15 Desember 2025 - 16:23
Terungkap dimensi baru identitas pelaku kejahatan Sydney

Media Australia pada hari Senin mengungkap dimensi baru terkait identitas ayah dan anak yang menjadi pelaku pembantaian di Pantai Bondi, Sydney. Insiden tersebut menewaskan 16 orang dan dilakukan oleh Sajid Akram (50 tahun) dan putranya Naveed Akram (24 tahun).

Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Media Australia pada hari Senin mengungkap dimensi baru terkait identitas ayah dan anak yang menjadi pelaku pembantaian di Pantai Bondi, Sydney. Insiden tersebut menewaskan 16 orang dan dilakukan oleh Sajid Akram (50 tahun) dan putranya Naveed Akram (24 tahun).

Seorang imam yang sebelumnya mengajar Al-Qur’an dan bahasa Arab kepada Naveed Akram di Lembaga Al-Murad Sydney mengatakan kepada CNN bahwa ia mengenali Naveed dalam video penembakan. Syekh Adam Ismail dalam pernyataannya menegaskan: “Saya tanpa ragu mengutuk tindakan kekerasan ini. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa membunuh satu jiwa yang tidak bersalah sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Apa yang terjadi di Bondi sepenuhnya diharamkan dalam Islam.” Ia menambahkan: “Sayangnya, tidak setiap orang yang membaca Al-Qur’an otomatis berkomitmen pada ajarannya, dan di sini kita menyaksikan kondisi seperti itu.”

Ismail menjelaskan bahwa Naveed Akram bergabung dengan Pusat Al-Murad pada tahun 2019 dan selama satu tahun mengikuti pelajaran Al-Qur’an dan bahasa Arab. Ia juga merilis sebuah video untuk menjelaskan hubungan dirinya dengan Naveed, setelah beredarnya foto mereka pada tahun 2022 di media sosial.

Menteri Dalam Negeri Australia Tony Burke menyatakan bahwa Naveed lahir di Australia, sementara ayahnya, Sajid, bermigrasi ke negara tersebut pada tahun 1998. Sajid tewas di lokasi kejadian akibat tembakan polisi. Pada hari Senin, polisi melakukan penggeledahan di sejumlah properti yang terkait dengan kedua pelaku, termasuk sebuah rumah sewaan di kawasan Campsie, barat daya Sydney, dan menyita dua pucuk senjata serta beberapa tas.

Polisi menyatakan bahwa Naveed Akram, yang kini dirawat di rumah sakit, kemungkinan akan menghadapi dakwaan pidana terkait penembakan tersebut. Ia sebelumnya pernah berada di bawah pengawasan Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) selama enam bulan pada tahun 2019 karena berhubungan dengan individu yang diawasi. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam konferensi pers hari Senin mengatakan: “Penilaian menunjukkan tidak ada ancaman berkelanjutan atau indikasi niat melakukan kekerasan.”

Sajid Akram awalnya memasuki Australia dengan visa pelajar, kemudian sejak tahun 2001 tinggal dengan visa pasangan dan selanjutnya memperoleh izin tinggal permanen. Ia memiliki izin kepemilikan senjata api selama sekitar sepuluh tahun terakhir, dan setelah insiden tersebut polisi menyita enam pucuk senjata miliknya.

Komisaris Polisi New South Wales Mal Lanyon mengatakan: “Sang ayah telah memiliki izin senjata sejak 2015, dan saat ini kami sedang melakukan penelusuran mendalam terhadap latar belakang keduanya.” Ia menambahkan bahwa informasi mengenai mereka masih sangat terbatas. Lanyon menjelaskan bahwa izin Sajid merupakan jenis berburu rekreasional, yang memungkinkan berburu di lahan pribadi atau di klub-klub menembak.

Polisi juga menggeledah properti lain milik kedua pelaku di kawasan Bonnyrigg, barat daya Sydney. Warga setempat mengatakan kepada CNN bahwa suasana tenang di lingkungan mereka mendadak berubah menjadi kacau dan penuh ketakutan, ketika puluhan kendaraan polisi dengan cepat memenuhi area tersebut. Seorang warga lama bernama Renato Padilla mengatakan: “Setelah petugas menggerebek sebuah rumah yang terkait dengan serangan itu, jalan kami tiba-tiba dipenuhi mobil polisi.”

Your Comment

You are replying to: .
captcha