Kantor Berita Internasional Ahlulbait – ABNA – Hari 5 April setiap tahun diperingati sebagai "Hari Anak Palestina". Tahun ini, peringatan ini diadakan dalam kondisi di mana anak-anak Gaza mengalami situasi paling berat, dibombardir dan menjadi sasaran genosida.
Berdasarkan laporan Pusat Statistik Palestina, serangan brutal rezim Zionis hingga saat ini telah menyebabkan gugurnya lebih dari 50.021 warga Palestina, di antaranya 17.954 adalah anak-anak. Dari jumlah tersebut, 274 adalah bayi, dan 876 adalah bayi di bawah satu tahun. Selain itu, 17 anak wafat karena kedinginan di tenda-tenda pengungsi, dan 52 anak meninggal akibat kekurangan gizi.
Lembaga ini juga menyatakan bahwa persentase anak-anak dan perempuan yang menjadi korban serangan Israel melebihi 60% dari total korban jiwa. Sekitar 39.000 anak di Gaza telah kehilangan satu atau kedua orang tua mereka setelah 534 hari perang di wilayah tersebut.
Statistik ini diumumkan meskipun banyak jenazah warga Palestina masih tertimbun di bawah reruntuhan, dan jumlah syuhada, baik anak-anak, perempuan maupun laki-laki, diperkirakan akan terus meningkat.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pernyataan terbaru beliau, sambil merujuk pada pembantaian anak-anak Palestina oleh rezim Zionis, mengatakan:
“Kami tidak pernah ingat dalam sejarah yang kami saksikan atau baca, bahwa dalam waktu kurang dari dua tahun, sekitar dua puluh ribu anak terbunuh dalam sebuah konflik militer.”
Sejarah Pembunuhan Anak oleh Zionisme: Dari Anak-Anak Yahudi Yaman hingga Bayi di Gaza
Akar Ideologi Pembunuhan Anak oleh Rezim Zionis
Pembunuhan anak-anak oleh rezim Zionis yang dikenal sebagai “pembunuh anak-anak” berakar pada ajaran menyimpang dan setaniah dari penyimpangan terhadap agama Yahudi. Kaum Yahudi Zionis percaya bahwa mereka adalah makhluk pilihan Tuhan dan Tuhan menciptakan seluruh dunia untuk mereka. Menurut kepercayaan mereka, sebagaimana langit dan bumi, siang dan malam, hewan dan tumbuhan diciptakan untuk manusia, ada pula makhluk yang sangat mirip manusia tetapi bukan manusia. Dalam keyakinan batil Zionis, hanya orang Yahudi yang dianggap manusia. Oleh karena itu, mereka membunuh anak-anak Palestina semudah menyembelih hewan, karena anak-anak ini bukan Yahudi – mereka Muslim – dan menurut keyakinan itu dianggap seperti binatang, seperti kambing.
Dalam buku terbaru yang diterbitkan oleh para rabi Yahudi di wilayah pendudukan, dinyatakan bahwa membunuh siapa pun yang dianggap sebagai ancaman terhadap eksistensi rezim Zionis (Israel) adalah diperbolehkan dan bahkan dianggap perlu.
Dalam buku berbahasa Ibrani berjudul "Torat HaMelekh" (Ajaran Raja) karya Rabbi Yitzhak Shapira dan Rabbi Yosef Elitzur, yang terdiri dari 230 halaman, pembunuhan terhadap siapa pun, bahkan bayi, karena dianggap bisa menjadi ancaman di masa depan terhadap keamanan Israel, tidak hanya tidak tercela, melainkan diperbolehkan, diwajibkan, dan dihalalkan.
Penulis di bab terakhir buku tersebut yang berjudul "Menargetkan Orang Tak Berdosa", menyebutkan bahwa membunuh warga sipil non-Yahudi merupakan tugas tentara Yahudi, dan menulis:
“Israel, berdasarkan haknya, harus menargetkan dan membunuh semua warga Palestina tanpa memandang jenis kelamin atau usia, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua.”
