Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Ayatullah Reza Ramazani pada malam Selasa, (2/12) dalam acara berkabung di hari-hari Fatimiyah yang diadakan di Masjid Haj Samadkhan Rasht, menyatakan bahwa keadilan adalah harapan dan cita-cita semua nabi Ilahi, dan mengatakan, "Sistem yang berorientasi pada keadilan harus ditegakkan dan masyarakat harus merasakan keadilan dalam semua aspek."
Perwakilan rakyat Gilan di Majelis Khobregan Rahbari menambahkan bahwa spiritualitas yang ditekankan dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis kita adalah spiritualitas religius, dan menekankan: Spiritualitas bukanlah ciptaan manusia dan puncak spiritualitas haruslah Tuhan, selain itu hanyalah fatamorgana.
Ia menekankan, "Kehilangan manusia adalah mencapai keamanan dan tempat tinggal yang aman, dan selama tidak mencapai keamanan, ia tidak akan menemukan ketenangan."
Terdapat sekitar 300 ayat Al-Qur'an tentang perempuan dan isu-isu yang berkaitan dengan perempuan
Ayatullah Ramazani melanjutkan dengan merujuk pada tema perempuan dalam Al-Qur'an dan mengatakan: "Terdapat sekitar 300 ayat mengenai perempuan dan isu-isu yang berkaitan dengan perempuan dalam Al-Qur'an. Kami memiliki satu surah yang bernama perempuan dan juga surah-surah yang dinamai perempuan terkemuka dalam sejarah seperti surah Maryam."
Ia menyatakan bahwa sayangnya, pandangan ekstrem terhadap perempuan telah ada sepanjang sejarah, dan mengatakan, "Sayangnya, dalam berbagai periode sejarah, perempuan telah diperlakukan dengan tidak adil, sementara Allah Swt telah menetapkan pahala yang sama untuk perempuan dan laki-laki dan tidak membedakan antara keduanya."
Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait a.s. menegaskan, "Pandangan Islam terhadap perempuan serta perilaku Nabi Muhammad saw. terhadap perempuan memperkenalkan sastra baru yang muncul dari sistem penciptaan manusia."
Perempuan dari perspektif Al-Qur'an dapat menjadi penggerak, aktif, dan pembawa perubahan.
Ia menyebutkan pandangan ekstrem di beberapa peradaban seperti Cina, India, dan masa jahiliyah Arab terhadap wanita dan berkata: misalnya, wanita di Cina tidak mewarisi harta.
Ayatullah Ramezani selanjutnya menekankan posisi wanita dalam Al-Qur'an dan menyatakan, "Sosok seperti Fatimah s.a. dapat menunjukkan kepada kita pemahaman dan pengertian yang benar tentang perempuan serta menentukan tugas kita hari ini terhadap perempuan."
Perwakilan rakyat Gilan di Majelis Khobregan Rahbari menekankan, "Perempuan menurut Al-Qur'an dapat berada dalam satu jalur dan pemikiran tauhid serta sistem yang berbasis keadilan, dan dapat menjadi penggerak, aktif, dan pembawa perubahan."
Syahid Soleimani dan Syahid Nasrallah terdidik dari keteladanan Fatimah s.a.
"Pemikiran keberkahan dalam Al-Qur'an, berkat ajaran dan keteladanan Fatimah s.a. masih berlanjut dan saat ini dapat sangat berpengaruh; tokoh-tokoh seperti Jenderal Soleimani, Sayyid Hassan Nasrallah, dan Sayyid Hashim Safiuddin berasal dari pemikiran ini dan terdidik dalam keteladanan Fatimah s.a." Ungkapnya.
Ayatullah Ramezani menekankan bahwa memahami teladan Fatimah sangat penting dan semua orang harus berusaha dalam hal ini, ia berkata, "Sayangnya, sepanjang sejarah dan dalam banyak aliran manusia, perempuan tidak dianggap sebagai makhluk yang bermartabat. Sementara Al-Qur'an yang mulia menganggap manusia sebagai makhluk yang memiliki kehendak, tetapi pada masa jahiliyah, perempuan tidak memiliki kehendak dan kekuasaan, dan hanya dianggap sebagai alat."
Rasulullah saw. menghidupkan gerakan hak dan kedudukan perempuan
Ayatullah Ramezani menyatakan bahwa Rasulullah saw. menghidupkan gerakan hak dan kedudukan perempuan, dan berkata: di zaman jahiliyah, ketika seorang anak perempuan lahir, mereka merasa marah dan sedih, lalu menguburnya hidup-hidup.
Ia menyatakan bahwa beberapa orang sepanjang sejarah menghapus peran ibu dalam mendidik anak, bahkan perempuan tidak diberikan hak untuk bersosialisasi. "Sementara itu, dalam Islam, perempuan diberikan hak untuk mengelola, mendidik, mengajar, dan mengambil keputusan." Tegasnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gilan dalam Majelis Khobregan ini mengungkapkan, "Dalam beberapa periode sejarah, tidak ada kepemilikan ekonomi, kekuatan manajerial, dan lain-lain untuk perempuan, tetapi saat ini kita memiliki menteri perempuan."
Al-Qur'an melihat keindahan perempuan dalam kesucian, kebersihan, dan kehormatan
Ia menunjukkan bahwa Al-Qur'an melihat keindahan perempuan dalam kesucian, kebersihan, dan kehormatan, dan menganggap ketelanjangan dan kebejatan sebagai penyimpangan dari perkembangan, dan berkata: kitab suci kita memiliki banyak ayat mengenai hal ini. Ayatullah Ramezani menegaskan, "Dalam kehidupan sehari-hari saat ini, sayangnya terlihat bahwa untuk masalah terkecil dalam keluarga, perselisihan muncul, tetapi dalam kehidupan Ali a.s. dan Fatimah s.a., tidak pernah terjadi perselisihan karena suatu sistem pemikiran telah mencegahnya."
Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait a.s. ini menyatakan bahwa Islam telah meningkatkan kedudukan perempuan, dan berkata, "Perempuan baik di rumah dengan mendidik generasi maupun di luar rumah dapat membawa keamanan dan kesehatan psikologis bagi masyarakat."
Pada bagian akhir penyampaiannay, Ayatullah Ramezani menyebutkan hubungan Sayyidah Fatimah s.a. dengan Nabi Muhammad saw. dan menekankan, "Peran Sayyidah Fatimah s.a. sangat istimewa bagi Nabi, itulah sebabnya ia dijuluki Ummu Abiha."