Sementara Republik Islam Iran, melalui partisipasi aktifnya dalam Pameran Maritim Internasional Karachi yang kedua, menampilkan kemampuan domestiknya di bidang industri pertahanan dan kelautan, negara-negara Asia Tengah pada saat yang sama tengah menghadapi tantangan-tantangan baru, termasuk sanksi keuangan, ancaman iklim, dan radikalisme digital.
Dalam paket berita Pars Today ini, disajikan rangkaian perkembangan yang membentuk ulang wajah geopolitik kawasan, menempatkannya di ambang tahap baru kerja sama dan kompetisi regional.
Iran di Pameran Maritim Karachi: Kehadiran Strategis di Bidang Pertahanan Regional
Pameran dan Konferensi Maritim Internasional Pakistan ke-2 resmi dibuka di pelabuhan Karachi dengan partisipasi delegasi dari 44 negara. Untuk pertama kalinya, Republik Islam Iran turut serta melalui paviliun khusus Kementerian Pertahanan dan Dukungan Angkatan Bersenjata, menandai kehadiran pentingnya dalam ajang tersebut.
Delegasi Iran yang dipimpin oleh Kapten Dariush Eskandari dan didampingi oleh Akbar Issazadeh, Konsul Jenderal Iran di Karachi, menampilkan berbagai capaian terbaru industri maritim Iran serta mengadakan pertemuan bilateral dengan pejabat militer dari negara-negara peserta.
Laksamana Naveed Ashraf, Panglima Angkatan Laut Pakistan, saat mengunjungi paviliun Iran, menekankan pentingnya kerja sama antara Tehran dan Islamabad dalam menjaga keamanan maritim dan menghadapi ancaman bersama.
Dalam dua tahun terakhir, Iran telah memperkuat perannya sebagai aktor aktif dalam keamanan maritim kawasan, antara lain melalui partisipasi dalam Pameran Persenjataan Islamabad dan latihan multinasional AMAN-25, yang semakin menegaskan posisinya sebagai kekuatan regional yang berpengaruh di bidang pertahanan laut.
UNESCO di Samarkand: Dari Pendidikan Kecerdasan Buatan hingga Warisan Digital
Shavkat Mirziyoyev, Presiden Uzbekistan, dalam Konferensi Umum UNESCO ke-43 yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Asia Tengah, tepatnya di kota Samarkand, memaparkan sejumlah inisiatif dan usulan baru untuk masa depan pendidikan, kebudayaan, dan lingkungan global.
Mirziyoyev mengajukan gagasan seperti pendirian “Sekolah Kecerdasan Buatan”, pembentukan “Forum Etika AI”, serta pendirian “Institut Internasional Warisan Digital.” Ia juga mengusulkan agar tanggal 19 November ditetapkan sebagai “Hari Warisan Dokumenter Dunia.”
Selain itu, Mirziyoyev memperingatkan tentang perubahan iklim dan mengusulkan agar UNESCO meluncurkan inisiatif “Ibu Kota Ekologi Dunia” guna melindungi warisan budaya di tengah kondisi iklim baru. Ia juga menyerukan agar penanggulangan disinformasi di ruang digital dan penguatan budaya toleransi antarbangsa menjadi agenda global UNESCO.
Konferensi yang berlangsung selama tiga hari itu dihadiri lebih dari 2.800 delegasi dari 190 negara di seluruh dunia.
Tajikistan Menanggapi Sanksi Baru Uni Eropa
Kementerian Luar Negeri Tajikistan menanggapi keputusan terbaru Uni Eropa yang menambahkan tiga bank negara tersebut ke dalam daftar sanksi, dan menyebut langkah itu sebagai “mengkhawatirkan.”
Dalam paket sanksi ke-19 Uni Eropa terhadap Rusia, tiga bank Tajikistan — Dushanbe City Bank, Spitamen Bank, dan Commerzbank Tajikistan — dituduh “menghindari sanksi” dan akan dilarang melakukan transaksi keuangan dengan lembaga-lembaga Eropa mulai 12 November.
Pemerintah Tajikistan menyatakan tengah mengkaji dampak keputusan tersebut dan menyusun langkah-langkah untuk mencegah gangguan pada sistem keuangan nasional.
Bank Sentral Tajikistan menegaskan bahwa stabilitas sistem perbankan tetap terjaga, seraya menyatakan bahwa “operasional perbankan berlangsung normal, hanya saja pemeriksaan tambahan akan diterapkan pada transaksi berbasis euro.”
Sementara itu, Commerzbank Tajikistan, dalam pernyataan resminya, menyebut keputusan Uni Eropa itu “tidak berdasar” dan mengumumkan akan mengambil langkah hukum di lembaga internasional terkait.
Eskalasi Tantangan Keamanan dan Iklim di Asia Tengah
Para pakar regional memperingatkan bahwa Asia Tengah kini kini menghadapi kombinasi krisis keamanan, iklim, dan teknologi.
Menurut Kazem Bek-Muhammad, analis asal Tajikistan, dalam wawancaranya dengan kantor berita Asia-Plus, “setelah kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan, risiko infiltrasi kelompok teroris seperti ISIS dan Al-Qaeda ke Asia Tengah meningkat tajam.”
Ia menambahkan bahwa puluhan bentrokan perbatasan telah terjadi antara pasukan penjaga perbatasan Tajikistan dan kelompok bersenjata Afghanistan selama tiga tahun terakhir, yang menyebabkan stabilitas perbatasan menjadi rapuh.
Selain faktor keamanan, krisis kekeringan dan perubahan iklim juga muncul sebagai ancaman serius terhadap ketahanan pangan dan energi kawasan.
Timur Idrisov, jurnalis lingkungan asal Tajikistan, memperingatkan bahwa pencairan cepat gletser, penurunan curah hujan, dan ketergantungan besar pada pembangkit listrik tenaga air telah menempatkan masa depan sumber daya air regional dalam bahaya.
Menurut penelitian Institut Potsdam, hingga tahun 2050 sekitar sepertiga gletser Tajikistan akan hilang, yang secara langsung mengancam keamanan air Asia Tengah.
Ekstremisme Digital: Ancaman Baru di Dunia Maya
Selain ancaman fisik dan iklim, para pakar juga menyoroti munculnya “ekstremisme siber” sebagai fenomena baru yang berbahaya.
Asomudin Atoev, pakar teknologi asal Tajikistan, memperingatkan bahwa kelompok ekstremis memanfaatkan rendahnya literasi digital dan ketiadaan media independen untuk rekrutmen dan pendanaan.
Ia menekankan perlunya kerja sama antara pemerintah, media, dan masyarakat sipil guna menghadapi ancaman ini melalui pendidikan digital, peningkatan keamanan siber, dan penguatan ketahanan digital masyarakat.
Your Comment