengan izin Allah, mereka dapat menghidupkan kembali orang mati, tidak ada satupun yang berdiri sendiri dan semuanya dengan izin Allah. Bahkan tanpa izin Allah, manusia tidak bisa menggerakkan tangannya, hal ini sangat penting dan patut kita perhatikan.”
Mengatakan bahwa sebagian orang mencari kesembuhan dari para imam, Ayatullah Ramezani menekankan, “Ketika seorang anak sakit, mereka meminta kesembuhan kepada Imam Ridha as, dan ketika dia tidak sembuh, dia berpaling. Tidak benar jika dikatakan bahwa kami menurunkan derajat imam dalam hal penyembuhan penyakit, salah satu tugas imam kami adalah menyembuhkan orang sakit seizin Allah Swt.”
Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as ini menyatakan bahwa para imam datang untuk menghidupkan kembali hati, dan pikiran. Ia berkata, “Kita harus mencari bantuan dari para imam dalam hal ini, Mereka diutus bukan untuk menghidupkan kembali orang mati, tetapi untuk menghidupkan kembali hati yang mati, dan reformasi moral umat manusia telah terjadi dengan cara itu.”
“Manusia diciptakan untuk keabadian dan manusia harus menciptakan keabadian dengan tindakan dan perilakunya.” Tambahnya.
Ayatullah Ramezani mengacu pada posisi Agha Sayid Jalaluddin Ashraf dan Imamzadegan dengan silsilah di Gilan, mengatakan, “Keyakinan masyarakat tidak boleh dipermainkan dan Imamzadegan dengan silsilah harus diperkenalkan dengan benar.”
Wakil masyarakat Gilan dalam majelis ahli kepemimpinan mengemukakan bahwa sebagian orang bergembira karena cukup mencintai para imam, dan mengingatkanm, “Cinta kepada Ahlulbait as adalah wajib, tetapi cinta ini harus ditempatkan berdampingan dengan ketaatan dan tindakan.”
Menyatakan bahwa Al-Qur'an menyatukan dua prinsip iman dan amal, beliau berkata, “Iman tanpa amal dan amal tanpa iman tidak dapat diterima, ada banyak ayat dalam hal ini yang patut diperhatikan. Saat ini, ada pandangan bahwa kita beriman tetapi kita tidak berdoa atau berpuasa, padahal segala sesuatunya penting pada tempatnya masing-masing.”
Ayatollah Ramezani menambahkan, “Pergilah menunaikan haji ke Mekah dan ziarah ke Karbala dan menunaikan kewajiban agama agar dapat menggandeng tangan ribuan orang miskin dan menyelesaikan permasalahan generasi muda. Mereka yang tidak beriman tidak akan membelanjakan uangnya untuk melakukan perbuatan baik apa pun. Para dermawan telah memenuhi kewajiban agamanya untuk membantu orang lain.”
Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menyatakan bahwa pemahaman yang benar tentang amal shaleh sangatlah penting, dan menambahkan, “Jika seseorang ingin amar ma’ruf dan nahi munkar, waktu, tempat dan perhatian terhadap segala kondisi menjadi penting dan seseorang harus bertindak dengan benar. Agar dapat dilakukan dengan benar, agar efektif, etika harus dipelajari dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.”
Merujuk pada bagian lain dari pernyataan Imam Ridha as, Ayatullah Ramezani berkata, “Tidak boleh terjadi ketika Anda melakukan suatu amal, Anda tidak memperhatikan dan mencintai Ahl al-Bayt as dan tidak tunduk kepada mereka, Allah menjadikan kita mengikuti para imam dan nabi, yang membimbing dan menunjukkan kebenaran tauhid.”
“Cinta kepada Ahlulbait as mengikuti cinta kepada Allah, dan cinta yang hanya sekedar ungkapan tanpa diikuti dengan ketaatan adalah cinta yang ditolak.” Tegasnya.
Pada bagian akhir penyampaiannya, Ayatullah Ramezani kembali menegaskan, “Ikatan cinta dan ketaatan kepada Ahlulbait as harus ditambahkan; Tiga prinsip penting yaitu ilmu, cinta dan ketaatan harus dipatuhi bahkan dalam kaitannya dengan Imam Zaman afs.”