Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Sabtu

3 Juni 2023

18.18.43
1370951

BRICS; Definisi Ulang Tatanan Dunia dan Menciptakan Sistem Multipolar

Menteri luar negeri anggota BRICS di pertemuan pembukaan mereka di Afrika Selatan menuntut untuk mendefinisikan ulang tatanan dunia dan menjauhkan diri dari negara-negara Barat.

Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Naledi Pandor menyebut tujuan kelompok ini untuk mengambil alih kepemimpinan di dunia yang menurutnya terpecah-pecah dan terfragmentasi karena ketegangan geopolitik, ketidaksetaraan, dan ketidakamanan.

Pertemuan ini digelar untuk konsolidasi lebih besar antara anggota menjelang KTT pemimpin BRICS yang bakal digelar bulan Agustus tahun ini di Afrika Selatan.

Saat ini, lima negara, Rusia, Cina, Afrika Selatan, Brasil, dan India adalah anggota kelompok BRICS. Tujuan pembentukan grup ini adalah untuk memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi negara-negara anggota dan juga untuk menciptakan lembaga internasional paralel seperti bank pembangunan dan sistem perdagangan baru. Kelompok yang dibentuk tahun 2009 ini dari sisi populasi memiliki 41 persen dari total populasi dunai, dan mencakup lebih dari 28 persen PDB global.

Anggota kelompok ini yang sebagian besar adalah negara-negara ekonomi berkembang memiliki kinerja yang sukses di bidang perdagangan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga menurut laporan Bank Dunia, pangsa negara-negara anggota BRICS dalam pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 telah mencapai 32,1% dan lebih tinggi dari negara anggota G7 yang meliputi Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Inggris Raya, Kanada, dan Amerika Serikat.

Rusia dan Cina, sebagai anggota BRICS penting yang berperan penting dalam penguatan ekonomi organisasi ini, berusaha mengganggu tatanan dunia saat ini, khususnya di bidang ekonomi, dan memperkuat sistem multipolar dengan bantuan anggota kelompok ini dan dengan menerima anggota baru. Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan dalam hal ini, "Pertemuan ini harus mengirimkan pesan yang kuat bahwa dunia multipolar menemukan keseimbangan baru dan metode lama tidak mampu menjawab tantangan baru."

Salah satu tujuan kelompok BRICS adalah untuk melawan dominasi Amerika pada sistem ekonomi global dan mengganti mata uang bersama lainnya sebagai pengganti dolar dalam pertukaran komersial dan ekonomi di dunia. Anggota BRICS berusaha untuk mengakhiri dominasi Amerika Serikat dan kebijakan unilateral negara tersebut dengan meningkatkan kerjasama ekonomi dan meningkatkan jumlah produksi dan ekspor, serta penggunaan mata uang seperti Yuan dalam transaksi komersial. Penggunaan dolar secara instrumental, penggunaan sanksi untuk menciptakan tekanan ekonomi dan politik di berbagai negara yang tidak tunduk pada kebijakan Washington adalah beberapa alasan yang menyatukan anggota BRICS.

Presiden Kuba, Miguel Díaz-Canel dalam hal ini mengatakan, program BRICS untuk memisahkan diri dari dolar akan menciptakan sistem hubungan perdagangan kompregensif dan lebih dapat diterima bagi dunia. Hari ini, hubungan internasional di dunia didasari pada kebijakan ofensif dan hegemoni pemerintah Amerika Serikat yang terus menerus menciptakan dinding, menjatuhkan sanksi secara paksa, memeras, agresi dan melontarkan tudingan.

Performa dan cita-cita BRICS telah menyebabkan banyak negara seperti Aljazair, Argentina, dan Iran mengajukan diri untuk bergabung dengan BRICS. Selain itu, negara-negara seperti Arab Saudi, Turki, dan Mesir juga telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan grup ini. Nicolás Maduro, presiden Venezuela, negara yang telah dikenai sanksi berat AS selama bertahun-tahun, juga mengatakan dalam konteks ini,"Kami ingin menjadi bagian dari BRICS dan berpartisipasi dalam pembangunan arsitektur baru dan politik dunia ini. BRICS menjadi magnet besar bagi mereka yang menginginkan dunia lain berdasarkan perdamaian dan kerja sama."

Menteri Luar Negeri Brazil, Mauro Vieira menyebut BRICS sebagai mekanisme urgen untuk menciptakan sistem dunia multipolar, dan mengatakan, tatanan seperti itu mencerminkan sarana dan kebutuhan negara-negara berkembang.

Poin penting di sini adalah para menlu BRICS dalam pertemuannya menyambut kembalinya Suriah ke Liga Arab, dan menekankan kehadiran aktif kelompok ini di bidang politik dan ekonomi. Sepertinya BRICS dengan menerima anggota baru menjadi semakin kuat, dan berubah menjadi rival serius di tingkat internasional bagi Amerika Serikat dan Kelompok G7. (MF)

342/