Kantor Berita Internasional Ahlulbait – ABNA – Keluarga para aktivis pendukung Palestina yang menjalani mogok makan tanpa batas di penjara-penjara Inggris memperingatkan memburuknya kondisi fisik para tahanan secara serius dan menyatakan bahwa mereka “perlahan-lahan sedang sekarat”. Peringatan tersebut disampaikan dalam sebuah konferensi pers di kota London, ibu kota Britania Raya.
Dalam konferensi pers tersebut, keluarga, dokter, dan pengacara para tahanan yang dikenal sebagai “Tahanan untuk Palestina” (Prisoners for Palestine) mendesak David Lammy, Menteri Kehakiman Inggris, agar segera turun tangan sebelum nyawa para tahanan ini melayang. Enam orang tahanan—sebagian di antaranya telah ditahan lebih dari satu tahun tanpa proses pengadilan—memulai mogok makan tanpa batas sejak 2 November.
Para tahanan ini ditangkap atas tuduhan menyerang sebuah pabrik senjata Israel, dalam sebuah aksi simbolik solidaritas terhadap rakyat Palestina. Para pengamat menyebut aksi mogok makan ini sebagai mogok makan terkoordinasi terbesar di penjara Inggris sejak mogok makan terkenal “H-Block” di Irlandia Utara pada tahun 1981.
Qasir Zuhra, Amo Gibb, Heba Morissi, John Sink, Teuta Hoxha, Kamran Ahmed, dan Omar Khaled memulai mogok makan setelah pemerintah Inggris menolak untuk menerima atau bahkan bernegosiasi terkait tuntutan mereka, termasuk akses yang lebih baik untuk kunjungan keluarga dan pembebasan dengan jaminan hingga persidangan digelar. Dokter dan pengacara para tahanan memperingatkan bahwa kondisi mogok makan telah memasuki fase yang sangat berbahaya.
Dr. James Smith, dokter gawat darurat dan profesor di University College London (UCL), menyatakan bahwa dua orang dari para pemogok makan telah memasuki hari ke-47 tanpa asupan makanan. Ia menjelaskan bahwa setelah tiga minggu, tubuh akan kehabisan cadangan lemak dan mulai menggerogoti otot serta organ-organ vital, kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan mendadak pada jantung, ginjal, sistem pernapasan, serta melemahnya sistem kekebalan tubuh. Ia menegaskan: “Secara sederhana, para tahanan ini sedang menuju kematian secara perlahan.”
Dalam bagian lain konferensi pers tersebut, Shahmina Alam, saudari dari tahanan Muslim Kamran Ahmed, mengungkapkan kekhawatiran mendalam dan mengatakan bahwa keluarganya tidak bisa tidur di malam hari karena takut kondisi Kamran memburuk. Ia menyebutkan bahwa saudaranya kehilangan sekitar setengah kilogram berat badan setiap hari dan hanya dalam tiga hari terakhir telah kehilangan tiga kilogram. Ia mempertanyakan kepada otoritas: “Apa yang kalian tunggu? Sampai jantungnya berhenti berdetak?”
Dalam perkembangan lain, Qasir Zuhra, seorang perempuan Muslim berusia 20 tahun dan salah satu peserta mogok makan yang ditahan di penjara HMP Bronzefield di wilayah Surrey, selatan Inggris, akhirnya dilarikan ke rumah sakit setelah aksi protes di depan penjara dan tuntutan penanganan medis segera. Para aktivis menyatakan bahwa pihak penjara sempat menghalangi masuknya ambulans, meskipun Zuhra dalam kondisi tidak mampu berdiri.
Sejumlah anggota parlemen Inggris, termasuk John McDonnell, Jeremy Corbyn, dan Shakat Adam, menyatakan dukungan mereka terhadap para tahanan dan berjanji akan terus menindaklanjuti kasus ini hingga tercapai penyelesaian yang adil.
Your Comment