Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Sabtu

4 Maret 2023

17.18.58
1350536

Hujjatul Islam wa Muslimin Nusratullah Aiti:

Pengabaian Kewajiban Kita terhadap Imam Zaman afs, adalah Dosa Besar

Menjelang perayaan Malam Nisfu Sya’ban, yang merupakan malam memperingati wiladah Imam Mahdi afs, reporter ABNA melakukan wawancara khusus dengan seorang pakar di bidang Mahdisme. Hasil wawancara tersebut, dirangkum dalam tulisan ini.

Menurut Kantor Berita ABNA, menjelang perayaan Malam Nisfu Sya’ban, yang merupakan malam memperingati wiladah Imam Mahdi afs, reporter ABNA melakukan wawancara khusus dengan seorang pakar di bidang Mahdisme. Hasil wawancara tersebut, dirangkum dalam tulisan ini. 

Seorang akademisi Fakultas Ilmiah Institut Ayandeh Roshan (Lembaga Penelitian Mahdawiyat) mengatakan tentang tugas-tugas kaum Syiah di masa kegaiban Imam Zaman afs. “Salah satu poin yang harus kita perhatikan di siang dan malam ini adalah membaca tanggung jawab dan tugas yang diberikan oleh Imam Zaman afs. Kita bertanggung jawab atas Imam Zaman afs dan waktu terbaik untuk meninjau tanggung jawab adalah siang dan malam yang diberkati ini.” Ucapnya. 

Tugas Syiah terhadap Imam Zaman afs

Hujjatul Islam wa Muslimin Nusratullah Aiti menambahkan, “Salah satu tanggung jawab penting yang kita miliki sebagai orang beriman dan menunggu kemunculan Imam Zaman afs adalah memperhatikan keberadaan Imam dan tidak mengabaikannya. Kita harus menyadari, bahwa kegaiban Imam Mahdi afs adalah periode penderitaan bagi umat Islam Syiah. Kita semua menderita dengan kegaiban ini, namun penderitaan terbesar adalah jika kita mengabaikan  kewajiban kita sebagai Syiah terhadap Imam Zaman afs.”

“Dalam doa-doa yang kita lantunkan kita membaca, “Ya Allah, jangan mengambil kepastian kami untuk waktu yang lama dalam ketidakhadirannya, dan jangan lupakan kami dari senantiasa mengingatnya. Begitu juga jangan usir kami dan bantu kami untuk tidak mengabaikan Hadhrat Wali Zaman afs.” Seorang sahabt bertanya Mereka bertanya kepada Imam Jawad as, "Wahai putra Rasulullah, mengapa Imam Mahdi disebut al-Qaim?”  Imam menjawab, “Karena dia akan bangkit setelah matinya ingatan”. Jadi karena setelah ingatan tentangnya hilang dari masyarakat maka dia akan bangkit, makanya mereka memanggilnya al-Qaim. Hadits ini menunjukkan bahwa memperhatikan Hadhrat Wali Asr dan tidak mengabaikannya adalah kewajiban yang besar.” Tambahnya. 

Lebih lanjut akademisi dan muballigh Iran menjelaskan mengenai terbaginya lalai dalam sejumlah kategori. Ia berkata, “Ada beberapa kategori lalai, yang pertama lalai terhadap diri Imam, yang berarti bahwa orang-orang beriman tenggelam dalam masalah materi dan kesibukan hidup sehingga melalaikan kehadiran Imam. Kedua, mengabaikan hak-hak yang dimiliki oleh Imam Zaman afs atas kita. Karena pada dasarnya imam memiliki hak dan tanggung jawab atas kita. Yang ketiga adalah mengabaikan musuh Imam Mahdi afs.

Peneliti Mahdisme terkemuka Iran ini dalam menjelaskan pengabaian musuh-musuh Imam Zaman afs menyatakan, “Gerakan Mahdisme memiliki musuh karena fungsi dan pengaruhnya yang besar, dan karena Imam Zaman afs adalah pemimpin front yang saleh, panah musuh dari front palsu diarahkan padanya. Oleh karena itu, kita tidak boleh mengabaikan musuh dan tindakan serta rencana mereka terkait masalah Imam.”

