4 November 2025 - 20:03
Source: ABNA
Ghalibaf: Tujuan Rezim Hegemoni adalah Pemerasan dan Hegemoni / Barat terus Andalkan Kebijakan Ultimatum

Ketua parlemen Republik Islam Iran di acara peringatan Hari Nasional Melawan Arogansi Global, seraya menekankan bahwa esensi sistem hegemoni tidak berubah, mengatakan: Presiden Amerika dengan pemikiran kunonya berusaha melakukan transaksi independensi bangsa Iran dengan imbalan janji-jani politik dan tekanan ekonomi.

Bersamaan dengan tibanya 13 Aban, Hari Nasional Melawan Arogansi Global, Mohammad Bagher Ghalibaf, ketua parlemen Iran dalam pidatonya berbicara mengenai berlanjutnya pemikiran hegemoni Amerika dan sekutu baratnya, dan menegaskan bahwa bangsa Iran kembali melawan tekanan, sanksi dan ancaman.

Sementara terkait pekembangan internasional, pandangan negara-negara independen mulai secara serius meragukan perilaku kekuatan Barat; mulai dari sikap Rusia terkait JCPOA hingga kritik Uni Eropa terkait pelanggaran prinsip kemanusiaan di Palestina, serta peringatan Finlandia soal kembalinya era baru nuklir, temasuk hal-hal yang menjadi tantangan sistem hegemoni.

13 Aban: Simbol Kemerdekaan dan Keteguhan Bangsa Iran

Mohammad Bagher Ghalibaf, Ketua Parlemen Republik Islam Iran, menegaskan pentingnya makna sejarah 13 Aban, Hari Nasional Perlawanan terhadap Arogansi Global, dan menyatakan:

“Hari ini adalah suara kemerdekaan bangsa Iran; sejak awal gerakan Islam, bangsa Iran telah menunjukkan bahwa mereka tidak akan tunduk pada kekuasaan asing.”

Ghalibaf menambahkan bahwa metode penetrasi Barat telah berubah, dan mengatakan bahwa senjata utama kekuatan arogan saat ini adalah media dan penyebaran keputusasaan.

Menurutnya, “Mereka berupaya meyakinkan generasi muda Iran untuk bergantung kepada Barat melalui propaganda dan kebohongan, tetapi kemajuan Iran di bidang teknologi, kedokteran, dan industri pertahanan telah membuktikan bahwa kemerdekaan sejati dapat dicapai.”

Reaksi Rusia terhadap Pemerasan Barat dalam Perjanjian Nuklir (JCPOA)

Mikhail Ulyanov, Duta Besar dan Perwakilan Tetap Rusia untuk organisasi-organisasi internasional yang berbasis di Wina, dalam wawancara dengan kantor berita Novosti, menyatakan bahwa:

“Pendekatan negara-negara Barat terhadap Iran masih didasarkan pada pemerasan dan ultimatum — metode yang tidak akan berhasil terhadap Iran.”

Ulyanov menegaskan bahwa hanya dialog yang saling menghormati dan berdasarkan komitmen internasional yang dapat membuka jalan menuju penyelesaian perbedaan. Ia menambahkan bahwa dengan berakhirnya masa berlaku Resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB, situasi baru telah terbentuk dalam berkas nuklir Iran, dan setiap bentuk tekanan atau ancaman hanya akan mengganggu jalur dialog yang konstruktif.

Krisis Kemanusiaan di Palestina dan Diamnya Barat

Hadja Lahbib, Komisaris Kesiapsiagaan dan Manajemen Krisis Uni Eropa, mengkritik rezim Zionis karena menghalangi akses Palang Merah Internasional kepada para tahanan Palestina, dan menyebut tindakan tersebut sebagai “pelanggaran nyata terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan.”

Lahbib menegaskan bahwa Uni Eropa mendukung lembaga-lembaga kemanusiaan independen, dan menilai bahwa pembatasan akses terhadap para tahanan Palestina tidak sejalan dengan standar hak asasi manusia.

Sementara itu, Komite Keamanan Dalam Negeri Parlemen Israel (Knesset) telah menyetujui rancangan undang-undang yang memungkinkan eksekusi terhadap tahanan Palestina, sebuah langkah yang memicu kecaman keras dari Gerakan Hamas dan kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia.

Perubahan Keseimbangan Kekuatan dan Kembalinya Era Nuklir Baru

Alexander Stubb, Presiden Finlandia, memperingatkan bahwa dunia kini telah memasuki “era nuklir baru.” Ia menyatakan bahwa stabilitas strategis antara kekuatan besar tengah berubah, dan bahwa peran senjata nuklir sebagai alat pencegah kini meningkat.

Menyoroti perang di Ukraina, Stubb menambahkan bahwa “Ukraina berjuang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk seluruh Eropa.”

Pesan Bersama dari Timur ke Barat: Dialog Menggantikan Dominasi

Sebagai kesimpulan dari berbagai perkembangan internasional terbaru, muncul pesan bersama dari Tehran hingga Moskow, bahkan hingga Brussel, yang menekankan perlunya meninjau kembali pendekatan dominasi dalam hubungan global.

Ketua Parlemen Republik Islam Iran menegaskan:

“Jalan bangsa Iran adalah jalan akal dan iman — sebuah jalan yang dimulai dengan kemerdekaan dan berlanjut menuju keadilan.”

Menurut para pengamat internasional, kesamaan sikap antara Iran, Rusia, dan sejumlah negara lain terhadap kebijakan tekanan dan pemerasan Barat mencerminkan pergeseran bertahap dalam keseimbangan politik global. Perubahan ini dapat menjadi awal dari redefinisi makna sejati kemandirian dan dialog dalam tatanan internasional masa depan. (MF)

Your Comment

You are replying to: .
captcha