Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Washington kini menggunakan label “diplomasi ekonomi” untuk meneguhkan kembali pengaruh dan dominasinya di Irak. Perkembangan terbaru di Baghdad menunjukkan peningkatan signifikan dalam tingkat keterlibatan Amerika, yang tampak dari banyaknya kunjungan delegasi diplomatik dan keamanan serta kembalinya isu Irak ke prioritas utama Washington.
Menurut Baghdad Al-Youm, dinamika ini menguat setelah pernyataan jelas Mark Sawaya, utusan presiden AS, yang menegaskan bahwa Irak berada di ambang “perubahan besar” dan bahwa fase mendatang “akan disertai tindakan, bukan sekadar ucapan”. Bersamaan dengan masuknya pejabat tinggi AS ke Baghdad dan Erbil, terlihat bahwa Washington sedang menyiapkan fase baru hubungan dengan Irak, yang berfokus pada penataan ulang pengaruh, perlindungan kepentingan ekonomi, serta mengembalikan keputusan ekonomi dan keamanan ke tangan pemerintah Irak.
Dalam wawancara dengan Baghdad Al-Youm, Rahim Rashidi menjelaskan bahwa Irak membutuhkan struktur ekonomi mandiri, bebas dari tekanan negara tetangga dan kelompok bersenjata, serta menekankan bahwa stabilitas hanya dapat dicapai dengan pemusatan senjata di tangan lembaga resmi. Ia menilai pandangan ini selaras dengan penilaian diplomatik-ekonomi Sawaya yang meyakini bahwa ekonomi tidak akan berjalan tanpa lingkungan aman dan keputusan terpusat.
Rashidi mengatakan bahwa misi Sawaya melampaui kunjungan seremonial, dan bertujuan mendukung Irak dan Kurdistan dalam mencapai keuntungan ekonomi luas serta menyeimbangkan hubungan Baghdad–Erbil. Ia menambahkan bahwa Sawaya bekerja dengan dukungan langsung presiden AS dan lingkaran kepresidenan sebagai bagian dari strategi baru Washington.
Berdasarkan informasi dari pertemuannya dengan Sawaya, Rashidi mengungkapkan bahwa pekan ini Baghdad dan Erbil akan menyaksikan “aktivitas diplomatik besar”, termasuk peresmian kedutaan dan konsulat terbesar AS di dunia, dengan kehadiran duta besar AS di Turki dan utusan khusus AS untuk Suriah. Rashidi menilai langkah ini sebagai tanda umpan balik atas upaya Washington meneguhkan kehadirannya melalui jalur ekonomi.
Ia juga menyebut bahwa kunjungan Perdana Menteri Kurdistan Masrour Barzani ke Washington menjadi titik balik yang membuka jalan bagi masuknya berturut-turut delegasi ekonomi AS ke kawasan, sebagai bagian dari strategi memperkuat ekonomi Irak dan infrastruktur vital demi kepentingan bersama.
Rashidi menegaskan bahwa fokus utama Sawaya ke depan berada pada dua jalur: menguatkan ekonomi Irak dan mendekatkan Baghdad dengan Erbil sambil memperkuat institusi negara menghadapi pengaruh senjata ilegal. Ia mengatakan Amerika ingin membentuk kondisi baru di Kurdistan berdasarkan keselarasan kedua pihak demi memperkuat kedaulatan Irak.
Data ini menunjukkan bahwa Amerika sedang menata ulang kehadirannya di Irak, tidak hanya dari sisi keamanan, tetapi juga ekonomi dan tata kelola. Penekanan pada ekonomi mandiri, monopoli senjata oleh negara, dan penguatan lembaga pemerintah kini menjadi inti pesan para pejabat AS. Rashidi menutup dengan menegaskan bahwa pendekatan ini adalah bagian dari strategi baru yang melihat Irak sebagai mitra regional dalam struktur ekonomi aman, bukan sekadar arena perebutan kekuatan.
Your Comment