Menurut Kantor Berita ABNA, acara peringatan Harla NU ke 91 IKA-PMII sekaligus dirangkaikan diskusi dengan mengusung Tema : Perlukah Syiah Diwaspadai ? dengan menghadirkan beberapa Narasumber diantaranya, Prof. DR.H. Rahim Yunus, DR. H. Ruslan Wahab. MA, pada Hari sabtu bertempat di Wisma Pergerakan IKA-PMII, jalan. Andi Tonro 4 no 22 makassar, Minggu (05/02/2017).
Dalam acara Harla NU ke-91 di IKA-PMII, dan Diskusi ini, dihadiri langsung oleh Ketua MUI Makassar Rais Surya, NU Makassar Dr.KH.Baharuddin, Dekan Fakultas Agama Islam UIM, Dr.KH.M. Ruslan, Ketua IKA-PMII Sulsel, Dr.H. Abd.Kadir Ahmad, Akademisi UIN, UMI, UIM, komunitas Gusdurian Sulselbar, alumni PMII, dan Pengurus IJABI Sulsel.
Adapun beberapa catatan yang di rilis saat acara Harla NU ke-91 dan Diskusi ini yakni,
1). Konflik Sunni dan Syiah, adalah produk sejarah, sarat dengan tarik-menarik kepentingan politik dan kekuasaan.
2). Dalam aspek pemikiran ke agamaan, (teologi, fiqh dan tasawuf), Syiah merupakan salah satu madzhab pemikiran yang diakui dalam Islam. Dalam bidang Fuqh, madzhab Ja’fariyah, yang didirikan oleh Imam Ja’far al-shadiq, diakui sebagai imam madzhab ke lima disamping imam Malik, Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Hambali. Bahkan dalam riwayat disebutkan, bahwa Imam Ja’far adalah guru dari Imam Malik. Imam Syafi’i juga banyak disebutkan dekat dengan faham Ja’fariyah.
Di bidang tasawuf, ajaran tareqat dan tasawuf sunni, silsilahnya selalu melalui jalur Imam Hasan dan Imam Husain, sehingga hampir sulit memisahkan kajian tasawuf Sunni dengan ajaran Syi’ah, sedangkan Di bidang teologi, ada beberapa perbedaan antara Sunni dan Syiah yang sering dijadikan alasan untuk menjadi pembeda, bahkan menjadi alasan untuk menganggap Syi’ah sebagai kelompok sesat dan keluar dari Islam.
3). Dalam al-Milal wa al-Nihal, Syech Restani menyebutkan bahwa Syiah terpecah dalam 21 firqah, dari sekian banyak kelompok tersebut, ada yang pemikirannya dekat pada faham Sunni, tetapi ada juga yang secara fundamental berbeda dengan Sunny, bahkan berbeda dengan kelompok Syiah lainnya. Ada Syiah yang terlalu mengkultuskan Ali bin Abi Thalib, bahkan mereka oleh komunitas Syiah sendiri disebut Syiah Ghulat. Seperti halnya kelompok yang mengaku Sunni, ditemukan warna dan kelompok serta arus pemikiran yang berbeda-beda. Di Indonesia, hampir semua aliran selain Syiah, mengaku Sunni, di Timur Tengah, kelompok Wahabi juga mengaku Sunni, bahkan para pentolan ISIS juga mnngaku sunni.
Artinya, kita tidak bisa menggeneralisir bahwa faham dan ajaran Syi’ah itu satu dan sama untuk semua, sehingga ketika menemukan ajaran Syi’ah yang dianggap bertentangan dengan faham mainstrem keyakinan umat, maka dianggap semua Syiah berfaham demikian dan karena itu dianggap sesat, maka Syiah secara keseluruhan adalah sesat.
4). Jika memperhatikan beberapa tradisi yang diamalkan oleh umat Islam di Nusantara, khususnya pada jama’ah nahdliyyin, ditemukan amalan yang juga diamalkan oleh komunitas Syiah, seperti Maulidan, Barzanji, Manaqib, Asyura, dan yang lainnya. Ini memberi sebuah isyarat, bahwa ada kedekatan faham dan amalan yang diamalkan oleh Islam Sunni ala manhaj al-nahdliyyat, dengan faham dan amalan kelompok Syi’ah.
5). Kelompok Syi’ah yang dikecam oleh mazhab Sunni, adalah kelompok Syi’ah Rafidhiyah, dan kelompok Syi’ah Ghulat lainnya. Dan kelompok ini pulah yang dianggap sesat oleh hadratu al-Syaech Hasyim As’ari.
6). Jika dikaitkan dengan tema diskusi yang berjudul “Haruskah Mewaspadai Syi’ah”, sebagai respon terhadap upaya yang dilakukan oleh ustadz Said Shamad dkk, untuk mendorong Sekprov Sulsel mengeluarkan edaran kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mewaspadai ajaran Syi’ah di daerah masing-masing, karena dianggap menyebarkan ajaran yang berbeda dengan ajaran Islam yang diyakini benar. Meski ada informasi bahwa surat tersebut tidak jadi diedarkan karena kesalahan prosedur, dan tidak memiliki dasar dan alasan yang kuat, namun dalam diskusi yang digelar IKA PMII di wisma IKA PMII, menegaskan bahwa bukanlah Syi’ah yang mesti diwaspadai, tetapi justru perlu waspada kepada mereka yang selalu membangun citra jelek, memberi kesan Islam yang sangar, menggambarkan sikap intoleransi terhadap perbedaan, karena kelompok ini cenderung selalu melakukan tindakan penghasutan, caci maki, fitnah dst dengan alasan “nahy munkar”.
7).Konflik Syi’ah dan Sunni (wahabi) yang terjadi di Timur Tengah, tidak dapat dipisahkan dengan konflik politik, sehingga tidak perlu kita mengimpor konflik tersebut kedalam tatanan kehidupan sosial keagamaan kita.