Imam Husain as dan Imam Mahdi afs Memiliki Tiga Jenis Musuh

Nusratullah Aiti melanjutkan, “Imam Musa Sadr telah membagi musuh-musuh Imam Husain as menjadi tiga kategori. Kelompok pertama adalah musuh yang menyerang tubuh Imam pada tahun 61 H dengan panah, tombak, batu, dan tongkat. Ini adalah musuh yang akan dikutuk selamanya. Kategori kedua, yang lebih berbahaya dari kategori pertama, adalah mereka yang berusaha melupakan cita-cita dan tujuan Imam serta melawan cita-cita Imam. Inilah orang-orang yang melihat kaum Syiah pergi ke Karbala untuk berziarah dan belajar keberanian, dan melanggengkan semangat perlawanan Imam Husain as, oleh karena itu mereka mencegahnya. Mereka berusaha menghancurkan makam Imam Husain as supaya tidak ada lagi yang akan mengenangnya. Mereka tidak menyerang tubuh Imam Husain as, tetapi mereka ingin menghancurkan tradisi kesyahidan, perlawanan dan tidak menyerah pada penindasan.” 

“Tetapi kategori ketiga adalah musuh yang paling berbahaya; Mereka menangisi Imam Husain as, menyatakan belasungkawa, menunjukkan ekspresi duka cita tetapi mereka mengatakan bahwa Imam Husain as dan Syimr adalah tokoh sejarah dan bahwa Imam Husain as mati syahid pada tahun 61 H dan sudah sewajarnya diterima sebagai tragedi pahit. Kelompok ketiga menangis untuk Imam Husain as tetapi mereka meyakini bahwa kesyahidan Imam Husain tidak ada lagi  hubungannya dengan waktu kekinian. Tragedi Karbala hanya peristiwa sejarah yang cukup dikenang saja, dan tidak memiliki peran apa-apa atas hari ini. Imam Musa Sadr mengatakan bahwa kelompok ketigalah yang paling berbahaya dari kedua kelompok lainnya, sebab kategori pertama dan kedua adalah serigala berbulu serigala, tetapi yang ketiga adalah serigala berbulu domba, mereka menunjukkan penampilan mereka menyenangkan tetapi hakikatnya mereka melawan dan hendak menghabisi cita-cita Imam Husain as.” Lanjutnya. 

Dia melanjutkan, “Mungkin saja beberapa orang mempercayai ini karena ketidaktahuan dan kejahilan, tetapi beberapa orang melakukannya dengan sadar dan mereka tidak ada hubungannya dengan bagaimana kita harus menghadapi musuh Imam Zaman afs! Mereka tidak ada hubungannya dengan persyaratan budaya harapan di masyarakat. Oleh karena itu, orang yang memahami dan membatasi Mahdawiah hanya cukup dengan menangis dan menghidupkan Nisfu Sya’ban lebih berbahaya daripada kategori pertama dan kedua karena mereka adalah serigala berbulu domba.”

Kita Jangan Mengabaikan Dasar-Dasar Pemikiran Mahdawiah dan Cita-Cita Imam

Dalam meringkas penyampaiannya, peneliti terkemuka Mahdisme ini menyatakan, “Salah satu tanggung jawab kita adalah menghilangkan pengabaian dan memperhatikan Imam Mahdi afs. Ada beberapa jenis pengabaian: pengabaian Imam itu sendiri, pengabaian tanggung jawab yang kita miliki untuknya, pengabaian musuh-musuh Imam, dan pengabaian dasar-dasar Mahdisme dan cita-cita Imam.”

“Jenis pengabaian yang keempat adalah pengabaian. Imam memiliki cita-cita, kita memperhatikan Mahdisme dan harapan, tetapi kita lupa pada dasar dan cita-cita Imam yang merupakan perluasan tauhid, karena Imam datang untuk menghidupkan kembali tauhid dan nilai-nilai. Terkadang mereka yang menunggu dihadapkan pada pengabaian cita-citanya. Mereka menunggu Imam dan mereka memperhatikannya, tetapi mereka lupa akan cita-cita utama yang dihidupkan kembali oleh Imam. Seperti kebangkitan kebenaran dan kebajikan, kebangkitan agama dan ibadah Tuhan, dan perang melawan politeisme dan penyembahan berhala.” Tutupnya.