Kamal Habib, Sabtu (19/4/2025) seperti dikutip surat kabar Rai Al Youm, menuntut tindakan serius dari masyarakat internasional terhadap sikap permusuhan Israel dan AS.
Ia menulis, “Di saat Duta Besar AS untuk Israel, berada di depan Tembok Ratapan, di barat Masjid Al Aqsa, bersamaan dengan itu ribuan pemukim Zionis setiap hari mendatangi Masjid Al Aqsa, serangan AS ke Yaman juga meningkat, dan kebisuan mencurigakan Dunia Arab dan Islam, menyelimutinya, memunculkan pertanyaan apakah Masjid Al Aqsa tetap merupakan garis merah bangsa-bangsa Muslim atau sudah dilupakan? Apakah ribuan pemukim Zionis tidak menyerbu masjid ini, dan tidak menggelar ritual Talmud, secara tidak normal di sana?”
Habib menambahkan, “Umat yang lari dari perang sementara keamanan dan perbatasan mereka dihancurkan, dan mengira dengan melarikan diri dari perang bisa menyelamatkan nyawanya, dan menciptakan keamanan, esok hari mereka akan diperangi seperti kematian yang di hari itu ia lari darinya, tapi tidak ada tempat untuk lari dari kematian.”
“Mereka tidak bisa lari dari kenyataan, dan hari ini lebih baik berhadapan dengannya daripada lari. Perdamaian secara mandiri tidak akan bisa membawa hasil, pasalnya ia membutuhkan perlindungan. Kekuatan dan kesiapan perang, dan terjun ke dalamnya ketika keamanan, kemuliaan dan eksistensi Anda, membutuhkannya, adalah jalan kepada perdamaian dan keamanan bagi rakyat dan negara Anda,” paparnya.
Dalam beberapa hari terakhir, Masjid Al Aqsa, menyaksikan penyerbuan para pemukim Zionis, dan beberapa pejabat Rezim Zionis. Seiring dengan eskalasi pembatasan terhadap warga Palestina, di Al Quds dan Tepi Barat, serangan Rezim Zionis, ke Jalur Gaza juga terus berlanjut. (HS)
342/
Your Comment