Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Ketua Majelis Agama-agama Irak, Yusuf al-Nashiri, menegaskan bahwa Khutbah Fadakiyah bukan sekadar teks sejarah atau ibadah, melainkan dokumen strategis lintas zaman untuk memahami dinamika peradaban dan relasi kekuasaan di dunia kontemporer.
Dalam forum internasional dosen Universitas Azad Islamiyah, al-Nashiri menjelaskan bahwa khutbah Sayidah Fatimah Zahra sa memuat kerangka analitis hubungan iman, kekuasaan, dan konflik peradaban yang relevan sepanjang masa. Menurutnya, teks ini dapat menjadi rujukan strategis dalam membaca tantangan intelektual dan geopolitik hari ini.
Ia juga menyoroti perubahan peran akademisi: dosen masa kini bukan sekadar penyampai informasi, melainkan pengelola proses berpikir—mengajukan pertanyaan dan mengarahkan analisis mendalam mahasiswa.
Terkait dukungan Amerika Serikat dan Barat terhadap rezim Zionis, al-Nashiri menilai dukungan itu tidak semata politis atau ekonomis, melainkan berakar pada keyakinan teologis dan eskatologis Kristen Zionis. Ia menyebut arus evangelikal di AS dan Eropa memaknai narasi akhir zaman secara khusus, termasuk pandangan bahwa berkumpulnya Yahudi di Palestina merupakan pendahulu kemunculan juru selamat.
Al-Nashiri menegaskan, perang hari ini adalah perang narasi, iman, dan keyakinan. Bahkan, kata dia, musuh kerap membaca isu mesianisme lebih serius dibanding pemahaman dangkal sebagian masyarakat Muslim. Ia menutup dengan menyebut pengalaman Irak, di mana unit-unit tertentu militer AS pernah ditugaskan meneliti keyakinan Syiah tentang Imam Mahdi afs dan relasi para ulama dengannya.
Your Comment