Pembunuhan Anak oleh Zionis Bukan Hanya di Palestina
Sejarah pembunuhan anak oleh kaum Zionis menyimpang bukan hanya terhadap anak-anak Palestina, melainkan juga terhadap anak-anak Yahudi dari Yaman, Balkan, dan Afrika Utara. Berdasarkan penelitian sejarah, sejak awal berdirinya rezim terkutuk ini, ribuan anak Yahudi dari kelompok tersebut (yang dalam klasifikasi rasialis elit Zionis dianggap sebagai Yahudi kelas rendah) menghilang dan dibunuh secara keji.
Pembantaian Anak-Anak Yahudi Yaman oleh Zionis
Salah satu kejahatan lama rezim Zionis adalah terhadap anak-anak Yahudi Yaman pada dekade 1950-an. Kasus lama “anak-anak Yaman” di Israel membuktikan bahwa kekuatan iblis yang telah mencengkeram agama Abrahamik tertua dan menyandera syariat Musa, dalam pelayanannya terhadap iblis, bahkan tidak menunjukkan belas kasihan kepada sesama seagama. Dalam sistem kasta yang diciptakan dalam masyarakat Yahudi, kadang mereka memperlakukan sesama Yahudi seperti goyim (istilah Talmud untuk hewan ternak).
Surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth dalam laporan investigasinya menyebutkan bahwa sekitar 1.050 anak Yahudi Yaman kehilangan nyawa mereka. Komite pencari kebenaran yang dibentuk dalam kasus ini mengalokasikan 162 juta shekel sebagai kompensasi kepada keluarga korban, dan masing-masing anak yang nasibnya belum diketahui diberikan kompensasi sebesar 200 ribu shekel.
Genosida Anak-anak di Lebanon dan Gaza
Pembantaian anak-anak di Qana (Lebanon), pembunuhan anak-anak dalam perang 33 hari (Lebanon) dan 22 hari (Gaza), hanyalah sebagian dari kejahatan rezim Zionis. Meski semua itu dilakukan atas dasar keyakinan palsu, sistem kapitalisme Barat dan banyak pemimpin negara-negara Arab dan Barat tetap mendukung kejahatan ini secara rutin tiap tahun dengan dolar minyak dan senjata berat.
Keberlangsungan Rezim Zionis Bergantung pada Darah Bayi?
Pembunuhan anak-anak Palestina dilakukan berdasarkan kepercayaan kosong kaum Zionis untuk menghapus keturunan Palestina. Namun, meskipun telah berlangsung selama delapan dekade, mereka gagal memusnahkan generasi Palestina, baik di Gaza maupun Tepi Barat.
Kementerian Kesehatan Gaza tahun lalu melaporkan bahwa dalam kurun waktu 10 bulan, sekitar 55.000 bayi lahir di Gaza, yang berarti setiap 10 menit satu kelahiran. Meskipun mungkin banyak dari mereka kini telah menjadi syuhada, ibu-ibu Palestina dengan keimanan kuat tidak akan membiarkan kekosongan ini berlangsung lama.
Sebagaimana dahulu Firaun berusaha membunuh Nabi Musa (as) dan menanamkan budaya pembunuhan bayi di kalangan Bani Israel, namun Allah justru membesarkan Musa di rumah Firaun sendiri dan menjatuhkan kekuasaannya, begitu pula hari ini para ibu Palestina melahirkan anak-anak baru demi mempertahankan Palestina, hingga penguasa lalim masa kini bernasib seperti Firaun.
Anak-anak Palestina Tetap Hidup dan Sadar Meski Terluka
Ketika kita memantau media sosial, kita melihat anak-anak Palestina yang sudah dewasa secara mental dalam situasi perang, menyampaikan pidato dan berbicara tentang keteguhan dan perlawanan. Meskipun terluka parah, mereka tetap menjaga ingatan dan identitas mereka. Mereka menolak kata-kata Ben Gurion si penjahat yang mengatakan:
"Orang tua akan mati dan anak-anak akan melupakan."
Anak-anak Palestina akan tetap hidup dalam ingatan dan kesadaran, dan kehendak mereka tidak akan pernah dikalahkan.
Your Comment