18 Desember 2025 - 07:32
Peningkatan Migrasi Akademisi Israel Akibat Perang, Korupsi, dan Pemangkasan Anggaran

Peningkatan migrasi akademisi Israel akibat perang, korupsi, dan pemangkasan anggaran Pemotongan anggaran pendidikan tinggi, memburuknya kondisi riset, serta tekanan politik mendorong banyak peneliti dan pemegang gelar doktor bermigrasi ke luar Israel.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait – ABNA –Biro Statistik Israel mengumumkan bahwa pada tahun 2024 Israel memasuki fase migrasi akademisi negatif, di mana  jumlah akademisi yang meninggalkan Israel lebih besar dibandingkan mereka yang kembali.

Data menunjukkan bahwa gelombang emigrasi ini terutama melibatkan akademisi muda dari wilayah-wilayah stabil, khususnya Tel Aviv dan kawasan pusat. Tren ini menandakan meningkatnya kepergian peneliti yang sejatinya berpotensi memperkuat ekonomi dan ekosistem riset Israel, namun memilih bekerja dan menetap di luar negeri.

Pemegang Gelar Doktor dan Lulusan Universitas

Menurut data resmi, saat ini: 25,4% doktor bidang matematika, 21,7% doktor ilmu komputer, 19,4% doktor genetika, 17,3% doktor mikrobiologi, 17% doktor fisika, 14% doktor kimia, dan 14% doktor teknik elektro dan biologi tinggal dan bekerja di luar Israel.

Selain itu, migrasi juga mencakup: 23% lulusan doktor Institut Weizmann, 18,2% lulusan doktor Technion, 15% lulusan doktor sains Universitas Tel Aviv, 10% lulusan Universitas Ariel, dan 7% lulusan Universitas Bar-Ilan.

Secara keseluruhan, 11,9% pemegang gelar doktor dan 8,1% pemegang gelar magister yang lulus antara 1990–2018 telah bermigrasi dan diperkirakan menetap secara permanen di luar Israel. Data juga menunjukkan peningkatan jumlah akademisi Israel yang baru bermigrasi, sementara angka mereka yang kembali setelah lebih dari tiga tahun di luar negeri mengalami penurunan signifikan.

Alasan Peningkatan Migrasi

Selain dampak perang dan perubahan sistem peradilan, pemangkasan anggaran serta memburuknya iklim riset di bawah pemerintahan Benjamin Netanyahu—khususnya di bawah arahan Menteri Pendidikan Yoav Kisch—dinilai sebagai faktor utama lonjakan migrasi akademisi.

Sejak awal masa pemerintahannya, kabinet Netanyahu meningkatkan kontrol terhadap universitas dan lembaga riset, bersamaan dengan pengurangan berulang anggaran pendidikan tinggi. Sementara itu, dana besar justru dialokasikan untuk kepentingan koalisi politik. Kondisi ini mendorong para peneliti Israel mencari peluang di luar negeri yang menawarkan gaji lebih tinggi dan dukungan riset lebih memadai—serta memilih untuk tidak kembali.

Your Comment

You are replying to: .
captcha