Di Iran, tanggal 13 Aban adalah kisah tentang tiga generasi perjuangan: generasi yang menyaksikan pengasingan Imam Khomeini (ra), pendiri Republik Islam Iran; generasi yang melihat darah para pelajar tumpah di jalan-jalan Teheran; dan generasi yang, melalui penaklukan sarang mata-mata (kedutaan besar Amerika Serikat di Teheran), meneriakkan seruan kemerdekaan yang menggema ke seluruh dunia.
Menurut laporan Pars Today, peristiwa pertama tanggal 13 Aban terjadi pada tahun 1343 Hs (1964 M), ketika rezim Pahlavi, setelah Imam Khomeini (ra) menentang pengesahan “kapitulasi” yang memberikan kekebalan hukum bagi para penasihat Amerika, mengasingkan beliau ke Turki.
Pengasingan tersebut menjadi titik awal perlawanan serius antara ulama dan rakyat terhadap pengaruh politik Amerika di Iran, dan tercatat dalam memori sejarah bangsa sebagai gerakan terbuka pertama melawan dominasi asing.
Empat belas tahun kemudian, pada 13 Aban 1357 Hs (1978 M), ketika rezim Pahlavi berada di ambang kejatuhan, ribuan pelajar Teheran berkumpul di depan Universitas Teheran untuk memprotes tirani dan mendukung gerakan Imam Khomeini (ra). Aparat rezim Pahlavi menembaki para pelajar, menyebabkan sejumlah dari mereka gugur sebagai syuhada. Sejak hari itu, darah para remaja Iran menjadi salah satu simbol kemenangan Revolusi Islam.
Namun peristiwa ketiga pada tahun 1358 Hs (1979 M) memiliki dimensi internasional. Para mahasiswa pengikut garis Imam Khomeini menyerbu Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran—tindakan yang oleh Imam Khomeini (ra) disebut sebagai “Revolusi Kedua.”
Mereka mengungkapkan dokumen-dokumen yang menunjukkan campur tangan dan kegiatan mata-mata Amerika dalam urusan dalam negeri Iran. Tindakan ini membuka babak baru dalam hubungan antara Iran dan Barat, serta menjadikan tanggal 13 Aban sebagai “Hari Nasional Perlawanan terhadap Arogansi Global” dalam kalender resmi Iran.
Sejak saat itu, 13 Aban tidak hanya menjadi pengingat satu hari bersejarah, tetapi juga simbol keberlanjutan semangat kemerdekaan bangsa Iran—hari di mana generasi-generasi setelah Revolusi memaknainya sebagai kesempatan untuk meneguhkan identitas, keteguhan, dan penjagaan terhadap martabat nasional.(PH)
Your Comment