9 April 2025 - 21:05
Source: IQNA
Kemunafikan Barat Mendukung Pembakaran Alquran dengan Dalih Membela Kebebasan Berpendapat

Penistaan terhadap Alquran di sejumlah negara Barat telah terulang berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir, dengan dalih kebebasan berbicara dan hak untuk menyatakan pendapat, sementara kritik terhadap kejahatan rezim Zionis atau dukungan terhadap rakyat Palestina dihadapi dengan tindakan keamanan yang paling keras oleh negara-negara tersebut.

 standar ganda negara-negara Barat mengenai masalah hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi selalu dipertanyakan. Salah satu wujud nyata kemunafikan ini adalah kebebasan untuk menistakan tempat-tempat suci umat Islam dan melawan kritik sekecil apa pun terhadap rezim Zionis dengan dalih melarang anti-Semitisme.

Al Jazeera Mubasher menulis dalam sebuah artikel oleh Najla Mahfouz tentang hal ini: “Dalam beberapa tahun terakhir, penistaan Alquran telah diulang berkali-kali di tengah dukungan, pembenaran, dan pujian dari politisi Barat yang selalu meneriakkan slogan kebebasan berkeyakinan. Para politisi ini adalah orang-orang yang teriakannya memekakkan telinga dunia ketika dihadapkan dengan fenomena yang mereka gambarkan sebagai anti-Semitisme.

Patut dicatat bahwa beberapa orang dengan sengaja memilih acara keagamaan Muslim untuk menistakan Alquran. Momen-momen seperti Ramadhan, hari besar umat Islam, dan haji; Seperti orang yang membakar Alquran di depan sebuah masjid di Swedia pada hari Idul Adha tahun 2023, atau Geert Wilders, politikus sayap kanan Belanda yang mengunggah video di Twitter selama bulan Ramadhan dengan judul: “Tidak untuk Islam, tidak untuk Ramadhan, tidak untuk kebebasan bagi agama Islam.”

Kebisingan di media Barat meningkat setelah setiap kejadian pembakaran Alquran dan penghinaan terhadap Nabi (saw). Akan tetapi, alih-alih mengutuk para pelaku penistaan tempat-tempat suci umat Islam, mereka malah menyerang umat Islam yang marah atas serangan itu dan melabeli mereka sebagai musuh kebebasan!

Kami bertanya: Mengapa semua ini "menyalahkan" agama Islam?

Eropa, Menganggap Diri Mulia dari Dunia

Penghinaan yang disengaja terhadap keyakinan-keyakinan Muslim tidak terbatas pada pembakaran kitab suci mereka secara berulang-ulang. Pada tahun 2012, kita menyaksikan produksi film yang menghina Nabi berjudul Innocence of Muslims. Di sisi lain, majalah Prancis Charlie Hebdo berulang kali menerbitkan kartun yang menghina Islam dan Nabi (saw) dan mengabaikan protes yang meluas oleh umat Islam di seluruh dunia. Presiden Prancis juga menahan diri untuk tidak mengutuk tindakan ini dan membela apa yang disebutnya kebebasan berpendapat.

چرا غرب از قرآن‌سوزی حمایت می‌کند؟

Meskipun umat Islam sepakat tentang larangan menghina Alquran, Barat dan Amerika mencegah Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk mengutuk tindakan ini.

Beberapa orang percaya bahwa mendorong pembakaran Alquran memiliki tujuan politik, yaitu untuk memisahkan umat Islam dari agama lain; pemerintah Swedia tidak mengizinkan pembakaran Taurat, tetapi berulang kali mengizinkan banyak orang membakar Alquran dan melindunginya.

Martin Schulter, seorang profesor hukum perdata di Universitas Stockholm di Swedia, menulis bahwa menyebut umat Islam sebagai penjahat adalah kejahatan, sedangkan membakar Alquran menurut hukum bukanlah serangan terhadap umat Islam, tetapi serangan terhadap agama Islam.

Undang-undang tidak mengkriminalisasi pembakaran Alquran karena tujuannya bukan untuk menyerang kelompok tertentu! Ini merupakan keuntungan, bukan kerugian, bagi hukum Swedia!

Di sisi lain, Rasmus Paludan, seorang politikus ekstremis Denmark, telah membakar Alquran beberapa kali sejak 2017. Para pengamat yakin bahwa ia bertujuan untuk mendapatkan popularitas yang akan membantunya memenangkan pemilu, sambil menyalahgunakan hak kebebasan berbicara untuk menyebarkan kebencian demi keuntungan politik. Masalah utamanya bukanlah kelompok sayap kanan yang menyebarkan kebencian, tetapi semakin banyaknya orang di Eropa dan Amerika yang memilih gerakan politik ini.

Sudah pasti, makin maju, beradab, dan manusiawi seseorang, makin ia menghargai keyakinan orang lain, tidak melanggar hal-hal dan simbol-simbol sakralnya, dan tidak dengan cara apa pun, baik tersirat maupun tersurat, meremehkan keyakinan orang lain. (HRY)

342/

Your Comment

You are replying to: .
captcha