Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Selasa

6 Juni 2023

06.15.16
1371347

Waketum DPP ABI:

Nafas dan Nilai-Nilai Pancasila Selaras dengan Islam

"Tidak ada satupun dari sila-sila Pancasila itu yang bertentangan dengan Alquran, dengan Islam bahkan dia berhasil menerjemahkan nilai-nilai Islam untuk kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Menurut Kantor Berita ABNA, Wakil Ketua Umum DPP Ahlul Bait Indonesia (ABI) Ahmad Hidayat melalui Podcast yang ditayangkan chanel Youtube Ahlulbait Indonesia TV pada Senin (5/6) menyatakan bahwa Pancasila selaras dengan Islam.  

Ia mengatakan, “Betul bahwa penduduk negeri ini dihuni 80% lebih umat Islam tapi dengan pancasila ini, kita bisa menemukan bentuk negara yang didambakan oleh setiap anak bangsa. Sehingga saya sepakat dengan yang pernah dikatakan Yudi Latif, dia berkesimpulan bahwa negara paripurna itu dengan dasar negara Pancasila tidak akan mendestruksi keyakinan-keyakinan keberagamaan rakyat bangsa ini. Dan saya secara pribadi meyakini, tidak ada satupun sila-sila dari Pancasila itu mulai dari Ketuhanan yang Maha Esa sampai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang bertentangan dengan Islam.”

“Bagi saya yang muslim, mempercayai bahwa tujuan dari diturunkannya agama oleh Allah baik itu agama Yahudi, agama Nasrani maupun agama Islam atau seluruh agama-agama Samawi bahkan agama-agama budaya, kesemua tujuan akhir dari seluruh ajaran agama itu adalah tegaknya keadilan. Lalu di mana sisi pertentangannya? Kita tidak akan pernah menemukan sisi pertentangan antara tujuan dari agama dengan sila kelima dari Pancasila itu?” Tegasnya. 

“Yang menjadi game akhir dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan musyawarah tujuannya adalah keadilan. Kita tidak akan pernah menemukan sebuah tatanan kehidupan sosial sebuah bangsa bisa berjalan kalau keadilan itu tidak pernah tegak. Nah karena itu tidak akan pernah kita menemukan, dan saya meyakininya dengan baik bahwa tidak akan ada pertentangan sedikitpun antara agama Islam dengan Pancasila.” Tegasnya. 

“Kita tahu bahwa Indonesia ini dari Aceh sampai Papua punya kesadaran yang sama bahwa manusia itu memiliki fitrah yang inheren di dalamnya. Kesadaran pada adanya Kausa prima dan itu adalah Tuhan. Tentu menarik bahwa sila pertama disebut dengan sila Ketuhanan yang Maha Esa. Para founding father kita betul sampai kepada satu kesadaran bahwa rakyat Indonesia ini terdiri dari suku, agama, budaya yang berbeda sehingga kata Ketuhanan yang Maha Esa terbuka untuk ditafsir berdasarkan budaya dan agama yang dianut oleh masing-masing penghuni bangsa ini. Di sana ada ruang terbuka sehingga tidak ada pihak dari kelompok agama manapun yang boleh mengklaim tafsir secara sepihak bahwa kata Ketuhanan yang Maha Esa itu hanya bisa ditafsirkan dalam pandangan Islam, atau dalam pandangan Kristen, dalam pandangan Hindu, Budha, Konghucu dan seterusnya.” Paparnya. 

Intelektual dan aktivis Muslim ini lebih lanjut mengatakan, “Ketuhanan yang Maha Esa adalah nilai yang sebetulnya terkandung di dalam kesadaran dan pikiran sesama anak bangsa, dengan latar belakang resensi, retensi dan kesadaran tafsir atas makna ketuhanan yang maha esa itu. Dan itulah yang menjadi perekat utama kehidupan rakyat Indonesia untuk tetap bersatu dalam ruang lingkup kebangsaan. Karena itulah saya percaya bahwa Pancasila adalah milik seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya tidak bertentangan dengan Islam tapi juga selaras dengan semua agama yang diakui di Indonesia.”

“Pancasila adalah milik seluruh anak bangsa ini. Karena kesadaran itulah saya juga mempercayai bahwa Pancasila sebagai pilihan sadar yang menjadi konsensus bangsa ini, untuk menjadi perekat dan menjadi way of life bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah modal besar kita sebetulnya. Dan inilah yang diklaim oleh Bung Karno. Bung Karno pernah mengatakan bahwa warisan terbesar dia adalah Pancasila.” Jelasnya lagi. 

Lebih lanjut Ahmad Hidayat mengatakan, “Kita berharap bahwa hari-hari kelahiran Pancasila di bulan Juni ini adalah hari-hari di mana kita bisa meratifikasi kesadaran beragama kita untuk selaras dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita dengan Pancasila sebagai dasar negara kita.  Kalau ini bisa kita kombinasikan dengan baik saya percaya bahwa Indonesia akan menjadi negara yang layak untuk menjadi profile bagi seluruh bangsa di dunia ini.” 

“Jika boleh saya berharap bahwa sudah semestinya untuk mempertahankan dan membangun karakter bangsa ini agar memiliki integritas dan memiliki jati diri sebagai bangsa, lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun informal menjadikan Pancasila sebagai bagian yang tak terpisahkan untuk selalu disosialisasikan, untuk selalu diajarkan dan untuk selalu dicermati tanpa menghilangkan identitas keagamaan setiap anak bangsa. Ini seperti yang saya katakan di awal, bahwa Pancasila selaras dalam pengertian selaras dengan agama Islam, agama saya. Dalam pengertian bahwa pada batas tertentu dan pada nilai tertentu. Tidak ada satupun dari sila-sila Pancasila itu yang bertentangan dengan Alquran, dengan Islam bahkan dia berhasil menerjemahkan nilai-nilai Islam untuk kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara.” Tutupnya.