17 Desember 2025 - 17:40
Mossad Israel: Kami tidak akan pernah mengizinkan program nuklir Iran diaktifkan kembali

Kepala badan intelijen Israel (Mossad), David Barnea, menegaskan bahwa Israel harus memastikan Iran tidak akan pernah mengaktifkan kembali program nuklirnya. Pernyataan ini disampaikan enam bulan setelah serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran dalam perang 12 hari.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait - ABNA - Kepala badan intelijen Israel (Mossad), David Barnea, menegaskan bahwa Israel harus memastikan Iran tidak akan pernah mengaktifkan kembali program nuklirnya. Pernyataan ini disampaikan enam bulan setelah serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran dalam perang 12 hari.

Menurut laporan jaringan Al-Arabi, Barnea menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah acara penghargaan bagi para personel Mossad di Al-Quds yang diduduki. Ia mengatakan: “Gagasan untuk melanjutkan pengembangan bom nuklir masih gagal di benak mereka. Tanggung jawab kami adalah memastikan bahwa proyek nuklir yang telah mengalami kerusakan serius itu tidak diaktifkan kembali, dan hal ini harus dilakukan melalui kerja sama erat dengan pihak Amerika.”

Keraguan Israel terhadap solusi diplomatik

Kepala Mossad, yang masa jabatannya berlangsung hingga Juni 2026, memuji serangan awal Israel yang bersifat mengejutkan dalam perang tersebut. Ia menyebut serangan itu telah menyingkap tingkat informasi dan data intelijen yang berhasil dikumpulkan agen-agen Israel dari dalam Iran. Ia menambahkan: “Rezim Iran pada satu titik menyadari bahwa negara ini sepenuhnya transparan dan dapat ditembus.”

Barnea juga menyatakan keraguannya terhadap segala bentuk solusi diplomatik dengan Teheran. Ia berkata: “Iran berpikir mereka dapat kembali menipu dunia dan menandatangani kesepakatan nuklir buruk yang baru. Kami tidak membiarkan itu terjadi, dan kami tidak akan membiarkannya terjadi.”

Kekuatan-kekuatan Barat menuduh Iran berupaya memperoleh senjata nuklir dan berusaha mencegahnya, sementara Teheran secara konsisten menolak tuduhan tersebut.

Pada masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump, Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir JCPOA, yang membatasi pengayaan uranium Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi—sebuah kesepakatan yang sejak awal ditentang oleh Israel.

Perundingan antara Teheran dan Washington untuk mencapai kesepakatan baru dimulai pada April dengan mediasi Oman. Namun, pembicaraan tersebut terhenti secara mendadak setelah serangan mengejutkan Israel terhadap Iran pada 23 Khordad 1404, yang memicu perang selama 12 hari. Setelah itu, Amerika Serikat turut terlibat dalam konflik dengan melancarkan serangan terhadap tiga situs nuklir Iran.

Your Comment

You are replying to: .
captcha