10 November 2025 - 19:13
Iran vs Barat: Benturan Dua Peradaban dalam Tatanan Dunia yang Tengah Runtuh

Konferensi “Kita dan Barat dalam Pandangan Ayatollah al-Uzhma Khamenei” digelar pada Senin (10/11) di Tehran dengan menghadirkan para cendekiawan, akademisi, serta pejabat tinggi Iran.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait – Konferensi “Kita dan Barat dalam Pandangan Ayatollah al-Uzhma Khamenei” digelar pada Senin (10/11) di Tehran dengan menghadirkan para cendekiawan, akademisi, serta pejabat tinggi Iran. Para pembicara menegaskan bahwa konfrontasi antara Republik Islam Iran dan Barat bukan sekadar perselisihan politik, tetapi benturan peradaban antara dua pandangan dunia yang saling bertolak belakang.

Akar Historis Pertarungan Iran dan Barat

Dalam pidatonya, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Ali Larijani menyebut hubungan Iran–Barat memiliki akar panjang sejak era kuno. Ia menegaskan bahwa Iran, baik pada masa Achaemenia dan Sasanian maupun era Safawi, selalu menjadi kekuatan independen di samping Barat. Larijani menyatakan bahwa dominasi Barat baru terjadi pada abad ke-19 dan 20 melalui kolonialisme Rusia–Inggris dan akhirnya melalui rezim Pahlavi yang sangat bergantung pada Barat.
Menurutnya, Revolusi Islam menjadi titik balik yang menghentikan siklus ketergantungan dan memulihkan kedaulatan nasional Iran.

Kritik Iran terhadap Peradaban Barat

Dr. Mohammad Ishaqi dari Kantor Penelitian Pemikiran Imam Khamenei menegaskan bahwa krisis moral dan sosial di Barat berakar dari jauhnya masyarakat Barat dari nilai-nilai ilahi. Ia menyatakan bahwa pendekatan Ayatollah Khamenei terhadap Barat tidak ekstrem—tidak menolak total, tetapi tidak tunduk—melainkan bersifat rasional, historis, dan Qur’ani.

Iran di Ambang Tatanan Dunia Baru

Sekretaris ilmiah konferensi, Musa Haqqani, menyebut bahwa dunia saat ini berada pada fase “perombakan besar” tatanan internasional, ditandai perang Ukraina, kompetisi AS–Cina, serta kekacauan di Asia Barat. Ia menekankan bahwa Iran, berbekal pengalaman 220 tahun menghadapi kolonialisme Barat, harus mempertahankan kekuatan nasional untuk memasuki tatanan baru dengan posisi terhormat.

Westologi dalam Perspektif Pemimpin Republik Islam

Dr. Habibollah Baba’i menjelaskan bahwa metode Pemimpin Tertinggi Republik Islam dalam memahami Barat didasarkan pada dua fondasi: pengalaman langsung sebagai pemimpin umat, dan analisis Qur’ani terhadap struktur kekuasaan global. Ia menyebut tiga pola dominasi Barat—“menggoda, menakut-nakuti, dan merendahkan”—sebagai inti strategi psikologis Barat terhadap bangsa-bangsa merdeka.

Pengaruh Barat di Iran Masih Ada

Dalam bagian lain konferensi, akademisi Universitas Tehran Dr. Fouad Izady mengatakan bahwa meski Kedutaan AS telah ditutup puluhan tahun lalu, pengaruh intelektual Barat masih terlihat kuat, terutama dalam kurikulum ilmu sosial di universitas Iran. Ia menegaskan bahwa permusuhan AS terhadap Iran bersifat “hakiki dan peradaban”, karena sejak Revolusi Islam, Iran tidak lagi berada dalam kategori negara-negara yang tunduk pada Washington.

Kesimpulan Konferensi

Para pemikir sepakat bahwa bentrokan Iran dan Barat merupakan pertarungan dua proyek peradaban—hegemoni Barat melawan independensi Iran—dan bahwa dalam tatanan dunia yang tengah berubah, Republik Islam berupaya mengokohkan perannya sebagai kekuatan utama yang merdeka secara politik, budaya, dan spiritual.


Your Comment

You are replying to: .
captcha