28 Mei 2019 - 07:38
Nasib Kesepakatan Nuklir Iran, Kepercayaan Dibalas Pelanggaran

Presiden Amerika Serikat pada tanggal 2 Mei 2018 mengeluarkan perintah keluarnya Washington dari kesepakatan nuklir Iran, JCPOA.

(ABNA24.com) Presiden Amerika Serikat pada tanggal 2 Mei 2018 mengeluarkan perintah keluarnya Washington dari kesepakatan nuklir Iran, JCPOA.

Dengan keluar dari JCPOA, Amerika sudah melanggar sebuah kesepakatan yang dihasilkan dari perundingan panjang antara Iran dengan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman. Akan tetapi Iran sendiri sampai kini tetap bertahan dalam kesepakatan ini.

Setahun pelanggaran komitmen dan keluarnya Amerika dari JCPOA serta sikap mengulur-ulur waktu yang dilakuan Uni Eropa, adalah hasil yang diperoleh Iran dari kesepakatan nuklir ini.

Pakar politik Norwegia, Sverre Lodgaard mengatakan, sikap Presiden Amerika Donald Trump selalu diambil berdasarkan permainan politik dan mencari-cari alasan, Iran sepenuhnya mentaati kesepakatan, dan Badan Energi Atom Internasional, IAEA juga menjelaskan hal ini tanpa sedikitpun keraguan.

Sekarang apakah Iran harus menerima bahwa dunia hari ini sudah berubah dibandingkan empat tahun lalu saat kesepakatan nuklir, JCPOA ditandatangani ? atau karena Trump selalu menyertakan kata "harus" dalam segala hal, maka Iran pun harus menyerah di hadapan Amerika ?

Pertanyaan ini sepertinya muncul menantang semua pengamat dan pakar hubungan internasional di seluruh dunia untuk menjawabnya.

Situs LobeLog dalam salah satu analisanya, memperingatkan Uni Eropa soal dampak runtuhnya kesepakatan nuklir Iran, JCPOA. LobeLoge menulis, dalam pencapaian kesepakatan ini, Eropa sudah berusaha untuk semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain global, namun jika menyerah kepada Amerika, maka ia akan kehilangan independensinya.

Eropa, untuk menjaga kepentingannya, lebih dari itu melindungi kredibilitas dan harga dirinya, harus melakukan langkah-langkah yang lebih dari sekedar dukungan lisan atas JCPOA.

Ketidakpercayaan Iran kepada Amerika, bukan slogan, tapi merupakan buah dari pengalaman di masa lalu, perilaku saat ini dan analisa realistis terkait ambisi Amerika untuk mendominasi negara lain.

Pemimpin besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei setahun lalu saat mereaksi keluarnya Amerika dari JCPOA mengatakan, hari itu sudah saya katakan, masalah Amerika dengan Iran bukan nuklir, ini hanya alasan, tapi mereka bilang bukan, kenyataannya memang seperti itu. Sekarang kalian menyaksikan sendiri memang kenyataannya seperti itu, kita menerima JCPOA, tapi permusuhan terhadap Republik Islam Iran tak kunjung usai. Sekarang mereka mengemukakan masalah tentang partisipasi regional kita dan masalah rudal, meski hal ini juga kita terima, masalah tidak akan selesai, mereka akan mulai lagi dengan masalah lain. Alasan permusuhan Amerika dengan Republik Islam Iran adalah karena Amerika pernah sepenuhnya menguasai Iran, namun revolusi berhasil memutus tangannya.

Demi menjaga kepentingan dan dominasinya di kawasan, Amerika menggunakan semua cara dan mengerahkan seluruh instrumen yang dimilikinya, perang, kudeta, sanksi, aksi destruktif, teror, ancaman dan menuduh pihak lain dalam rangka meraih tujuan jangka panjang.

Sekarang Amerika sedang berusaha menjalankan skenario baru, tapi rakyat Iran sepertinya tidak akan pernah mau menggadaikan harga dirinya. Iran bukan sapi perah Amerika, juga bukan pion Amerika untuk membantu mencapai ambisinya.

Salah seorang pengamat politik Amerika, Jim Walsh menuturkan, kasusnya sederhana, terkait program nuklir Iran, komunitas intelijen Amerika selama bertahun-tahun menyampaikan sejumlah klaim, tapi tidak pernah menunjukkan satu bukti pun yang membuktikan bahwa Iran punya program senjata rahasia. Akan tetapi ketika kesepakatan nuklir JCPOA berhasil dicapai, tidak ada satupun media yang melirik klaim tersebut dan mengatakan bahwa semua klaim ini adalah rekayasa.

Amerika sendiri tahu klaim-klaimnya terkait Iran dan pelanggaran kesepakatan nuklir JCPOA hanyalah dalih untuk memeras negara lain.

Kesabaran Iran untuk tetap mematuhi kesepakatan nuklir JCPOA, ada batasnya. Batas waktu 60 hari yang ditetapkan Iran kepada penandatangan JCPOA dapat dianggap sebagai sebuah peringatan yang menentukan nasib JCPOA selanjutnya, dan Iran tidak akan menggantungkan masa depan dan kepentingannya pada janji-janji palsu pihak lain.




/129