Menurutnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, seperti “kena siraman air dingin” saat berada di Washington. Ia menyindir bahwa yang disuguhkan kepadanya justru pembicaraan antara AS dan Iran, bukan dukungan seperti yang ia harapkan.
Caspit menilai bahwa dari berbagai tanda, pembicaraan tersebut tidak akan menghasilkan kesepakatan seperti “model Libya” yang selama ini diinginkan Netanyahu. Sebaliknya, katanya, “pihak Amerika tampaknya justru berniat melangkah lebih jauh untuk berdialog dengan Iran”.
Soal Gaza: Netanyahu Dinilai Gagal Total
Terkait situasi di Gaza, Caspit menyebut Netanyahu telah menjerumuskan Israel ke dalam perangkap. Ia menuduh Netanyahu berjudi dengan keputusan politik yang berisiko, namun pertaruhannya gagal dan menyebabkan ribuan nyawa melayang.
Trump Tolak Serangan Israel ke Iran
Dalam laporan lain, surat kabar Amerika New York Times mengungkap bahwa Presiden AS Donald Trump telah membatalkan rencana serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran yang sedianya akan dilakukan pada bulan Mei mendatang.
Disebutkan juga bahwa kunjungan terakhir Netanyahu ke AS bertujuan untuk membujuk Trump agar mau menyetujui serangan itu. Pasalnya, rencana Israel tersebut memerlukan dukungan militer langsung dari Amerika. Namun, usaha Netanyahu untuk meyakinkan Trump ternyata gagal.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, membantah laporan itu dalam wawancaranya dengan surat kabar Inggris The Telegraph. Ia mengatakan tidak ada rencana Israel untuk menyerang Iran awal bulan depan, dan juga membantah bahwa Trump menggagalkan rencana tersebut.
Kritik dari Dalam Negeri
Beberapa hari sebelumnya, Benny Gantz, pemimpin partai oposisi Kubu Nasional, juga melontarkan kritik keras terhadap Netanyahu terkait serangan di Gaza. Menurutnya, apa yang terjadi di Gaza memang sukses dari sisi militer, tapi justru sangat gagal dari sisi politik.
Media Israel pun turut melaporkan meningkatnya ketegangan dan perpecahan di dalam negeri, terutama di kalangan elite politik dan militer.
AS dan Iran Gelar Dua Putaran Pembicaraan
Sementara itu, Iran dan Amerika Serikat diketahui telah mengadakan dua putaran pembicaraan tidak langsung—yang pertama di Oman dan yang kedua di Roma. Pembicaraan ini digambarkan sebagai dialog yang “positif dan membangun”. (HRY)
342/
Your Comment